Tabel Input-Output TINJAUAN PUSTAKA

mengandung keterbatasan, analisis Tabel I-O tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif BPS 2008. Tabel transaksi yang biasa disajikan dalam Tabel I-O terdiri atas empat jenis, yaitu transaksi atas dasar harga pembeli, transaksi atas dasar harga produsen, transaksi total dan transaksi domestik. Tabel transaksi atas dasar harga pembeli adalah transaksi yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga pembeli, atau dengan arti lain bahwa dalam tabel ini unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan masih tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membelinya. Tabel transaksi atas dasar harga produsen merupakan tabel transaksi yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga produsen, atau dengan arti lain bahwa dalam tabel ini unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan telah dipisahkan sebagai input yang dibeli dari sektor perdagangan dan pengangkutan. Tabel transaksi total adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor antar sektor ekonomi. Tabel transaksi domestik adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang hanya berasal dari produksi dalam negeri. Menurut BPS 2008 penyajian Tabel I-O lazimnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok tabel-tabel dasar dan kelompok tabel-tabel analisis. Kelompok tabel-tabel dasar diperlukan dalam membuat analisis deskriptif seperti struktur perekonomian nasionalregional dan nilai tambah sektoral, sedangkan tabel-tabel analisis menyajikan informasi yang diturunkan dari tabel-tabel dasar tersebut, seperti koefisien input dan matriks kebalikan. Kerangka umum Tabel I-O terbagi menjadi 4 kuadran yang tiap kuadrannya dinyatakan dalam bentuk matriks dengan dimensi masing-masing kuadran seperti terlihat pada Gambar 2. Kuadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu perekonomian. Kuadran pertama ini sering disebut juga transaksi antara intermediate transaction. Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir final demand, serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Permintaan akhir pada kuadran kedua ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor. I n x n Transaksi antar sektorkegiatan II n x m Permintaan akhir III p x n Input Primer IV p x m Sumber: BPS 2008 Gambar 2. Kerangka Umum Tabel Input-Output Kuadran ketiga menunjukkan input primer sektor-sektor produksi. Input primer adalah semua balas jasa faktor-faktor produksi yang meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Kuadran keempat menunjukkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor- sektor permintaan akhir. Informasi dalam kuadran keempat ini dianggap bukan merupakan tujuan pokok, maka dalam penyusunan Tabel I-O kuadran keempat ini kadang-kadang diabaikan, sama seperti penyusunan Tabel I-O di Indonesia.

2.3. Sektor dan Komoditas Unggulan

Pengertian sektor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lingkungan suatu usaha, misalnya: pertanian, perindustrian dan lainnya. BPS menyebutkan bahwa sektor adalah satuan kegiatan ekonomi. Komoditas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bahan mentah yang dapat digolongkan menurut mutunya sesuai dengan standar perdagangan internasional, misalnya: gandum, karet, kopi dan lainnya. Sektor unggulan key sector adalah sektor yang memiliki peranan yang relatif besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam memacu tujuan pertumbuhan ekonomi. Menurut Rustiadi, et al., 2009 sektor unggulan dapat diartikan sebagai sektor utama leading sector yakni suatu sektor yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan kekuatan ekspansi ke berbagai sektor lain dalam perekonomian. Adapun ciri-ciri sektor utama leading sector adalah sebagai berikut: a. Potensi menciptakan efek ganda multiplier effect dari produksi-produksi yang dihasilkan terhadap sektor-sektor lain yang mempunyai kemungkinan berkembang dengan pesat. b. Teknik produksi yang lebih modern dan kapasitas dapat diperluas. c. Terciptanya tabungan masyarakat dan pada pengusaha menanamkan kembali keuntungan untuk pengembangan sektor utama tersebut. d. Perkembangan leading sector memacu perluasan kapasitas dan modernisasi sektor-sektor lain. Sukatendel 2007 merumuskan kriteria-kriteria sektor unggulan untuk Kabupaten Bogor sebagai berikut: a. Mampu memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian di suatu wilayah dan menumbuhkan daya beli. b. Berbasis pada sumberdaya lokal. c. Dari segi permintaan besar dan semakin kuat. d. Mampu menggerakan output sektor-sektor lainnya. Daryanto dan Hafizrianda 2010 menerangkan bahwa komoditas unggulan mempunyai kriteria sebagai berikut: 1. Harus mampu menjadi penggerak utama prime mover pembangunan perekonomian. Dengan kata lain, komoditas unggulan tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran. Misalnya, cengkeh di Sulawesi Utara, kakao di Sulawesi Tenggara dan minyak bumi dan gas di Nangroe Aceh Darussalam dan pariwisata di Bali. 2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang forward and backward linkages yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya. 3. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain competitiveness di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi dan kualitas pelayanan. 4. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain regional linkages, baik dalam hal pasar konsumen maupun pemasokan bahan baku. 5. Memiliki status teknologi state-of-the-art yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi. 6. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya. 7. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase kelahiran, fase pertumbuhan hingga fase kejenuhan atau penurunan. Jika komoditas unggulan yang satu memasuki tahap kejenuhan atau penurunan maka komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya. 8. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. 9. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif disinsentif dan lain-lain. 10. Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut Kustanto 1999 penentuan komoditas unggulan dapat didasarkan pada kriteria-kriteria berikut : 1. Ketersediaan pasokan bahan baku secara kontinyu 2. Nilai ekonomis bahan baku 3. Keterkaitan dengan pendapatan petani 4. Mempunyai kesempatan adanya diversifikasi produk 5. Penyebaran lokasi 6. Kemungkian intensifikasi dan ekstensifikasi 7. Kebijakan pemerintah. Dalam penelitian ini komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis dirumuskan dengan mengacu pada pustaka yang telah banyak mengkaji mengenai sektorkomoditas unggulan. Selain itu juga memperhatikan permasalahan pembangunan yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis seperti mewujudkan ketahanan pangan masyarakat, penanganan kemiskinan, pengangguran, ketenagakerjaan dan pemberdayaan masyarakat. Kriteria komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis dirumuskan sebagai berikut: 1. Berbasis pada sumberdaya lokal. 2. Dari segi permintaan besar dan semakin kuat.