50
“Sekarang udah jarang ngumpul ama temen, lebih sering di rumah, karena di rumah banyak sodara jadi lebih memilih untuk berkumpul dengan
keluarga, karena enak interkasinya secara langsung, main gadget jarang kalo udah lagi kumpul ama sodara ya handphone di taroh di kamar atau di
diamkan dulu”
33
Berdasarkan komparasi di atas akhirnya peneliti mencoba mendeskripsikan lebih jauh bagaimana mahasiswa melakukan
komunikasi langsung dengan temannya di tengah kehadiran gadget. Seperti yang disampaikan partisipan R, W dan U hal yang
dilakukan ketika bertemu dengan teman sudah pasti mengobrol, bercanda tawa, atau diskusi;
“Lebih suka diskusi, tapi tergantung ketemunya ka kalo ketemu sama temen organisasi ya ngobrol masalah organisasi tapi kalo ketemu sama
temen kelas ya ngobrolin kuliah ya engga jauh-jauh dari tugas”
34
“Biasanya yang pasti ngobrol ya, cerita-cerita, ya gimana sih, kalo ketemu ya pasti mengobrol,..”
35
“...kita omongin di obrolan itu entah dari pelajaran atau pasangan masing- masing, karena kita kalo lagi ngumpul bawa pasangan masing-masing
jadi obrolannya campur apapun ya kita ceritakan sharing dengan teman”
36
c. Gadget Telekomunikasi Menyebabkan Mahasiswa Kurang Peka
Terhadap Lingkungan Sekitarnya
Pengalaman ini hampir dialami oleh partisipan, seperti misalnya partisipan EF, dia seringkali ditegur oleh temannya lantaran terlalu
fokus dengan gadget sehingga dia tidak mendengarkan apa yang temannya sampaikan.
“....waktu itu gadget nya dalam keadaan penting, temen aku sedang curhat tapi aku sedang fokus dengan gadget, terus temennya bilang udah-udah,
udah lewat, makanya jangan terlalu fokus ke gadget katanya, jadi lebih baik kalo lagi ngobrol dengan orang atau temennya mau cerita tinggal
bilang saja, maaf gitu saya lagi sibuk di hp nanti dulu”
37
33
Wawancara dengan W 03 Maret 2016
34
Wawancara dengan R 02 Maret 2016
35
Wawanca ra denganW 03 Maret 2016
36
Wawancara dengan U 03 Maret 2016
37
Wawancara dengan EF 02 Maret 2016
51
Begitu juga dengan partisipan W, dimana dia lebih asyik memainkan game di gadget telekomunikasinya sehingga dia ditegur
oleh temannya.
“Saya kan suka nya main game di handphone ya, saya fokus di game terus, saya di ajak ngobrol sama temen dan saya ngga tau dia ngomong
apaan karena saking asiknya main game, terus kata temen yang ceritanya “eh lu dengerin gue ngga sih” terus saya bilang maaf tadi ngga
kedengaran soalnya asik main game”
38
Pengalaman lain di alami oleh partisipan R karena terlalu fokus dengan gadget ketika berada dalam KRL dia harus menaiki kereta lagi
karena stasiun yang dituju sudah terlewat.
“Pernah, ceritanya saya pengen turun ke stasiun, eh tau-tau udah kelewatan, karena terlalu fokus dengan gadget jadi tidak tahu”
39
Berbeda dengan partisipan-partisipan yang lain partisipan T mengatakan belum pernah mengalami hal-hal tersebut, walaupun
fokus dengan gadget telinganya masih tetap mendengar sehingga kalau ada yang curhat atau mengajak ngobrol dia masih bisa respon.
“Ngga pernah, walapun fokus dengan handphone telinga masih tetep dengar jadi kalo ada yang curhat masih bisa saya respon”
40
Kepada peneliti partisipan U mengatakan seringkali dia tidak merespon karena asik dengan gadget apa yang temannya sampaikan
sehingga seringkali temannya merasa jengkel ketika mengajak partisipan U mengobrol atau hanya sekedar tegur sapa. Partisipan U
sebetulnya tahu dan menyadari apa yang temannya sampaikan akan tetapi dia lebih asik dengan gadgetnya.
“Nah itu dia sering suka khilafnya kaya gitu emang, justru hal hal yang lebih menarik dengan yang jauh saya pengen menyampaikan apa yang
saya rasa di bandingin saya mendengarkan apa yg dia rasa, saya lebih tertarik ke handphone,... karena saya lebih suka menceritakan kisah hidup
38
Wawancara dengan W 03 Maret 2016
39
Wawancara dengan R 02 Maret 2016
40
Wawancara dengan T 03 Maret 2016
52
saya ketimbang saya harus mendengarkan kisah orang lain, jadi kalo ada orang lain cerita saya kurang respon”
41
d. Kehadiran Gadget Telekomunikasi Mengurangi Kualitas
Interaksi Langsung
Adapun ketika tiba-tiba gadget berdering atau terdengar suaru notifikasi dari gadget biasanya partisipan langsung melihat gadget
tersebut apakah penting atau tidak, namun demikian biasanya partisipan lebih melihat kondisi atau topik perbincangan.
Sebagaimana yang disampaikan partisipan EF, biasanya dia meminta maaf atau izin kepada temannya dahulu sebelum menerima telefon.
“Respon pertama, jujur saya lebih respon ke telepon atau sms karena kalo telepon dan sms lebih urgent, jadi kalo ada telepon masuk atau ada sms
saya lihat dulu dari siapa kalo ada yang penting saya bilang atau izin buat terima telepon itu”.
42
Bagi partisipan R dia tidak langsung membuka gadgetnya ketika obrolan sedang menarik. Dia akan mengabaikannya notifikasi
gadget untuk sementara sehingga dia bisa menghubunginya kembali.
“Tergantung sih kalo perbincanganya lagi enak ya lanjutin obrolan sama temen, tapi kalo obrolannya ngga enak langsung megang handphone, kalo
tema atau topik pembahasanya lagi seru ya lanjutin diskusi, kalo ada telepon langsung diangkat tapi kalo ada chat biasanya di pending
sementara”
43
Adapun dengan partisipan IA secara refleks dia akan langsung melihat gadgetnya;
“....kalo kita lagi ngumpul biasa ya mungkin mentingin handphone dulu lihat siapa yang nelpon atau sms atau chatting..”
44
Selain itu, ada beberapa hal yang membuat para partisipan merasa kecewa ketika mereka berkomunikasi secara langsung akan
tetapi lawan bicara mereka malah sibuk dengan gadgetnya. Meski
41
Wawancara dengan U 03 Maret 2016
42
Wawancara dengan EF 02 Maret 2016
43
Wawancara dengan R 02 Maret 2016
44
Wawancara dengan IA 02 Maret 2016