Gadget Telekomunikasi Menyebabkan Mahasiswa Kurang Peka

53 demikian para partisipan biasanya menanyakan atau menegur kepada teman tersebut untuk tidak memainkan gadgetnya. Pengalaman partisipan R ketika mengadakan reuni, setelah bertahun-tahun tidak bertemu sekalinya ketemu berkumpul masing-masing malah sibuk dengan gadget. “Perasaanya ya bete aja, kalo misalkan sudah lama ngga ketemu pengen reunian udah komunikasi cape-cape lewat medsos buat nyatuin temen- temen, eh tau nya pada main handphone sendiri, ya kecewa” 45 Ada juga yang melakukan perjanjian seperti partisipan EF, partisipan EF biasanya melakukan perjanjian bersama teman- temannya, bahwa selama berkumpul gadget di taruh di tas atau di depan. Gadget hanya dipakai dalam keadaan darurat saja. “Responnya pertama kita harus menanyakan dulu alasan dia menggunakan handphone, kalo semisal penting, oke lah, ngga apa-apa tapi biasanya kita kalo lagi ngumpul, bikin perjanjian atau kesepakatan untuk tidak bermain hp, saat kumpul hp di silent atau di taroh di tas” 46 Bagi partisipan T makna berkumpul menjadi hilang ketika sedang berkumpul teman-temannya malah asik dengan gadget masing-masing; “Rasanya ngga enak aja apa artinya kita ngumpul kalo pada akhirnya main hp, percuma gitu ka buat ngumpul ya ini sih kalo lagi ngumpul banyak orang, kalo cuma ngobrol berdua sih ngga apa-apa lah ngga masalah” 47 Adapun bagi partisipan U tidak masalah temannya memainkan gadget selama bertemu yang penting dia masih merespon apa yang partisipan U sampaikan; “Kalo saya sih ya itu kalo misalkan dia sekali buka handphone berarti itu ada yang penting tapi kalo dia sering ya saya harus negur, tapi kalo selagi dia masih respon saya sih ngga apa-apa karena masih ngedengerin saya ngomong gitu” 48 45 Wawancara dengan R 02 Maret 2016 46 Wawancara dengan EF 02 Maret 2016 47 Wawancara dengan T 03 Maret 2016 48 Wawancara dengan U 03 Maret 2016 54

e. Gadget Telekomunikasi Menyebabkan Mahasiswa Jarang

Melakukan Komunikasi Tatap Muka Komunikasi menggunakan gadget telekomunikasi memang memberikan kepuasan tersendiri kepada para penggunanya, sehingga tidak heran banyak pula mahasiswa yang lebih menyukai komunikasi menggunakan gadget telekomunikasi ini. Bentuk komunikasi yang disukai partisipan umumnya adalah komunikasi langsung tatap muka, meski pun bentuk komunikasi ini jarang sekali dilakukan oleh para partisipan, akan tetapi partisipan menyadari betul pentingnya komunikasi tatap muka ini. Seperti yang dipaparkan partisipan EF, dia lebih menyukai komunikasi secara langsung dibandingkan dengan melalui gadget tidak langsung, baginya ketika bertemu langsung hubungan emosional lebih dapat ketimbang melalui gadget, dengan bertemu bisa lebih mengetahui apa yang disampaikan oleh lawan bicara; “Ketemu langsung soalnya emosinya lebih dapet, dibandingkan lewat medsos karena itu kan terbatas yah, terhalangi oleh handphone walaupun kita berbicara dengan kata-kata itu belum tentu bisa menyampaikan pesan yang dimaksud orang tersebut, salah menggunakan tanda baca aja itu artinya udah beda, kalo ketemu langsung enak bisa tau orang itu dan ketemu langsung lebih ngerti dan banyak peluang ketemu langsung membaca mimik mukanya,....” 49 Begitupun menurut partisipan R, baginya manusia sebagai makhluk sosial memerlukan interaksi langsung; “Ketemu langsung, kalo secara langsung lebih enak aja, kalo lewat medsos komunikasinya kurang, yang namanya manusia kan makhluk sosial, jadi harus ada interaksi langsung.” 50 Selaras dengan apa yang disampaikan partisipan W, dia lebih menyukai komunikasi langsung karena tidak memiliki batas, tidak dikhawatirkan dengan capeknya mengetik di gadget; 49 Wawancara dengan EF 02 Maret 2016 50 Wawancara dengan R 02 Maret 2016 55 “Enak secara langsung, karena misalkan ngga kita tuh masih suka ada yang nyangkut di pikiran terus kalo di media sosial masih banyak yang lupa kalo ketemu langsung reflek ngomong nya banyak sampe detail juga , ngetik di sms kan lebih cape kadang-kadang ya pake voice note” 51 Berbeda dengan partisipan EF, R, IA, T dan W, partisipan U malah sebaliknya, dia lebih senang komunikasi tidak langsung ketimbang komunikasi langsung, baginya komunikasi tidak langsung lebih mendapat respon dengan orang yang di ajak komunikasi. “Saya itu tipe orang yang kalo ngobrol harus cari orang yang nyambung dulu, jadi saya termasuk orang yang susah untuk interaksi secara langsung, karena saya lebih sering komunikasi di handphone atau gadget lewat media sosial atau sms, dan menurut saya, interaksi yang menyenenangkan itu ya adanya timbal balik seumpama saya nge-love dia dan dia juga nge-love balik saya jadi ada kesenangan sendiri walaupun interaksi di dunia maya atau interaksi secara tidak langsung” 52

f. Gadget Telekomunikasi Menjadikan Mahasiswa Konsumtif

Pemanfaatan teknologi informasi yang baik sebetulnya memberikan peluang yang besar bagi wirausahawan muda terutama mahasiswa. Pada bagian ini peneliti hendak memaparkan bagaimana perkembangan teknologi informasi ini dijadikan sebuah peluang usaha bagi para partisipan. Ternyata hanya dua partisipan saja yang memanfaatkan peluang usaha ini, yakni partisipan EF dan R. Partisipan EF menawarkan berbagai macam aksesoris dan kerudung secara online, partisipan EF menyadari bahwa ruang geraknya yang terbatas, sehingga dia lebih menjajakan barang daganganya secara online. Partisipan R pun sama, dia mencoba peruntungan dengan menawarkan sepatu olahraga secara online. “Lebih kepada jualan aksesoris, aku sebenarnya makenya dua, langsung sama online jadi kalo langsungkan waktunya terbatas ruang geraknya juga, toh kalo kerudung itu bukan kebutuhan tiap hari tidak bisa daur ulang, jadi harus online karena peluangnya lebih gede, mencakup orang lebih banyak” 53 51 Wawancara dengan W 03 Maret 2016 52 Wawancara dengan U 03 Maret 2016 53 Wawancara dengan EF 02 Maret 2016

Dokumen yang terkait

Hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku altruisme pada mahasiswa jurusan pendidikan Ilmu Pengetauan Sosial FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 14 229

Pengaruh konsep diri terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 23 165

Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar akuntansi mahasiswa jurusan pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 14 68

Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Mutu Layanan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 29 73

Pengaruh Pola Sosialisasi Terhadap Tingkat Penyesuaian Diri (Studi Kasus: Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Semester VI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 6 118

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

Hubungan Motivasi Mahasiswa/i Memilih Jurusan Pendidikan IPS dengan Prestasi Belajar angkatan Tahun 2012 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 14 0

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)

0 5 117

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mahasiswa dalam memilih jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 11 193

Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Sarana dan Prasarana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 3 97