66
5.4.3. Penyiangan
Kebun jambu biji sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan penyiangan atau pembuangan rumput yang mengganggu
pertumbuhan tanaman jambu biji. Penyiangan bertujuan membersihkan lahan dari tanaman pengganggu atau gulma yang bisa menyebabkan persaingan dalam
mendapatkan ruang, cahaya matahari, dan penyerapan unsur hara. Kapan dan berapa kali tanaman jambu biji harus disiangi, tidak dapat dipastikan karena
bergantung pada keadaan kesuburan tanah dan kerapatan pohon jambu biji yang ditanam.
Penyiangan dilakukan 2−3 kali dalam setahun dengan cara mengored memangkas gulma dengan arit atau mencabut langsung gulma yang ada. Selain
dengan cara mekanik, pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan menyemprotkan herbisida pratumbuh, dan cara ini lebih efektif. Penyemprotan
herbisida Round up dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun dengan takaran 1,5 liter yang dilarutkan dalam 400
–500 liter air untuk tiap Ha.
5.4.4. Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan dengan
menggunakan pestisida
bertujuan untuk
menghindari tumbuhnya penyakit atau mengurangi hama. Penyemprotan dilakukan apabila terlihat gejala serangan hama atau penyakit. Umumnya petani
melakukan penyemprotan selama dua bulan sekali atau enam kali dalam setahun. Jenis pestisida yang umumnya digunakan adalah decis dengan takaran ± 2 ml
untuk setiap pohon atau 1,2 liter untuk tiap Ha. Namum ada beberapa petani yang sama sekali tidak menggunakan pestisida dengan alasan kesehatan.
5.4.5. Pemangkasan
67 Pemangkasan ujung-ujung cabang bertujuan membentuk kanopi yang baik
sehingga akan meningkatkan produksi. Biasanya pemangkasan dilakukan setelah panen agar tunas baru yang akan tumbuh dapat berkembang lebih baik.
Pemangkasan juga dilakukan pada batang yang jelek, kering, mati, layu atau terkena penyakit agar tidak menyebar ke bagian pohon lainnya.
5.4.6. Pembungkusan Buah
Pembungkusan buah dengan kertas koran dan plastik bertujuan untuk membantu mengurangi serangan hama kelelawar, seranggga, ulat, dan
melindungi buah dari sinar matahari untuk mengurangi penguapan, selain itu kulit buah yang dibungkus akan menjadi lebih mulus, mengkilap, dan lebih cepat
ranum. Pembungkusan dilakukan pada buah yang telah sebesar bola pingpong atau berumur sekitar satu bulan. Pembungkusan buah umumnya dilakukan pada
pagi hari antara pukul 7 - 10 pagi atau tergantung banyaknya buah yang dibungkus.
5.4.7. Pemanenan
Pemanenan dilakukan apabila buah jambu biji telah matang, ditandai dengan tangkai buah tampak kekuningan dan kulit buah bertekstur halus dan tipis,
warna buah telah berubah dari hijau pekat menjadi hijau muda keputihan, daging buah agak lunak dan berwarna merah muda. Apabila jambu biji akan dikirim ke
pasar besar atau untuk ekspor, pemanenan dilakukan pada saat buah jambu biji masih hijau namun sudah agak matang. Jambu biji merupakan tanaman yang
berbuah sepanjang tahun, sehingga pemanenan buah dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu sepanjang tahun. Selama setahun tanaman jambu biji dapat berbunga
sampai tiga kali, sehingga periode panen besar yaitu pada saat awal buah jambu
68 biji matang secara bersamaan bisa terjadi 2 kali dalam setahun pada tanaman yang
telah tumbuh secara produktif. Cara pemanenan yang baik yaitu dipetik berserta tangkainya dan dapat juga dilakukan pemangkasan secara bersamaan. Biasanya
pemanenan dilakukan dengan menggunakan alat bantu gunting pangkas atau dipetik secara langsung. Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari
karena bobot buah pada pagi hari dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat makanan pada malam hari dan buah belum terkena sinar matahari, sehingga
belum terjadi penguapan. Pemanenan dilakukan langsung oleh pedagang pengumpul di kebun jambu biji, sehingga biaya pemanenan ditanggung oleh
pedagang pengumpul. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani jambu biji seluruhnya
adalah tenaga kerja pria dengan satuan Hari Kerja Pria HKP. Biaya tenaga kerja per HKP adalah Rp 35.000 selama delapan jam, yaitu petani bekerja mulai dari
pukul 06.00 – 12.00 kemudian dilanjutkan pada pukul 13.00 – 15.00. Besarnya
penggunaan setiap input variabel per Ha untuk tanaman jambu biji dijelaskan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Jambu Biji per Ha Tahun 2009
No. Uraian
Jumlah Satuan
Harga Rp Nilai
1. Pupuk
Kandang 5.283,74
kg 135
753.806 Urea
26,54 kg
1.60 42.457
TSP 42,6
kg 1.900
81.007 2.
Pestisidaherbisida Decis
0,28 ltr
189.000 52.833
Dusbran 0,17
ltr 77.000
12.964 Round up
0,27 ltr
64.000 17.347
3. Kertas Koran
102,54 kg
2.400 246.105
4. Plastik Pembungkus
42,45 kg
18.000 764.168
5. Tenaga Kerja
114 HKP
35.000 3.990.869
Sumber: Data primer, diolah 2010
69
VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI
Daya saing usahatani jambu biji diukur melalui analisis keunggulan komparatif dan kompetitif dengan menggunakan Policy Analysis Matrix PAM.
PAM juga dapat digunakan untuk menganalisis keuntungan finansial dan ekonomi serta dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani jambu biji dengan
indikator transfer output, transfer input, transfer faktor, NPCO, NPCI, EPC, PC, dan SRP. Matriks ini tersusun dari komponen penerimaan, input tradable, input
non tradable, dan keuntungan yang dipisahkan dalam dua analisis, yaitu ekonomi dan finansial. Hasil perhitungan menggunakan PAM untuk usahatani jambu biji di
Kecamatan Tanah Sareal secara singkat dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Matriks Analisis Kebijakan untuk Usahatani Jambu Biji di Kecamatan Tanah Sareal Tahun 2009 RpHa
Uraian Penerimaan
Biaya Input Keuntungan
Tradable Non Tradable
Privat 26.466.265
422.896 12.710.215
13.333.154 Sosial
40.045.866 405.340
10.074.093 29.566.434
Dampak Kebijakan
-13.579.602 17.556
2.636.122 -16.233.280
Sumber: Data Primer, diolah 2010
6.1. Analisis Keuntungan Finansial dan Ekonomi
Berdasarkan perhitungan PAM pada Tabel 11, usahatani jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal dapat dikatakan menguntungkan secara ekonomi dan
finansial karena menghasilkan nilai keuntungan yang positif. Akibat distorsi perdagangan yang dilakukan pemerintah, petani jambu biji di Kecamatan Tanah
Sareal memperoleh keuntungan sebesar Rp 13.333.154Ha. Hal tersebut disebabkan usahatani ini menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari biaya
produksinya. Apabila pasar jambu biji berada dalam kondisi pasar persaingan sempurna dan tanpa ada distorsi kebijakan, produsen jambu biji mampu