12
anak tunagrahita sedang adalah kemampuan sederhana. Menurut Elnang Finaros 2012: 2 anak tunagrahita sedang merupakan anak berkebutuhan
khusus yang
mengalami keterbelakangan
mental dengan
fungsi intelektualnya di bawah rata-rata yakni IQ berkisar antara 30-50. Hal
tersebut senada dengan Nur’aeni 1997: 106 yang menyatakan bahwa penyandang tunagrahita sedang disebabkan oleh kerusakan otak atau
bawaan yang memiliki IQ antara 40-50, umumnya bersifat ramah dan periang. Dengan kata lain, anak tungrahita sedang memiliki kemampuan
intelektual umum dan adaptasi perilaku dibawah tungrahita ringan Moh. Amin, 1995: 23. Lumban Tobing 2001: 8 menambahkan, anak
tunagrahita sedang lambat perkembangan komprehensi dan penggunaan bahasanya, dan pencapaian bidang ini terbatas.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tunagrahita kategori sedang merupakan suatu kondisi yang
mengalami kelambatan intelektual dengan tingkat dibawah intelektual tunagrahita ringan yang membawa dampak pada perkembangan aspek
lain, misalnya dalam perkembangan sosial, tingkah laku.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Sedang
Karakteristik merupakan ciri khas yang menunjukkan kondisi individu, dalam hal ini adalah anak tunagrahita sedang. Berawal dari
karakteristik, maka dapat diketahui kondisi dan kemampuan anak tunagrahita sedang sehingga dapat memberikan penanganan yang sesuai
dengan kebutuhan anak.
13
Menurut Moh. Amin dalam Mumpuniarti, 2007: 13 berpendapat bahwa anak tunagrahita sedang memiliki tingkat kecerdasan berkisar
antara 30-50, mampu melakukan ketrampilan mengurus diri sendiri; mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan terdekat; dan mampu
mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja ditempat terlindung. Anak tunagrahita kategori sedang juga kurang dapat
mempelajari pelajaran akademik, selalu bergantung pada perlindungan orang lain, mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan Moh. Amin, 1995: 39. Sejalan dengan Moh. Amin, Asep Supena 2009: 2 karakteristik anak
tunagrahita kategori sedang yaitu diperkirakan memiliki IQ 40-45. Secara umum, anak tunagrahita kategori sedang hampir tidak dapat mempelajari
materi-materi akademik membaca, menulis, berhitung. Menurut Kemis dan Ati Rosnawati 2013: 26 menyebutkan penggunaan alat peraga yang
konkret dapat memudahkan dalam mengatasi masalah –masalah belajar. Mereka umumnya belajar secara membeo, yaitu mempelajari dan
menguasai sesuatu tanpa pemahaman yang bermakna. Mendukung pernyataan di atas Mumpuniarti 2007: 61 pemberian pengarahan,
pemberian contoh dan motivasi akan memulai suatu respon. Perkembangan bahasa anak tunagrahita kategori sedang lebih
terbatas dibanding anak tunagrahita kategori ringan. Dapat membedakan bahaya dan tidak bahaya, tetapi mereka hampir selalu bergantung pada
petunjuk dan perlindungan orang lain. Kemis dan Ati Rosnawati 2013:
14
31 anak tunagrahita kategori sedang memiliki kemampuan bahasa yang rendah dan seyogyanya bahasa yang digunakan hendaknya berbentuk
kalimat tunggal yang pendek dan memberikan bantuan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Mereka masih dapat dilatih kemampuannya untuk
memilihara dirinya sendiri, dan beberapa pekerjaan yang memiliki nilai ekonomik. Adapun karakteristik anak tunagrahita kategori sedang secara
lebih rinci yang ditinjau dari beberapa aspek adalah sebagai berikut: a karakteristik fisik, b karakteristik psikis dan c karakteristik sosial
Mumpuniarti, 2007: 25. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikaji lebih lanjut sebagai berikut:
a. Karakteristik fisik, pada hambatan mental sedang lebih menampakkan kecacatannya. Penampakkan fisik jelas terlihat, karena pada tingkat ini
banyak dijumpai tipe down’s syndrome dan brain damage. Koordinasi motorik lemah sekali, dan penampilannya menampakkan sekali
sebagai anak terbelakang. Contohnya saja, pada anak down syndrom, anak ini lebih mudah terlihat dari ciri-ciri fisik dari pada anak
tunagrahita yang bukan down syndrome. Anak down syndrome tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.
b. Karakteristik psikis,
kronologikal umur
tidak sama
dengan kronologikal mentalnya. Contohnya, pada umur dewasa mereka baru
mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7 tahun atau 8 tahun.
15
Hal ini menyebabkan anak hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak-kanakkan sering melamun atau sebaliknya hiperaktif.
c. Karakteristik sosial, banyak diantara mereka yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang dan nampak tidak mempunyai rasa
terimakasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan. Reis, et.al dalam Tin Suharmini, 2009: 89 menyatakan bahwa anak tunagrahita sering
ditolak oleh sekelompok anak sehingga ia akan menunjukkan sikap ketergantungan dan bantuan dari orang lain. Contohnya saja, anak
tunagrahita ketika memakai baju kurang rapi maka mereka tidak terlalu respect akan penampilannya yang akan membawa dampak bagi
dirinya maupun orang lain. Menurut American Psychiatric Association 2013: 35 karakteristik
anak tunagrahita sedang mencakup tiga ranah yaitu ranah konseptual, sosial dan praktis. Pada ranah konseptual, kemajuan dalam membaca,
menulis, matematika, dan pemahaman tentang waktu dan uang terjadi secara
perlahan dan
terbatas dibandingkan
dengan teman-teman
seusianya. Pada ranah sosial, individu menunjukkan perbedaan yang jelas dari teman sebaya dalam berperilaku sosial dan komunikatif. Penilaian
sosial dan kemampuan pengambilan keputusan terbatas. Orang-orang
disekitarnya harus membantu untuk mengambil keputusan dalam hidupnya. Dukungan sosial dan komunikatif yang signifikan diperlukan
dalam kehidupan berkarir. Pada ranah kehidupan sehari-hari praktis, sebagai individu dewasa dapat merawat kebutuhan pribadi yang
16
melibatkan makan, berpakaian, dan kebersihan, meskipun jangka pengajaran dan waktu yang diperlukan bagi individu untuk dapat mandiri
memerlukan pengulangan. Demikian pula, partisipasi dalam semua tugas rumah tangga dapat dicapai layaknya orang dewasa, meskipun jangka
mengajar diperlukan. Karakteristik lain yang dapat dilihat bahwa anak hambatan mental
memiliki kecenderungan pola tingkah laku pada anak hambatan mental adalah sebagai berikut; anak hambatan mental taraf kemampuannya
terbatas, untuk itu pola perilaku yang dibina terbatas pada pola perilaku yang sederhana dan perilaku itu dapat diamati. Pembinaan pola perilaku
anak tunagrahita cenderung bersifat praktis, hal ini menekankan perilaku sosial yang bermakna. Pembinaan pola perilaku anak hambatan mental
harus sesuai
dengan kondisi
anak hambatan
mental. Beberapa
kecenderungan pembinaan pola perilaku anak hambatan mental tersebut mendasari juga bentuk strategi dalam implementasi pembelajaran
hambatan mental Mumpuniarti, 2007: 58. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditegaskan bahwa
hambatan perkembangan
intelektual mempengaruhi
kondisi anak
tunagrahita kategori sedang dalam berbagai aspek, seperti akademik, fisik, sosial, maupun emosi. Dalam aspek akademik yang berkolaborasi
dengan emosi sering diwujudkan dalam hal ketidakmampuan menangkap informasi sehingga anak cenderung untuk pasif.
17
B. Kajian tentang Keaktifan Belajar 1.