44
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas penulis mengadaptasi, bahwa langkah pemberian reward dapat dikategorikan menjadi tiga
yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, pemberian reward diberikan dengan cara guru memilih reward
yang tepat, guru memilih perilaku yang diinginkan, guru mengukur kondisi situasional, guru menentukan kuantitas pengukuh, guru memilih
kualitas kebaruan pengukuh, guru memberikan sample pengukuh reward, guru menjadwal pemberian pengukuhan, guru memberikan
penjelasan tentang materi yang akan dibahas pada setiap pertemuan dalam kegiatan pembelajaran, guru memotivasi siswa dengan pemberian
hadiah reward yang akan diberikan oleh guru ketika pembelajaran berlangsung. Kegiatan inti, guru memberikan reward kepada siswa yang
dapat mengikuti instruksi guru, guru memberikan reward kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru, guru memberikan reward
kepada siswa yang menyelesaikan
tugasnya dengan
baik, guru
menggabungkan penggunaan penghargaan sosial bersama dengan jenis penghargaan lain, guru menangani persaingan asosiasi. Kegiatan akhir,
guru memberikan penguatan berupa reward pada kegiatan akhir pembelajaran penyimpulan dan memajang hasil karya siswa sebagai
reward.
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Susi Andriani 2013: viii mengenai penerapan reward sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa kelas
45
III A di MIN Tempel, Ngaglik, Sleman. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Dengan adanya reward tersebut siswa menjadi
senang dalam pembelajaran IPS, semangat menjawab pertanyaan dari guru, aktif mengikuti pelajaran dan aktif dalam diskusi. Selain itu motivasi belajar
siswa dari hasil perhitungan angket dari pra tindakan mencapai presentase 67,85 , dalam siklus I mencapai 72,41 , sedangkan dalam siklus II
mencapai 77,31 . Dari pra tindakan menuju siklus pertama presentase mengalami peningkatan yaitu sebesar 4,56 sedangkan dari siklus I menuju
siklus II mengalami peningkatan 4,90. Hasil tersebut menunjukkan bahwasannya penerapan reward dalam pembelajaran IPS di kelas III A
mengalami peningkatan yaitu dari kategori tinggi dengan presentase 72,41 menjadi kategori sangat tinggi dengan presentase 77,31.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susi Andriani ini menunjukkan adanya peningkatan dengan menerapkan reward. Peluang
keberhasilan yang akan diperoleh siswa cukup besar. Siswa memiliki ketertarikan pada benda-benda yang dirasa menarik. Pemanfaatan reward
dengan bermacam variasi akan menambah siswa melakukan aktivitas yang dikehendakinya.
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Setya Norma Sulistyani 2012: ii tentang peningkatan keaktifan belajar siswa dengan
penerapan metode guided note taking pada mata diklat memilih bahan baku busana di SMK N 4 Yogyakarta. Hasil penelitian meliputi 1 penerapan
metode guide note taking dilaksanakan dalam dua siklus yang meliputi a
46
membuka pelajaran, dengan mengucap salam dan doa, mengecek presensi, menjelaskan tujuan pembelajaran, apersepsi dan penjelasan metode guided
note taking, b membentuk kelompok, siswa dibagi menjadi 6 kelompok terdiriatas 6 siswa, c diskusi dan kerjasama dalam mengisi handout, d
presentasi oleh masing-masing kelompok, e usaha mengaktifkan siswa, guru mengaktifkan siswa dengan terus mengingatkan agar bertanya,
mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan dari guru f evaluasi, guru mengevaluasi hasil presentasi, g kesimpulan, guru menyimpulkan hasil
presentasi 2 keaktifan belajar siswa pada pra siklus sebesar 27,68 atau sejumlah 10 siswa yang melakukan. Setelah dikenai tindakan pada siklus
pertama keaktifan belajar siswa meningkat 25,58 menjadi 53,26 atau sejumlah 19 siswa yang melakukan. Pada siklus ke dua keaktifan belajar
siswa meningkat 22,52 menjadi 75,78 atau sejumlah 27 siswa yang melakukan. Hasil penelitian pada siklus ke dua tidak mencapai 100 karena
sejumlah 24,23 atau 9 siswa masih merasa takut melakukan keaktifan belajar seperti bertanya, mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan
dari guru. Selain itu faktor keterbatasan waktu juga membatasi jumlah siswa yang bertanya, mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan dari guru.
Uraian di atas menunjukkan bahwa penerapan metode guided note taking dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata diklat memilih bahan
baku busana. Penelitian lain yang dilakukan oleh Muhammad Imam Majid 2012
tentang survei keaktifan anak tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran
47
pendidikan jasmani di SDLB Jepara Tahun 2012 menyatakan bahwa tingkat keaktifan anak tunagarahita dalam mengikuti pembelajaran pendidikan
jasmani di SDLB Jepara tahun 2012 dapat dikatakan cukup, dari hasil yang diperoleh menunjukkan prosentase sebesar 51,34. Hasil tersebut merupakan
jumlah rata-rata dari tiga kali pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 Agustus, 5 September, dan 12 September dengan hasil 53,7,
49,8, dan 50,5. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran penjas di SDLB Jepara, antara
lain faktor intern dan ekstern anak tersebut.
E. Kerangka Pikir