Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen

penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto BPS, 2000. Urutan surplus usaha dari komoditas pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Ciamis tertera pada Tabel 20. Tabel 20. Urutan Surplus Usaha dari Komoditas Pertanian terhadap Perekonomian Kabupaten Ciamis No. Komoditas Surplus Usaha juta Rp. Persen 1 Padi 1 665 218.1 20.2 4 Buah-buahan 734 461.8 8.9 7 Kelapa 282 967.8 3.4 12 Peternakan Lainnya 183 682.8 2.2 Tabel 20. Lanjutan No. Komoditas Surplus Usaha juta Rp. Persen 10 Ayam Ras Pedaging 168 649.5 2.0 11 Sapi 93 942.7 1.1 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya 91 552.1 1.1 2 Jagung 77 330.7 0.9 3 Ketela Pohon 65 903.7 0.8 6 Bahan Makanan Lainnya 60 828.1 0.7 13 Kehutanan 52 459.8 0.6 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 22 431.2 0.3 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 18 797.0 0.2 5 Sayur-sayuran 17 936.9 0.2 8 Cengkeh 14 258.6 0.2 3 550 420.8 43.0 Hasil analisis pada Tabel Input-Output menggambarkan kondisi surplus usaha yang ditimbulkan oleh komoditas pertanian secara umum di Kabupaten Ciamis sebagai berikut: komoditas padi dengan surplus usaha sebesar 20.2 persen, buah-buahan dengan surplus usaha sebesar 8.9 persen, kelapa dengan surplus usaha sebesar 3.4 persen, peternakan lainnya dengan surplus usaha sebesar 2.2 persen, ayam ras pedaging dengan surplus usaha sebesar 2.0 persen, sapi dengan surplus usaha sebesar 1.1 persen, ikan darat dan hasil lainnya, dengan surplus usaha sebesar 1.1 persen, jagung dengan surplus usaha sebesar 0.9 persen. 3 Penyusutan Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam kegiatan produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung dengan jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi BPS, 2000. Urutan bersaran penyusutan komoditas pertanian tertera pada Tabel 21. Tabel 21. Urutan Penyusutan pada Komoditas Pertanian No. Komoditas Penyusutan Persen 1 Padi 36 701.1 3.3 13 Kehutanan 5 621.1 0.5 Tabel 21. Lanjutan No. Komoditas Penyusutan Persen 12 Peternakan Lainnya 4 637.9 0.4 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya 2 888.7 0.3 7 Kelapa 2 526.4 0.2 4 Buah-buahan 2 135.4 0.2 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 2 128.1 0.2 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 1 680.3 0.2 11 Sapi 755.4 0.1 8 Cengkeh 730.7 0.1 2 Jagung 653.7 0.1 10 Ayam Ras Pedaging 635.8 0.1 6 Bahan Makanan Lainnya 411.9 0.0 3 Ketela Pohon 74.8 0.0 5 Sayur-sayuran 25.3 0.0 Dilihat dari tingkat penyusutan pada komoditas pertanian, komoditas padi menyusut cukup besar yaitu sebesar 3.3 persen, kemudian kehutanan menyusut sebesar 0.5 persen, peternakan lainnya menyusut sebesar 0.4 persen, ikan darat dan hasil lainnya menyusut sebesar 0.3 persen dan kelapa menyusut sebesar 0.2 persen. 4 Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, pajak bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai, dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen untuk menutupi biaya produksi. Dengan demikian subsidi merupakan tambahan pendapatan bagi produsen dan sering disebut sebagai pajak tak langsung negatif BPS, 2000. Subsidi pada umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat harga tertentu dari suatu produk. Pada Tabel I-O kabupaten Ciamis tahun 2008, nilai subsisi dan impor adalah nol. Urutan besaran nilai pajak tak langsung netto komoditas pertanian tertera pada Tabel 22. Tabel 22. Urutan Pajak Tak Langsung Netto Komoditas Pertanian No. Komoditas Pajak Tak Langsung Netto Persen 1 Padi 32 067.5 6.9 4 Buah-buahan 5 965.9 1.3 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya 1 987.4 0.4 13 Kehutanan 1 523.4 0.3 12 Peternakan Lainnya 1 483.5 0.3 7 Kelapa 1 205.5 0.3 6 Bahan Makanan Lainnya 900.6 0.2 2 Jagung 889.0 0.2 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 792.4 0.2 3 Ketela Pohon 489.3 0.1 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 486.1 0.1 11 Sapi 413.8 0.1 8 Cengkeh 194.7 0.0 10 Ayam Ras Pedaging 59.3 0.0 5 Sayur-sayuran 23.3 0.0 48 481.8 10.4 Pajak tak langsung yang dapat diciptakan oleh komoditas pertanian secara umum sebesar 10.4 persen. Besarnya pajak tak langsung tersebut bersumber dari komoditas padi yang menyumbang pajak sebesar 6.9 persen, kemudian buah- buahan menyumbang pajak sebesar 1.3 persen, ikan darat dan hasil lainnya menyumbang pajak sebesar 0.4 persen, kehutanan menyumbang pajak sebesar 0.3 persen, peternakan lainnya menyumbang pajak sebesar 0.3 persen, dan kelapa menyumbang pajak sebesar 0.3 persen.

d. Struktur Permintaan Akhir final demand

Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Sesuai dengan pengertian ini maka permintaan akhir tidak mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan akhir terdiri dari lima bagian: 1 pengeluaran konsumsi rumah tangga, 2 pengeluaran konsumsi pemerintah, 3 pembentukan modal tetap bruto, 4 perubahan stok, dan 5 ekspor BPS, 2000. Urutan besaran nilai permintaan akhir komoditas pertanian tertera pada Tabel 23. Tabel 23. Urutan Permintaan Akhir Komoditas Pertanian No. Komoditas Permintaan Akhir Persen 1 Padi 1 906 187.6 10.5 4 Buah-buahan 959 447.0 5.3 12 Peternakan Lainnya 575 951.5 3.2 10 Ayam Ras Pedaging 293 484.8 1.6 7 Kelapa 273 988.9 1.5 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya 209 586.2 1.2 11 Sapi 148 210.9 0.8 2 Jagung 100 977.7 0.6 3 Ketela Pohon 71 688.2 0.4 6 Bahan Makanan Lainnya 52 713.2 0.3 13 Kehutanan 30 912.6 0.2 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 26 309.5 0.1 5 Sayur-sayuran 23 946.6 0.1 8 Cengkeh 21 070.2 0.1 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 19 373.7 0.1 Sumber : Hasil Analisis 2011 Tabel 23 menunjukkan urutan nilai permintaan akhir yang mampu diciptakan oleh komoditas pertanian untuk setiap komoditasnya. Komoditas pertanian yang memiliki nilai permintaan akhir tertinggi adalah komoditas padi dengan nilai 10.5 persen, diikuti oleh buah-buahan dengan niali 5.3 persen, selanjutnya peternakan lainnya dengan nilai 3.2 persen, ayam ras pedging dengan nilai 1.6 persen, kelapa memiliki niali 1.5 persen, ikan darat dan hasilnya menyumbang sebesar 1.2 persen. Sementara itu komoditas lainnya menyumbang terhadap permintaan akhir dengan nilai di bawah 1 persen. Dalam penciptaan permintaan akhir, komoditas pertanian khususnya komoditas padi masih mendominasi terhadap permintaan akhir yang artinya output komoditas padi cenderung digunakan langsung sebagai konsumsi akhir yang diikuti oleh buah-buahan, peternakan lainya. Hal ini kedepan seyogyanya menjadi bahan perhatian agar selain memenuhi kebutuhan sendiri juga diharapkan mampu menciptakan nilai tambah dengan menciptakan nilai tambah dari komoditas tersebut.

5.1.2. Analisis Keterkaitan Komoditas Pertanian

Selanjutnya, dengan menggunakan operasi perkalian matriks dicari nilai koefisien input atau yang disebut matriks invers Leontief dari tabel I-O. Kekuatan peramalan model I-O adalah terletak pada invers matriks Leontief ini. Dengan matriks tersebut kita dapat meramalkan perubahan setiap variabel eksogen dalam permintaan akhir, seperti pengeluaran pemerintah, terhadap sistem perekonomian secara simultan. Matriks invers Leontief I-A -1 juga memberikan banyak informasi tentang dampak keterkaitan antar sektor produksi, diantaranya backward linkage effect dampak keterkaitan ke belakang dan forward linkage effect dampak keterkaitan ke depan sebagai berikut.

a. Dampak Langsung ke Belakang dan Dampak Langsung ke Depan

DKLBj merupakan dampak langsung ke belakang dari komoditas j yang menunjukkan efek suatu komoditas terhadap tingkat produksi komoditas yang menyediakan input antara bagi komoditas tersebut secara langsung. Hasil perhitungan dengan menggunakan matriks invers Leontief menunjukkan dampak langsung ke belakang dan dampak langsung ke depan dari komoditas pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Ciamis seperti tertera pada Tabel 24. Tabel 24. Dampak Langsung ke Belakang dan Dampak Langsung ke Depan komoditas Pertanian No Komoditas DKLB j DKLD i 1 Padi 0.1 0.8 2 Jagung 0.1 0.1 3 Ketela Pohon 0.1 0.0 4 Buah-buahan 0.1 0.1 5 Sayur-sayuran 0.1 0.0 6 Bahan Makanan Lainnya 0.1 0.1 7 Kelapa 0.1 0.3 8 Cengkeh 0.0 0.0 9 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.1 0.1 10 Ayam Ras Pedaging 0.5 0.3 11 Sapi 0.4 0.2 Tabel 24. Lanjutan No Komoditas DKLB j DKLD i 12 Peternakan Lainnya 0.3 0.3 13 Kehutanan 0.1 0.1 14 Ikan Laut dan hasil laut lainnya 0.2 0.1 15 Ikan Darat dan hasil perairan darat lainnya 0.3 0.1 Tabel 24 menunjukkan bahwa komoditas yang memiliki nilai dampak langsung ke belakang tinggi adalah komoditas ayam ras pedaging sebesar 0.5, peternakan sapi sebesar 0.4, perikanan darat sebesar 0.3, peternakan lainnya sebesar 0.3, perikanan laut dan hasil lainnya sebesar 0.2, jagung sebesar 0.1, padi sebesar 0.1. Hasil penghitungan nilai dampak langsung ke belakang ini menunjukkan bahwa total input antara yang banyak dibutuhkan untuk menghasilkan output komoditas ayam ras pedaging sebesar satu satuan dibutuhkan 0.5 input antara dan sisanya sebesar 0.5 merupakan input primer. Arti yang sama untuk komoditas lain sesuai dengan nilai angka penggandanya. Selanjutnya, dampak langsung ke depan dari komoditas i yang menunjukkan banyaknya output suatu komoditas i yang dipakai oleh komoditas lainnya. Dari hasil pengolahan data menunjukkan komoditas yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan tinggi adalah komoditas padi sebesar 0.8, kelapa sebesar 0.3, peternakan lainnya sebesar 0.3, ayam ras pedaging sebesar 0.3, sapi sebesar 0.2, buah-buahan sebesar 0.1, kehutanan sebesar 0.1, dan tanaman perkebunan sebesar 0.1. Hasil penghitungan nilai dampak langsung ke depan ini