17
Dalam kehidupan sosial kita tidak dapat memungkiri bahwa masyarakat mempunyai bentuk-bentuk struktur seperti kelompok-
kelompok sosial, kebudayaan, lembaga, strata dan kekuasaan. Disadari atau tidak struktur tersebut mempunyai suatu derajat
dinamika tertentu yang menyebabkan pola-pola perilaku yang berbeda, bergantung pada situasi yang dihadapi. Dengan kata lain,
perubahan dan perkembangan masyarakat disebabkan karena adanya hubungan satu dengan yang lainnya baik secara individu maupun
kelompok.
15
Interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama.
16
Bertemunya manusia secara fisik belaka tidak dapat menghasilkan kebutuhan hidup dalam suatu kelompok sosial,
kebutuhan hidup tersebut dapat diperoleh apabila manusia saling bekerja sama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan
bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan sebagainya. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu yang lain, antara kelompok dengan kelompok yang lain maupun
individu dengan kelompok
17
. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan,
saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Walaupun orang- orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak
saling menukat tanda interaksi sosial telah terjadi, karena masing- masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-
perubahan dalam perasaan maupun syaraf individu yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, aroma
15
Soerjono Soekanto: Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 53
16
Kimball Young dan Raymond, W. Mack: Sociology and Social Life, New York: American Book Company, 1959, hlm. 137 dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm 55
17
Gillin dan Gillin, Cultural Sociology, a revision of An Introduction to Sociology, New York: The Macmillan Company, 1954, hlm. 489 dalam Soerjono Soekanto: Sosiologi Suatu
Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm 56
18
minyak wangi, suara berjalan dan lain sebagainya. Hal tersebut memberikan kesan di dalam pikiran seseorang yang kemudian
menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
18
Di dalam interaksi tidak mesti terjadi komunikasi. Dengan kata lain, ketika dua orang bertemu dan mereka saling menyadari
keberadaan keduanya pada saat itu sudah terjadi interaksi. Meskipun diantara keduanya tidak terjadi percakapan. Berbeda apabila keduanya
tidak menyadari dengan tidak melihat atau mendengar atau apa pun yang dapat dirasakan oleh panca indra, maka tidak terjadi interaksi.
b. Syarat-Syarat dan Faktor-Faktor Yang Mendasari Interaksi
Sosial
Secara teoritis ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Adanya kontak
sosial yang terjadi dalam tiga bentuk yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok, selain itu suatu kontak
sosial dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tergantung
kepada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek dari komunikasi adalah apabila seseorang memberikan tafsiran
pada sesuatu atau perlakuan orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut, orang yang bersangkutan
kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
19
Ketika individu bertemu dengan individu yang lain maka kontak sosial telah terjadi, ketika individu kemudian melakukan suatu
gerakan atau tindakan yang mana gerakan atau tindakan tersebut kemudian di interpretasi oleh individu yang lain sehingga kemudian
18
Soerjono Soekanto: Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 55
19
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 62
19
memberi reaksi atau respon atas gerakan atau tindakan tersebut maka telah terjadi komunikasi.
Adapun faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial; Faktor Imitasi, Sugesti, Identifikasi dan Simpati. Faktor Imitasi merupakan
dorongan untuk meniru orang lain. Menurut Tarde faktor imitasi ini merupakan satu satunya faktor yang mendasari atau melandasi
interaksi sosial. Faktor Sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri
sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umunya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Peranan
sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama satu dengan yang lain, namun sebenarnya keduanya berbeda. Dalam hal imitasi
adalah pasif. Dalam arti bahwa yang di-imitasi tidak dengan aktif memberikan apa yang diperbuatnya.
Faktor Identifikasi merupakan suatu sitilah yang dikemukakan oleh Freud, seorang tokoh dalam psikologi, khususnya psikoanalisis.
Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik sama dengan orang lain. Pada proses identifikasi ini seluruh norma-norma,
cita-cita, sikap dan sebagainya itu dari anak sendiri, dan anak menggunakan hal tersebut dalam perilaku sehari-hari. Segala sesuatu
yang diperbuat oleh orang tua akan dijadikan tauladan bagi anak- anaknya. Misal pada perkembangan anak, mula-mula anak
mengidentifikasi diri pada orang tuanya, tetapi kemudian setelah anak masuk sekolah, tempat identifikasi dapat beralih dari orang tua kepada
gurunya atau kepada orang lain yang dianggapnya bernilai tinggi dan yang dihormatinya.
Faktor Simpati merupakan rasa tertarik kepada orang lain, oleh karena simpati merupakan perasaan, maka simpati timbul tidak atas
dasar logis rasional melainkan atas dasar emosi atau perasaan. Simpati berkembang dalam hubungan individu satu dengan individu yang lain,
demikian pula antipasti. Dengan demikian interaksi sosial yang