75
6.3.3. Kebijakan Pemerintah terhadap Input-Output
Kebijakan pemerintah terhadap input-output merupakan analisis gabungan dari kebijakan input dan kebijakan output. Dampak dari kebijakan tersebut dapat
dijelaskan melalui indikator-indikator seperti nilai Koefisien Proteksi Efektif EPC, Transfer Bersih NT, Koefisien Keuntungan PC, dan Rasio Subsidi bagi
Produsen SRP. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 12, nilai EPC usahatani jambu biji adalah 0,657. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa nilai
tambah yang diperoleh petani privat lebih rendah daripada nilai tambah yang seharusnya diterima sosial. Hal ini berarti pengaruh instrumen kebijakan
pemerintah terhadap input berupa PBB dan PPN serta harga domestik jambu biji yang lebih rendah dari harga sosialnya menimbulkan dampak disinsentif bagi
pengembangan produksi jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal. Indikator lain yang menunjukkan dampak kebijakan proteksi pemerintah
terhadap petani jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal adalah Transfer Bersih NT. NT digunakan untuk melihat besarnya tambahan surplus produsen atau
berkurangnya surplus produsen akibat intervensi pemerintah. Nilai NT yang negatif berarti kebijakan pemerintah yang ada terhadap input dan output masih
belum memberikan insentif ekonomi untuk meningkatkan produksi, karena terjadi pengurangan surplus produsen sebesar Rp 16.233.280Ha.
Nilai PC diperoleh sebesar 0,451 PC1. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan pemerintah terhadap input-output telah menyebabkan
keuntungan privat dari usahatani jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal lebih rendah sekitar 54,9 persen dari keuntungan yang seharusnya diterima petani
keuntungan sosial. Secara keseluruhan kebijakan pemerintah yang memengaruhi
76 usahatani jambu biji di lokasi penelitian masih belum memberikan insentif
kepada petani dan menyebabkan keuntungan yang diterima petani privat lebih rendah dari keuntungan yang seharusnya diterima sosial.
Rasio Subsidi bagi Produsen SRP merupakan perbandingan antara nilai transfer bersih dengan nilai output yang dihasilkan pada tingkat harga sosial
penerimaan sosial. Nilai SRP menunjukkan tingkat penambahan atau pengurangan penerimaan atas suatu komoditi akibat adanya intervensi pemerintah.
Nilai SRP yang diperoleh adalah negatif 0,405 SRP 0, artinya transfer akibat kebijakan pemerintah yang terjadi menyebabkan pendapatan petani jambu biji di
Kecamatan Tanah Sareal menurun sehingga menjadi lebih rendah 40,5 persen dibandingkan tanpa ada kebijakan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan nilai tambah yang diperoleh petani jambu biji di lokasi penelitian lebih rendah dari harga sosialnya, yaitu: 1
Manajemen kelembagaan kelompok tani jambu biji yang belum efektif, sehingga tidak ada sarana yang dapat mendukung petani untuk mengetahui informasi harga
dan kelembagaan pemasaran jambu biji, 2 Keterbatasan modal yang dimiliki petani sering dimanfaatkan oleh para tengkulak untuk meraih keuntungan dari
petani, sehingga posisi tawar-menawar petani untuk jambu biji menjadi lemah, 3 Keterbatasan ilmu pengetahuan, kemampuan budidaya dan adaptasi teknologi
yang dimiliki petani membuat petani menjadi kurang termotivasi dalam mengembangkan usahatani jambu biji dan memanfaatkan sumberdaya secara
efisien, sehingga para petani terus mengandalkan bantuan dari pemerintah.
77
VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN
KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI
Analisis sensitivitas perlu dilakukan karena analisis dalam metode PAM merupakan analisis yang bersifat statis. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
perubahan pada keuntungan finansial dan ekonomi serta tingkat daya saing jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal apabila terjadi perubahan pada kebijakan
pemerintah dan faktor lainnya terhadap harga output maupun harga input. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah penurunan harga
jambu biji domestik dan internasional, kenaikan harga jambu biji domestik, kenaikan dan penurunan harga pupuk anorganik, penghapusan PPN 10 persen,
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menguat dan melemah, serta analisis sensitivitas gabungan.
7.1. Analisis Sensitivitas terhadap Perubahan Harga Output
Analisis sensitivitas terhadap perubahan harga output meliputi penurunan harga jambu biji domestik atau internasional. Selain itu juga dilakukan analisis
terhadap kenaikan harga jambu biji domestik dengan asumsi faktor lainnya tetap ceteris paribus. Penurunan harga jambu biji internasional disebabkan oleh
fluktuasi harga jambu biji di pasar pelelangan internasional jambu biji. Adapun penurunan harga jambu biji domestik disebabkan prediksi supply jambu biji yang
melimpah pada saat musim panen. Tabel 13 memperlihatkan hasil dari analisis penurunan harga jambu biji domestik.