bergabung dengan senyawa protein dari jaringan sehingga membuatnya keras dan menjadi tidak larut air atau stabil. Keadaan tersebut dapat mencegah terjadinya
pembusukan spesimen. Formalin dalam larutan dikenal luas sebagai bahan pembunuh hama desinfektan dan banyak digunakan dalam industri Wilbraham
dan Matta, 1992. Menurut Hugo dan Rusel 1987 menyatakan bahwa mekanisme formaldehid dalam menghambat sel bakteri disebabkan oleh
kemampuan formaldehid mempengaruhi enzim-enzim yang terdapat pada membran dan sitoplasma sel.
Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain: fomol, morbirid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide,
oxymethylene, methylene aldehyde, oxomethane, formoform, formalith, karsan, methylene glycol, paraforin, polyoxymethylene plycols, superlysoform,
tetraoxymethylene, dan tioxane Anonymous, 2005. Dampak formalin pada kesehatan manusia dapat bersifat :
1. Akut yaitu efek pada kesehatan manusia yang langsung terlihat seperti iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut, dan
pusing. 2. Kronik yaitu efek pada kesehatan manusia yang terlihat setelah terkena dalam
jangka waktu yang lama dan berulang seperti terjadi iritasi, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system syaraf pusat,
menstruasi, dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen.
Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang karena terjadi akumulasi dalam tubuh.
Anonymous, 2005.
2.6.3 Cypermethrin
Cypermethrin adalah salah satu insektisida pyretroid yang merupakan insektisida sintetis dari derivat alami yang relatif lebih aman bagi manusia
dibandingkan dengan insektisida sintetis yang bukan derivat alami seperti dari golongan organofosfat dan karbamat. Penggunaan insektisida jenis ini banyak
digunakan untuk melindungi hasil pertanian dari serangan hama dan membasmi lalat pada industri peternakan Tarumingkeng, 1992.
Cypermethrin memiliki nama kimia alpha-cyano-3-phenoksi-benzil cis, trans-3-2,2-diclorovinyl-2,2-dimethylcyclopro-panekarboksilat. Rumus molekul
cypermethrin adalah C
22
H
19
Cl
2
NO
3
, berat molekul 416,30 dan senyawa sianida sebagai zat aktif insektisida Anonymous, 1997.
Nama dagang dari cypermethrin antara lain Ripcord 10 EC, Cymbush 25 EC dan Barricade. Cypermetrin berwujud cairan kental, berbau menyengat, rela tif
tidak menguap, stabil terhadap panas, dan larut dalam pelarut non polar aceton, alkohol, xylene, dan khloroform, serta mempunyai kelarutan yang rendah dalam
air 0,009 ppm. Hasil penelitian Nitibaskara 1990 mengenai penggunaan insektisida dalam mengendalikan serangan serangga pada pengolahan serta
penyimpanan ikan asin jambal roti menyimpulkan bahwa penggunaan cypermethrin dengan konsentrasi 0,01 selama perendaman 30 detik cukup
efektif untuk mencegah serangan lalat hijau Chrysomya megacephala selama pengolahan ikan asin jambal roti.
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2005 sampai Februari 2006 di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jl. Petamburan VI, Slipi, Jakarta.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain ikan patin, garam, bawang putih dan air. Ikan patin diperoleh dari kolam pembesaran di Desa Curug,
Kec. Parung, Bogor. Ikan patin yang digunakan sebagai bahan baku jambal roti sebelumnya dipuasakan selama 1 minggu. Garam yang digunakan adalah garam
rakyat ukuran sedang. Bawang putih segar dan garam diperoleh dari Pasar Palmerah Jakarta dengan asal pengiriman dari Kediri, aquadest, dan bahan-bahan
kimia untuk keperluan analisis kimia. Gambar ikan patin dan bawang putih yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 4. Ikan patin Pangasius hypophthalmus yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan jambal roti