sambil mencari celah-celah terlindung untuk menentukan telurnya. Kemudian lalat betina akan mengempiskan perutnya dan badannya kemudian beberapa ruas
akhir abdomen sebagai alat untuk mengeluarkan telur ovipositor akan menjulur ke luar. Lalat tersebut mulai mengeluarkan telurnya pada lokasi yang sesuai, dan
keberadaan lalat lain yang mengelilingi media pene luran tidak mengganggu lalat betina tersebut untuk menuntaskan proses bertelur Soviana, 1996. Selama
hidupnya lalat hijau betina dapat menghasilkan rata-rata 687,5–1690 butir telur yang dapat bertelur sebanyak 4–6 kali. Waktu yang diperlukan untuk melengkapi
siklus hidup dalam media daging mentah pada suhu 24–28,5
o
C dengan kelembaban 85–95 adalah selama 24–33 hari.
2.5.2 Lalat rumah Musca domestica
Lalat rumah merupakan lalat dari famili Muscidae, berkembang biak dalam kotoran dari semua jenis dan seringkali sangat berbahaya Borror et al., 1992.
Lalat tersebut memiliki adapatasi yang tinggi dan habitat yang disukai adalah sampah dan limbah rumah tangga dengan suhu lingkungan diatas 15,6
o
C, serta memiliki kemampuan untuk berkembang biak secara terus- menerus sepanjang
tahun. Siklus hidup lalat sejak dari telur hingga menjadi dewasa sekitar 30 hari.
Setiap perkawinan, lalat akan menghasilkan 100 butir telur yang berwarna putih kekuningan. Telur menetas menjadi larva stadium I yang berlangsung selama 5
hari dan berkembang menjadi larva stadium II sampai V selama 5 hari dan kemudian menjadi lalat. Lalat rumah mengalami metamorfosa sempurna dalam
hidupnya yaitu stadium telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat betina meletakkan telur dalam bentuk onggokan. Telur diletakan dalam empat atau enam onggokan
dan setiap onggokan mengandung kurang lebih 120 telur. Telur-telur diletakkan oleh lalat betina selama 4–8 hari.
Sebelum meletakan telurnya, lalat rumah betina akan memilih media yang sesuai bagi kelangsungan perkembangan larva untuk persediaan makanannya.
Telur lalat tersebut tidak tahan kekeringan dan panas dan hanya bertahan pada suhu 15–40
o
C. Tempat atau benda yang disukai lalat untuk meletakkan telurnya adalah makanan ternak, limbah ternak, feses hewan piaraan dan manusia. Faktor-
faktor yang menarik lalat untuk meletakkan telurnya adalah bau dan kehangatan
feses. Telur lalat dapat berkembang dengan baik dan dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu akan membutuhkan waktu inkubasi relatif lebih singkat.
Tahap pertumbuhan lalat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu, keadaan lingkungan, kelembaban, dan tempat berkembang biak. Akhir
siklus hidup ditandai dengan munculnya lalat dewasa. Lalat jantan dan lalat betina dewasa dapat dibedakan dari ukuran tubuhnya. Menurut Solusby 1982
panjang ukuran tubuh lalat betina berkisar 6,5–7,5 mm sedangkan panjang lalat jantan berukuran 5,6–6,5 mm. Selain itu, pada lalat betina kedua matanya tidak
saling bersinggungan. Penyebab kerusakan la in yang disebabkan oleh infestasi lalat pada saat
penjemuran ikan asin adalah infestasi larva. Larva berasal dari telur lalat yang menetas. Infestasi larva lalat terjadi pada jaringan hidup manusia dan vertebrata,
serta pada jaringan yang telah mati yang disebut miasis belatungan. Berdasarkan kebiasaan lalat, miasis dikelompokkan menjadi miasis obligat yaitu
bila larva hanya terdapat pada jaringan hidup dan miasis fakultatif yaitu bila larva terdapat pada jaringan mati atau luk a yang membusuk Spradberry, 1991.
Kismiyati 1995 melaporkan bahwa stadium larva berlangsung selama 6-7 hari. Akibat miasis tersebut dapat menyebabkan kerusakan utama pada produk
ikan asin termasuk diantaranya jambal roti. Seperti yang dilaporkan Esser 1990 bahwa lalat hijau menjadi penyebab utama kerusakan produk ikan asin di delapan
propinsi di Indonesia dan tiga propinsi di Thailand, terutama selama penjemuran. Sedangkan besarnya kerugian akibat infestasi larva itu dilaporkan oleh Anggawati
et al. 1989 dapat mencapai 30 terutama pada musim hujan.
2.6 Pencegahan Infestasi Lalat