19
memberi reaksi atau respon atas gerakan atau tindakan tersebut maka telah terjadi komunikasi.
Adapun faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial; Faktor Imitasi, Sugesti, Identifikasi dan Simpati. Faktor Imitasi merupakan
dorongan untuk meniru orang lain. Menurut Tarde faktor imitasi ini merupakan satu satunya faktor yang mendasari atau melandasi
interaksi sosial. Faktor Sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri
sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umunya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Peranan
sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama satu dengan yang lain, namun sebenarnya keduanya berbeda. Dalam hal imitasi
adalah pasif. Dalam arti bahwa yang di-imitasi tidak dengan aktif memberikan apa yang diperbuatnya.
Faktor Identifikasi merupakan suatu sitilah yang dikemukakan oleh Freud, seorang tokoh dalam psikologi, khususnya psikoanalisis.
Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik sama dengan orang lain. Pada proses identifikasi ini seluruh norma-norma,
cita-cita, sikap dan sebagainya itu dari anak sendiri, dan anak menggunakan hal tersebut dalam perilaku sehari-hari. Segala sesuatu
yang diperbuat oleh orang tua akan dijadikan tauladan bagi anak- anaknya. Misal pada perkembangan anak, mula-mula anak
mengidentifikasi diri pada orang tuanya, tetapi kemudian setelah anak masuk sekolah, tempat identifikasi dapat beralih dari orang tua kepada
gurunya atau kepada orang lain yang dianggapnya bernilai tinggi dan yang dihormatinya.
Faktor Simpati merupakan rasa tertarik kepada orang lain, oleh karena simpati merupakan perasaan, maka simpati timbul tidak atas
dasar logis rasional melainkan atas dasar emosi atau perasaan. Simpati berkembang dalam hubungan individu satu dengan individu yang lain,
demikian pula antipasti. Dengan demikian interaksi sosial yang
20
berdasarkan atas simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan dengan interaksi baik atas sugesti maupun imitasi.
20
c. Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama, persaingan, dan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian.
Gillin dan Gillin pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul
sebagai akibat adanya interaksi sosial, yang pertama proses yang asosiatif akomodasi, asimilasi dan akulturasi, yang kedua adalah
proses yang disasosiatif yakni persaingan dan pertentangan.
21
1 Proses Sosial Asosiatif
Akomodasi adalah suatu proses kearah tercapainya persepakatan sementara yang dapat diterima kedua belah pihak yang tengah
bersengketa. Akomodasi ini terjadi pada orang-orang atau kelompok- kelompok yang mau tak mau harus bekerja sama sekalipun dalam
kenyataanya masing-masing selalu memiliki paham yang berbeda dan bertentangan. Asimilasi merupakan proses yang lebih berlanjut apabila
di bandingkan dengan proses akomodasi. Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga pihak-pihak atau warga-warga
dari dua-tiga kelompok yang tengah berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagai milik bersama.
Adapun Akulturasi merupakan proses sosial yang melebur dua kelompok budaya menjadi satu, yang pada akhirnya melahirkan
sesuatu yang baru.
22
2 Proses Sosial Diasosiatif
Kompetisi atau persaingan merupakan bentuk interaksi sosial disasosiatif yang sederhana. Proses ini adalah proses sosial yang
20
Bimo Walgito, Psikologi Sosial Yogyakarta: andi 2003 . hal 72-74
21
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm 64-65
22
J.Dwi Narwoko, Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan Jakarta : Kencana 2007. Hal 58-62
21
mengandung perjuangan untuk merebutkan tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya terbatas yang semata-mata bermanfaat untuk
mempertahankan suatu kelestarian hidup. Yang kedua dari proses disasosiatif adalah Konflik berbeda dengan kompetisi yang selalu
berlangsung di dalam suasana “damai”, konflik adalah suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau
kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan.
23
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwasanya bentuk dari interaksi sosial dapat berupa asosiatif yakni ikatan kerjasama antar individu
dengan individu atau individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Kerjasama yang dijalin memiliki beberapa bentuk
seperti akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Adapun bentuk interaksi sosial yang lain adalah disasosiatif yakni terjadinya suatu persaingan
dan pertikaian baik antar individu dengan individu maupun individu dengan kelompok bahkan kelompok dengan kelompok. Bentuk
persaingan dan pertikaian tersebut dapat berupa kompetisi dan konflik.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Dari hasil penelitian penulis menemukan beberapa penelitian yang lain yang berkaitan dengan pengaruh penggunaa Gadget terhadap interaksi sosial.
Diantaranya:
1. Skripsi
- Skripsi, Ina Astari Utaminingsih A 14202036“Pengaruh Penggunaa
Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja” Program studi komunikasi dan pengembangan masyarakat. Fakultas pertanian,
Institut Pertanian Bogor IPB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat penggunaan ponsel pada remaja saat
ini, pengambilan sampel penelitian menggunakan purposive sampling, tujuan pengggunaan ponsel responden mayoritas untuk kegiatan-
23
Ibid. hal 64-70