83 pada analisis privat. Dilihat dari nilai PC, penghapusan PPN 10 persen ternyata
menyebabkan keuntungan yang diterima petani meningkat 67 persen dari keuntungan sosialnya.
7.3. Dampak Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Sebesar 6persen
Faktor lain yang memengaruhi keunggulan komparatif dari usahatani jambu biji ini adalah dampak perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat baik melemah maupun menguat sebesar 6 persen ceteris paribus
. Perubahan nilai tukar ini hanya berdampak pada keuntungan sosial dan keunggulan komparatif, sedangkan pada keuntungan privat dan keunggulan
kompetitif tidak terjadi perubahan. Hal ini disebabkan perubahan nilai tukar hanya memengaruhi harga sosial input tradable dan output pada usahatani jambu biji.
Tabel 19 memperlihatkan dampak menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada usahatani jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal.
Tabel 19. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji Bila Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Menguat Sebesar 6 persen
RpHa Nilai
Sebelum Setelah
Perubahan PP
13.333.154 13.333.154
- SP
29.566.434 24.959.494
-15,58 PCR
0,488 0,488
- DRC
0,254 0,287
13,07 PC
0,451 0,534
18,46
Keterangan: PP Private Profit : Keuntungan privat
SP Social Profit : Keuntungan sosial PCR Private Cost Ratio : Rasio keuntungan privat
DRC Domestic Resource Cost : Biaya sumberdaya domestik PC Profit Coefficient : Koefisien keuntungan
Sumber: Data Primer, diolah 2010
Berdasarkan Tabel 19, terlihat bahwa keuntungan sosial menurun sekitar 15,58 persen dan nilai DRC meningkat sebesar 13,07 persen. Nilai tukar rupiah
yang menguat terhadap dolar Amerika Serikat menurunkan harga sosial input
84 tradable
pupuk urea dan TSP dan harga sosial jambu biji. Hal tersebut menyebabkan penerimaan output sosial dan input tradable sosial juga
mengalami penurunan. Penurunan penerimaan sosial berdampak pada penurunan keuntungan sosial. Meskipun biaya input tradable sosial juga menurun, namun
penurunan penerimaan sosial lebih besar dibanding penurunan input biaya sosial. Akibatnya nilai DRC meningkat yang mengindikasikan bahwa keunggulan
komparatif pada usahatani jambu biji ini menurun. Dilihat dampaknya pada perubahan nilai PC menjadi 0,534, perubahan ini menyebabkan keuntungan yang
diterima petani adalah 53,4 persen dari keuntungan sosialnya. Hal ini disebabkan penerimaan sosial menurun, sehingga keuntungan privat relatif lebih besar
terhadap keuntungan sosialnya.
Tabel 20. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji Bila Nilai Tukar Rupiah Melemah terhadap Dolar Amerika Serikat Sebesar 6 persen
RpHa Nilai
Sebelum Setelah
Perubahan PP
13.333.154 13.333.154
- SP
29.566.434 34.173.347
15,58 PCR
0,488 0,488
- DRC
0,254 0,228
-10,34 PC
0,451 0,390
-13,48
Keterangan: PP Private Profit : Keuntungan privat
SP Social Profit : Keuntungan sosial PCR Private Cost Ratio : Rasio keuntungan privat
DRC Domestic Resource Cost : Biaya sumberdaya domestik PC Profit Coefficient : Koefisien keuntungan
Sumber: Data Primer, diolah 2010
Selain perubahan nilai tukar rupiah yang menguat terhadap dolar Amerika Serikat, perlu juga dilakukan analisis apabila nilai tukar rupiah yang melemah
terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 6 persen. Tabel 20 memperlihatkan nilai SP yang meningkat hingga 15,58 persen dan nilai DRC menurun sebesar 10,34
persen. Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat
85 menyebabkan harga sosial untuk output jambu biji dan input tradable pupuk
urea dan TSP meningkat. Peningkatan harga sosial output menyebabkan penerimaan sosial meningkat. Hal ini berimplikasi pada peningkatan keuntungan
sosial, karena biaya input tradable sosial meningkat tidak begitu besar dibandingkan dengan peningkatan penerimaan sosial. Peningkatan penerimaan
sosial akan berdampak pada peningkatan keunggulan komparatif. Dilihat dari nilai PC PC=0,39, nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat
mengakibatkan keuntungan yang diterima petani lebih rendah 60,98 persen dari keuntungan sosialnya. Hal ini disebabkan oleh penerimaan sosial yang meningkat,
sehingga keuntungan privat relatif lebih rendah dari keuntungan sosial.
7.4. Analisis Sensitivitas Gabungan