Analytic Hierarchy Process AHP

faktor strategi eksternal, 2 matriks faktor strategi internal dan 3 matriks profil kompetitif. Tahap analisis setelah semua informasi yang berpengaruh dikumpulkan, ada beberapa model yang dapat digunakan yaitu 1 matriks SWOT atau TOWS, 2 matriks BCG, 3 matriks internal eksternal, 4 matriks SPACE, dan 5 matriks Grand Strategy. Rangkuti 2001 menyatakan bahwa matriks SWOT dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dan disesuaikan dengan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan strategi, yaitu 1 strategi S-O, 2 strategi W-O, 3 strategi S-T dan 4 strategi W-T. Analisis SWOT mampu mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weaknesses dan ancaman threats. Baik analisis AHP maupun analisis SWOT lazim digunakan untuk marumuskan kebijakan. Bila dilihat dari subjektivitasnya maka analisis AHP lebih baik dari analisis SWOT, oleh karena itu dengan menggabungkan kedua teknik analisis AHP dan SWOT diharapkan dapat saling menyempurnakan dan meminimalkan tingkat subjektivitas dari suatu kebijakan yang dihasilkan.

2.5. Kajian Penelitian Terdahulu

Berkaitan dengan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya yang permasalahannya hampir sama dengan penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan Bustami 1998 dalam menganalisis sektor kunci dengan menggunakan Tabel I-O Kalimantan Barat tahun 1995 untuk mengetahui sektor unggulan di Kalimantan Barat. Dalam rangka menentukan sektor unggulan, penelitian tersebut lebih memilih pendekatan dengan indeks keterkaitan murni karena indeks tersebut tidak hanya memperhitungkan struktur internal setiap sektor produksi, namun juga mempertimbangkan aspek tingkat produksi setiap sektor dalam perekonomian. Kesimpulan dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa sektor-sektor yang menjadi unggulan di Kalimantan Barat adalah sektor kehutanan, tanaman bahan makanan, perkebunan lainnya, perkebunan kelapa sawit, industri lainnya, perkebunan karet dan industri minyak sawit. Penelitian mengenai sektor unggulan juga dilakukan oleh Syarifudin 2003, yang bertujuan merekomendasikan subsektor jasa unggulan yang layak dikembangkan sebagai sektor leader di Kota Bandung. Penelitian dengan menggunakan analisis Tabel I-O Kota Bandung tahun 2000 klasifikasi agregasi 28 sektor ini memberikan kesimpulan bahwa subsektor jasa unggulan yang harus diprioritaskan dalam rangka mendorong Kota Bandung sebagai kota jasa adalah sektor perhotelan, komunikasi, pengangkutan darat, restoranrumah makan, pengangkutan udara, serta sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki nilai indeks komposit di atas rata-rata terhadap 10 variabel yang dianggap relevan, yaitu rata-rata laju pertumbuhan sub sektor jasa, kontribusi terhadap PDRB Kota Bandung, nilai LQ, nilai proportional shift, nilai differential shift, nilai indeks daya penyebaran, nilai indeks derajat kapekaan, pengganda output, pengganda pendapatan tipe I dan tipe II. Studi yang berikutnya dilakukan Amir dan Riphat 2005 dalam penelitiannya yang menganalisis berbagai sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 1995-2000. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa selama periode penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses industrialisasi. Meskipun mengalami pergeseran atau penambahan, terdapat lima sektor yang sangat signifikan menjadi sektor unggulan sekaligus perlu mendapatkan prioritas pembangunan dan investasi. Kelima sektor tersebut adalah sektor industri lainnya, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor restoran dan hotel, serta sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka pengganda output, pendapatan dan lapangan kerja dan pure total linkage pada tabel I-O, direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau, pusat perdagangan, dan pusat pertanian. Assidiqqi 2005 menganalisis sektor ekonomi yang memiliki struktur keterkaitan antar sektor yang kuat sektor unggulan di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Hasil analisis input-output tersebut teridentifikasi 6 enam sektor