77
VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN
KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI
Analisis sensitivitas perlu dilakukan karena analisis dalam metode PAM merupakan analisis yang bersifat statis. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
perubahan pada keuntungan finansial dan ekonomi serta tingkat daya saing jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal apabila terjadi perubahan pada kebijakan
pemerintah dan faktor lainnya terhadap harga output maupun harga input. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah penurunan harga
jambu biji domestik dan internasional, kenaikan harga jambu biji domestik, kenaikan dan penurunan harga pupuk anorganik, penghapusan PPN 10 persen,
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menguat dan melemah, serta analisis sensitivitas gabungan.
7.1. Analisis Sensitivitas terhadap Perubahan Harga Output
Analisis sensitivitas terhadap perubahan harga output meliputi penurunan harga jambu biji domestik atau internasional. Selain itu juga dilakukan analisis
terhadap kenaikan harga jambu biji domestik dengan asumsi faktor lainnya tetap ceteris paribus. Penurunan harga jambu biji internasional disebabkan oleh
fluktuasi harga jambu biji di pasar pelelangan internasional jambu biji. Adapun penurunan harga jambu biji domestik disebabkan prediksi supply jambu biji yang
melimpah pada saat musim panen. Tabel 13 memperlihatkan hasil dari analisis penurunan harga jambu biji domestik.
78
Tabel 13. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Penurunan Harga Jambu Biji Domestik sebesar 15 persen RpHa
Nilai Sebelum
Setelah Perubahan
PP 13.333.154
9.363.214 -29,77
SP 29.566.434
29.566.434 -
PCR 0,488
0,576 17,99
DRC 0,254
0,254 -
PC 0,451
0,317 -13,43
Keterangan: PP Private Profit : Keuntungan privat
SP Social Profit : Keuntungan sosial PCR Private Cost Ratio : Rasio keuntungan privat
DRC Domestic Resource Cost : Biaya sumberdaya domestik PC Profit Coefficient : Koefisien keuntungan
Sumber: Data Primer, diolah 2010
Penurunan harga jambu biji domestik menyebabkan penerimaan petani menjadi berkurang dan keuntungan privat menurun sebesar 29,77 persen. Nilai
PCR meningkat menjadi 0,576 menunjukkan bahwa keunggulan kompetitif usahatani jambu biji menurun. Supply jambu biji yang melimpah menyebabkan
petani harus menerima harga yang lebih rendah dari pedagang dan mengalami penurunan keuntungan. Petani tidak memiliki alternatif lain untuk menjual hasil
produksi jambu biji menyebabkan posisi tawar-menawar petani menjadi lemah. Perbandingan antara keuntungan privat dengan keuntungan sosial PC
mengalami penurunan 13,43 persen akibat menurunnya keuntungan privat.
Tabel 14. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Penurunan Harga Jambu Biji Inernasional sebesar 17 persen RpHa
Nilai Sebelum
Setelah Perubahan
PP 13.333.154
13.333.154 -
SP 29.566.434
16.476.806 -44,27
PCR 0,488
0,488 -
DRC 0,254
0,379 12,53
PC 0,451
0,809 35,83
Keterangan: PP Private Profit : Keuntungan privat
SP Social Profit : Keuntungan sosial PCR Private Cost Ratio : Rasio keuntungan privat
DRC Domestic Resource Cost : Biaya sumberdaya domestik PC Profit Coefficient : Koefisien keuntungan
Sumber: Data Primer, diolah 2010
79 Penurunan harga jambu biji internasional sebesar 17 persen menyebabkan
penurunan keuntungan sosial usahatani jambu biji hingga 44,27 persen. Begitu pula dengan keunggulan komparatif usahatani ini juga menurun. Hal tersebut
ditunjukkan dengan peningkatan nilai DRC yang mengindikasikan bahwa kemampuan usahatani jambu biji di lokasi penelitian dalam membiayai faktor
domestik pada harga sosial berkurang sebesar 12,53 persen. Penurunan keuntungan sosial menyebabkan rasio antara keuntungan privat dan keuntungan
sosial PC meningkat sebesar 35,83 persen. Selain penurunan harga output, perubahan harga output lainnya yang diuji
dalam analisis sensitivitas ini adalah kenaikan harga jambu biji domestik sebesar 20persen yang ditampilkan pada Tabel 15. Rancangan Ditjen Hortikultura
Kementrian Pertanian yang ingin menerapkan Standar Nasional Indonesia SNI pada produk-produk sayur dan buah-buahan termasuk jambu biji akan
meningkatkan kualitas jambu biji
10
. Apabila kualitas jambu biji domestik meningkat, maka hal ini akan mengakibatkan kenaikan harga jambu biji domestik.
Tabel 15. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Kenaikan Harga Jambu Biji Domestik sebesar 20 persen RpHa
Nilai Sebelum
Setelah Perubahan
PP 13.333.154
18.626.407 39,7
SP 29.566.434
29.566.434 -
PCR 0,488
0,406 -16,89
DRC 0,254
0,254 -
PC 0,451
0,630 17,9
Ketetrangan: PP Private Profit : Keuntungan privat
SP Social Profit : Keuntungan sosial PCR Private Cost Ratio : Rasio keuntungan privat
DRC Domestic Resource Cost : Biaya sumberdaya domestik PC Profit Coefficient : Koefisien keuntungan
Sumber: Data Primer, diolah 2010
10
Harian Bisnis Indonesia. 20 Januari 2010. Daya Saing Produk Buah dan Sayuran Harus Digenjot
80 Kenaikan harga jambu biji domestik telah meningkatkan penerimaan
privat, sehingga keuntungan privat juga meningkat sebesar 39,7 persen. Keunggulan kompetitif mengalami peningkatan ditunjukkan dengan nilai PCR
yang menurun 16,89 persen. Nilai PC yang meningkat sebesar 17,9 persen menunjukkan bahwa rasio keuntungan yang diterima petani terhadap keuntungan
sosialnya meningkat. Namun upaya penerapan SNI jambu biji ini masih terdapat kendala pada kesiapan petani untuk menerima standardisasi tersebut. Oleh karena
itu diperlukan pendampingan dan penyuluhan yang lebih efektif serta bantuan fasilitas dari pemerintah, seperti bibit unggul dan penyuluhan pasca panen.
7.2. Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Harga Input