Analisis SWOT Analisis AHP dan SWOT
menjadi unggulan di Kalimantan Barat adalah sektor kehutanan, tanaman bahan makanan, perkebunan lainnya, perkebunan kelapa sawit, industri lainnya,
perkebunan karet dan industri minyak sawit. Penelitian mengenai sektor unggulan juga dilakukan oleh Syarifudin 2003,
yang bertujuan merekomendasikan subsektor jasa unggulan yang layak dikembangkan sebagai sektor leader di Kota Bandung. Penelitian dengan
menggunakan analisis Tabel I-O Kota Bandung tahun 2000 klasifikasi agregasi 28 sektor ini memberikan kesimpulan bahwa subsektor jasa unggulan yang harus
diprioritaskan dalam rangka mendorong Kota Bandung sebagai kota jasa adalah sektor perhotelan, komunikasi, pengangkutan darat, restoranrumah makan,
pengangkutan udara, serta sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki nilai indeks komposit di atas rata-rata
terhadap 10 variabel yang dianggap relevan, yaitu rata-rata laju pertumbuhan sub sektor jasa, kontribusi terhadap PDRB Kota Bandung, nilai LQ, nilai proportional
shift, nilai differential shift, nilai indeks daya penyebaran, nilai indeks derajat kapekaan, pengganda output, pengganda pendapatan tipe I dan tipe II.
Studi yang berikutnya dilakukan Amir dan Riphat 2005 dalam penelitiannya yang menganalisis berbagai sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur
pada tahun 1995-2000. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa selama periode penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses
industrialisasi. Meskipun mengalami pergeseran atau penambahan, terdapat lima sektor yang sangat signifikan menjadi sektor unggulan sekaligus perlu
mendapatkan prioritas pembangunan dan investasi. Kelima sektor tersebut adalah sektor industri lainnya, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor restoran dan
hotel, serta sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka pengganda output, pendapatan dan
lapangan kerja dan pure total linkage pada tabel I-O, direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri industri lainnya dan indutri
makanan, minuman dan tembakau, pusat perdagangan, dan pusat pertanian. Assidiqqi 2005 menganalisis sektor ekonomi yang memiliki struktur
keterkaitan antar sektor yang kuat sektor unggulan di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Hasil analisis input-output tersebut teridentifikasi 6 enam sektor
unggulan di Kota Batu yaitu sektor industri, pariwisata hotel dan restoran, bangunan, listrik dan air bersih, perdagangan dan pertanian.
Suryawardana 2006 mengunakan metode input-output
untuk mengidentifikasi sektor unggulan di provinsi Jawa Timur. Hasil analisis input-
output teridentifikasi 5 lima sektor unggulan yaitu: sektor industri kertas dan barang cetakan, sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sektor
makanan, kacang-kacangan, restoran dan bangunan kontruksi. Sukatendel 2007 melakukan analisis pada Tabel input-output Kabupaten
Bogor tahun 2004, mengidentifikasikan sektor unggulan di Kabupaten Bogor yaitu: sektor industri kayu bambu, rotan dan furniture, sektor bangunan, industri
barang jadi dan logam, industri makanan, minuman dan tembakau, serta tanaman bahanan makanan.
Asnawi 2008 meneliti tentang sektor unggulan perekonomian di Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan label I-O Riau tahun 2000 dalam analisisnya,
dan dari hasil analisisnya diketahui bahwa terdapat sepuluh sektor dalam perekonomian Riau yang memiliki indeks kepekaan dan indeks penyebaran yang
lebih dari satu, yaitu industri makanan minuman, industri bubur kertas, industri kimia, industri logam dan barang dari logam, industri mesin dan peralatan listrik,
industri barang dari besi dan bahan dasar, industri tekstil kecuali pakaian jadi, industri elektronika dan komputer, industri kendaraan bermotor, dan sektor
bangunan. Dault, et al., 2009 menganalisis kontribusi sektor perikanan pada struktur
perekonomian Jawa Tengah terhadap pembentukan input dan ouput, permintaan antara, dan permintaan akhir dengan menggunakan analisis input-output. Hasil
analisis menunjukkan bahwa sektor perikanan mempunyai kontribusi yang masih kecil pada perekonomian Jawa Tengah dengan total input sebesar 0.1 persen dari
total input, sedangkan untuk total output yang terbentuk dari sektor perikanan sebesar 0.3 persen dari total output. Dengan demikian output yang diciptakan dari
sektor perikanan yang digunakan sebagai input bagi sektor yang lain masih rendah dan akan berdampak pada masih kecilnya kontribusi sektor perikanan dalam
Pembentukan Produk Domestik Bruto PDRB Jawa Tengah.