80 Kenaikan harga jambu biji domestik telah meningkatkan penerimaan
privat, sehingga keuntungan privat juga meningkat sebesar 39,7 persen. Keunggulan kompetitif mengalami peningkatan ditunjukkan dengan nilai PCR
yang menurun 16,89 persen. Nilai PC yang meningkat sebesar 17,9 persen menunjukkan bahwa rasio keuntungan yang diterima petani terhadap keuntungan
sosialnya meningkat. Namun upaya penerapan SNI jambu biji ini masih terdapat kendala pada kesiapan petani untuk menerima standardisasi tersebut. Oleh karena
itu diperlukan pendampingan dan penyuluhan yang lebih efektif serta bantuan fasilitas dari pemerintah, seperti bibit unggul dan penyuluhan pasca panen.
7.2. Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Harga Input
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan usahatani jambu biji di lokasi penelitian masih tetap efisien untuk diusahakan apabila terjadi
kenaikan harga input pupuk anorganik sebesar 35 persen. Kenaikan harga pupuk tersebut disebabkan oleh kenaikan biaya produksi pupuk anorganik dan
pengurangan subsidi pupuk anorganik.
Tabel 16. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Kenaikan Harga Pupuk Anorganik sebesar 35 persen RpHa
Nilai Sebelum
Setelah Perubahan
PP 13.333.154
13.287.349 -0,34
SP 29.566.434
29.566.547 -
PCR 0,488
0,490 0,32
DRC 0,254
0,254 -
PC 0,451
0,449 -0,15
Keterangan: PP Private Profit : Keuntungan privat
SP Social Profit : Keuntungan sosial PCR Private Cost Ratio : Rasio keuntungan privat
DRC Domestic Resource Cost : Biaya sumberdaya domestik PC Profit Coefficient : Koefisien keuntungan
Sumber: Data Primer, diolah 2010
Tabel 16 memperlihatkan peningkatan harga pupuk hanya menyebabkan perubahan pada keuntungan privat dan keunggulan kompetitif, sedangkan
81 keuntungan sosial dan keunggulan komparatifnya tetap. Perubahan kebijakan
berupa pengurangan subsidi hanya berdampak di lingkungan domestik dan tidak memengaruhi harga CIF pupuk urea dan TSP. Terlihat bahwa keuntungan privat
menunjukkan nilai yang positif, artinya petani jambu biji masih memperoleh keuntungan dengan kenaikan harga pupuk tersebut. Meskipun demikian,
keuntungan privat menurun sebesar 0,34 persen. Begitu pula dengan nilai PCR mengalami peningkatan yang mengindikasikan teradi penurunan keunggulan
kompetitif. Dampak dari kenaikan harga pupuk anorganik ini menyebabkan keuntungan yang diterima petani menurun terhadap keuntungan sosialnya
sehingga nilai PC menurun. Keadaan sebaliknya dapat terjadi apabila pemerintah mengeluarkan
kebijakan untuk meningkatkan anggaran subsidi pupuk dan menyebabkan harga pupuk yang diterima petani menurun sebesar 35 persen seperti yang terlihat pada
Tabel 17.
Tabel 17. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Penurunan Harga Pupuk Anorganik sebesar 35 persen RpHa
Nilai Sebelum
Setelah Perubahan
PP 13.333.154
13.373.773 0,30
SP 29.566.434
29.566.547 -
PCR 0,488
0,487 -0,28
DRC 0,254
0,254 -
PC 0,451
0,452 0,14
Keterangan: PP Private Profit : Keuntungan privat
SP Social Profit : Keuntungan sosial PCR Private Cost Ratio : Rasio keuntungan privat
DRC Domestic Resource Cost : Biaya sumberdaya domestik PC Profit Coefficient : Koefisien keuntungan
Sumber: Data Primer, diolah 2010
Penurunan harga pupuk juga tidak menyebabkan perubahan pada analisis sosial, karena kebijakan penambahan anggaran subsidi pupuk hanya berpengaruh
pada harga privat. Hal ini mengakibatkan keuntungan privat meningkat dan terjadi
82 kenaikan keunggulan kompetitif. Perbandingan antara keuntungan privat dengan
keuntungan sosialnya juga mengalami peningkatan sebesar 0,14 persen. Perubahan persentase pada keuntungan privat, keunggulan kompetitif dan
koefisien keuntungan yang tidak begitu besar disebabkan oleh proporsi penggunaan input pupuk anorganik yang relatif sedikit.
Tabel 18. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji Apabila PPN Dihapuskan RpHa
Nilai Sebelum
Setelah Perubahan
PP 13.333.154
13.422.969 0,674
SP 29.566.434
29.566.547 -
PCR 0,488
0,485 -0,547
DRC 0,254
0,254 -
PC 0,451
0,454 0,67
Keterangan: PP Private Profit : Keuntungan privat
SP Social Profit : Keuntungan sosial PCR Private Cost Ratio : Rasio keuntungan privat
DRC Domestic Resource Cost : Biaya sumberdaya domestik PC Profit Coefficient : Koefisien keuntungan
Sumber: Data Primer, diolah 2010
Tabel 18 memperlihatkan kebijakan pemerintah lainnya yang berpengaruh terhadap usahatani jambu biji, yaitu PPN pada pestisida, obat-obatan tanaman
jambu biji, dan plastik pembungkus. Pajak Pertambahan Nilai PPN pada pestisida dan input nontradable merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang
bertujuan untuk melindungi produsen input. Dalam analisis ekonomi, PPN merupakan transfer pembayaran dari produsen input kepada konsumen input
petani. Penghapusan PPN sebesar 10 persen pada produk pendukung sektor pertanian diusulkan oleh Kamar Dagang dan Industri Kadin Indonesia
11
. Apabila penghapusan PPN 10persen diterima, maka dampak yang terjadi pada usahatani
jambu biji adalah peningkatan keuntungan privat dan keunggulan kompetitif. Kebijakan ini tidak berdampak pada analisis sosial, karena PPN hanya terjadi
11
Harian Seputar Indonesia. 23 September 2008. Tarif BKP Pertanian
83 pada analisis privat. Dilihat dari nilai PC, penghapusan PPN 10 persen ternyata
menyebabkan keuntungan yang diterima petani meningkat 67 persen dari keuntungan sosialnya.
7.3. Dampak Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Sebesar 6persen