Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian insektisida nabati untuk menanggulangi masalah infestasi lalat pada jambal roti mulai dilakukan. Solihin
1997 melaporkan pembaluran serbuk ekstrak biji atung Parinarium glaberrimum HASSK pada jambal roti dapat menurunkan total infestasi lalat
hijau dan larva yang dihasilkan. Yulianto 2002 melaporkan penggunaan rimpang jerangau Acorus calamus dapat menurunkan investasi lalat selama
penjemuran ikan kembung asin. Salah satu tanaman yang memiliki potensi insektisida alami yang diharapkan dapat digunakan untuk menghambat infestasi
lalat pada saat penjemuran jambal roti adalah bawang putih.
2.6.1 Bawang putih
Bawang putih Allium sativum termasuk dalam famili Liliaceae. Bawang putih selain digunakan sebagai bumbu, juga digunakan sebagai obat, misalnya
untuk penyakit darah tinggi, maag, luka dan lain- lain. Kandungan kimia rata-rata umbi bawang putih segar baik ukuran umbi besar dan kecil adalah padatan terlarut
total 38,4, asam 0,28, vitamin C 21,90, dan air 67,90 Sjaifullah dan Sabari, 1988.
Bawang putih memiliki potensi insektisida sebagai pembunuh hama yang sangat efektif. Menurut Fulder et al. 1999 bahwa bawang putih dapat digunakan
sebagai obat anti hama tanaman atau pestisida nabati. Tanaman bakung yang ditanam secara berselang seling dengan bawang putih dapat terlindung dari
serangan hama dan ditemukan banyak lalat yang mati di sekitar butiran umbi bawang putih. Selain itu, bawang putih memiliki kemampuan membunuh
berbagai jenis serangga, khususnya dapat membunuh semua jentik-jentik nyamuk dengan menggunakan cairan saripati bawang putih alami dengan ukuran satu
sendok teh atau 5 ml jus bawang putih dalam 1000 l. Dinyatakan juga bahwa bawang putih mentah lebih efektif dibandingkan dengan cairan minyak bawang
putih olahan karena unsur aktifnya yaitu diallyl sulfida dan diallyl trisulfida pada bawang putih mentah masih utuh.
Bubur bawang putih menghasilkan minyak yang mengandung dialliyl sulfida. Kata allyl berasal dari allium bawang putih. Identifikasi bagian utama
minyak bawang putih mengandung diallyl sulfida sebanyak 60 dan 20 diallyl trisulfida serta bagian sulfur lain. Bawang putih yang dikupas tanpa dipotong
tidak akan mengeluarkan rasa dan bau aslinya namun bawang putih akan berbau tajam hanya jika diiris, ditumbuk atau dicincang karena jaringannya menjadi
rusak. Dalam istilah kimia senyawa sulfur tersebut adalah diallyl thiosulphinate atau yang disebut dengan alisin. Senyawa aktif tersebut bersifat bakterisidal,
terlalu reaktif dan cenderung tidak stabil. Hanya beberapa hari saja dapat berubah menjadi senyawa sulfur yang berminyak yang sangat berbau tajam,
seperti diallyl disulfida, yang merupakan kandungan utama pada bawang putih Fulder et al., 1999
Komponen bawang putih yaitu alin mengalami perubahan lebih lanjut alisin. Alin merupakan salah satu komponen kimia bawang putih yang berupa
asam amino yang kaya sulfur. Perubahan alin menjadi alisin disebabkan oleh adanya enzim alinase dimana keberadaan antara alin dan alinase memiliki tempat
terpisah pada setiap sel-sel bawang putih Fulder et al., 1999. Alin merupakan asam amino. Salah satu jenis asam amino yang
mengandung sulfur disebut cysteine. Cystein dapat membantu terbentuknya semua jenis asam amino yang mengandung sulfur pada bawang putih, bawang
prei, lobak, kol, bawang bakung dan sebagainya. Semua tanaman umbi-umbian yang mengandung unsur sulfur memiliki rasa sangat kuat pedas dan perih.
Transformasi unsur pokok bawang putih adalah sebagai berikut: asam amino normal yang mengadung sulfur cysteine. Adanya pelukaan terhadap bawang
putih menyebabkan bekerjanya enzim alinase yang mengubah Alin menjadi Alisin yang bersifat reaktif, pedas, dan tidak stabil, yang lebih lanjut akan berubah
manjadi diallyl sulfida dan sulfida lain unsur pokok minyak bawang putih yang berasa dan berbau keras, serta aktif secara medis.
Pada umbi bawang putih, segera setelah sel-sel hancur, baik ditumbuk atau dicincang, alisin akan keluar. Sedangkan yang ditumbuk dalam keadaan segar
tetap mengandung alisin asli. Bawang putih memiliki khasiat pada aroma dan rasanya yang pedas. Oleh karena itu sebaiknya bawang putih tidak disimpan
terlalu lama, karena akan kehilangan khasiatnya. Bawang putih apabila dipanaskan dan disimpan dalam waktu yang lama, rasa dan aroma akan menguap
ke udara. Transformasi unsur pokok bawang putih dapat dilihat pada Gambar 3. Jumlah unsur pokok aktif bawang putih yaitu alin dan sulfur berva riasi dan
sangat tergantung pada lokasi tumbuhnya dan metode pengolahannya. Perbedaan kandungan sulfur pada bawang putih menjadi sangat penting. Jumlah sulfur
sangat menentukan tingkat aromanya, yang menjadi ukuran tinggi rendahnya
mutu atau khasiat bawang putih. Bentuk dan ukuran bawang putih bukan patokan untuk menentukan jumlah kandungan sulfurnya.
Gambar 3. Transformasi unsur pokok bawang putih Brewster, 1994 Kandungan alisin atau alin pada umumnya ditemukan sekitar 50 lebih
besar daripada minyak. Setiap butir bawang putih menga ndung rata-rata 60 air; 1 gram karbohidrat 90 berbentuk zat tepung yang disebut sinistrin; 0,2 gram
protein; 0,05 gram fiber; 0,01 gram lemak; Vitamin A; Vitamin B, dan Vitamin C. Selain itu, bawang putih juga mengandung mineral kelas tinggi yaitu tembaga,
besi, seng, timah, kalsium, batu kali, aluminium, germanium, dan selenium. Menurut Freeman 1979 bawang putih memiliki bau dan rasa yang
berbeda-beda oleh adanya turunan S-propil dan S-propenil. Prekusor utama pada bawang putih yaitu S-2-propenil-sistein sulfoksida oleh enzim aliinase
terhidolisis membentuk 2-propenil 2-propene tiosulfat diallyl tiosulfat, alisin. Bawang putih yang diekstrak dengan destilasi uap akan menghasilkan dialyl
sulfida yang merupakan komponen utama dalam hancuran bawang putih yang terdapat pada head space. Bawang putih yang diekstrak dengan etanol dan air
pada suhu ruang akan menghasilkan alisin dan bila diekstrak dengan etanol murni pada suhu dibawah 0
o
C dihasilkan alin Block, 1985. Komponen sulfur pada bawang putih selain memberikan flavor yang khas
juga memiliki beberapa sifat sebagai senyawa biologis yang aktif. Senyawa bioaktif tersebut antara lain: alisin yang bersifat bakterisidal dan antiradang; alin
yang bersifat antitrombotik; gurwithrays yang bersifat merangsang pertumbuhan sel tubuh dan mempunyai daya peremajaan pada semua fungsi tubuh; dan
scordinin yang dapat mempercepat pertumbuhan, menyembuhkan penyakit kardiovaskular dan sebagai antioksidan serta methyl alliin trisulfida yang dapat
mencegah pembekuan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah ke jantung dan otak Soetomo, 1987.
Komponen utama dialyl thiosulfinat yang terbentuk dalam homogenat bawang putih, yaitu alisin dan alil metil thiosulfinat Lawson et al., 1991. Kedua
komponen tersebut bila mengalami proses destilasi uap pada suhu 100
o
C akan terdegradasi membentuk dialil disulfid, dialil trisulfid, dimetil trisulfid, metil alil
disulfid dan metil alil trisulfid. Alisin yang terbentuk pada jaringan bawang putih yang terluka akan
terdekomposisi dengan sendirinya membentuk asam 2-propana-sulfonat dan thioakrolein. Kondensasi dari dua molekul asam 2 propana sulfonat akan
membentuk kembali alisin. Kondensasi dari dua molekul thioakrolein menghasilkan dua macam komponen siklik, yaitu 2-vinil-4H-1,3-dithiin dan 3-
vinil-4H-1,2-dithiin. Selain itu, dekomposisi alisin juga terjadi apabila 3 molekul alisin bergabung dan menghasilkan 2 molekul 4,5,9-trithiadodeka-
1,6,11-trene-9-oksida atau disebut sebagai ajoene. Komponen turunan alisin terdiri dari vinyldithin dan ajoen. Alisin dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu
dari reaksi oksidasi dialil disulfid dan dari homogenat bawang putih. Kedua cara tersebut akan menghasilkan alisin sintetis. Untuk sint etis vinyldithiin dapat
digunakan alisin yang berasal dari homogenat bawang putih Lawson et al., 1991.
2.6.2 Formalin