infestasi lalat sebanyak 20 ekor. Efektivitas kontrol positif dalam menghambat infestasi lalat disebabkan oleh bau menyengat yang tidak enak yang diduga
berasal dari komponen penyusunnya. Cypermethrin memiliki senyawa sianida sebagai komponen penyusunnya yang diduga sebagai komponen penolak infestasi
lalat. Senyawa sianida sebagai salah satu zat aktif cypermethrin Anonymous, 1997. Formalin yang merupakan larutan formaldehid 37 dan biasanya dalam
pelarut metanol sebagai penstabil memiliki bau yang menyengat yang berasal dari formaldehid sebagai komponen penyusunnya. Menurut Wilbraham dan Matta
1992 formaldehid merupakan aldehid paling sederhana, berbentuk gas, tak berwarna dengan bau yang menyegat, senyawa bersifat sangat reaktif.
Dinyatakan juga bahwa metanol atau disebut juga alkohol kayu bersifat sangat beracun. Jika metanol masuk dalam tubuh melalui saluran cerna dapat
mengakibatkan terjadinya kebutaan sementara atau tetap karena dapat merusak saraf mata. Dengan demikian, aroma khas jambal roti sebagai aroma yang
disenangi lalat tidak tercium oleh lalat bahkan lalat akan menolak karena adanya bau menyengat yang tidak disukai dan bersifat iritan. Bau menyengat yang tidak
enak pada formalin disebabkan oleh sifat-sifat persenyawaan aldehide dan keton sebagai penyusun formaldehida. Menurut Winarno et al. 1973 semakin rendah
rantai karbon dari persenyawaan aldehide, persenyawaan tersebut menjadi semakin berbau merangsang yang tidak enak, dan sebaliknya semakin panjang
rantai karbon, persenyawaan menjadi berbau merangsang yang semakin enak. Secara keseluruhan jumlah infestasi lalat pada saat penjemuran jambal roti
ikan patin relatif sedikit. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan konsentrasi garam tinggi 30 selama proses pengolahan. Kismiyati 1995 menyatakan
bahwa konsentrasi garam 20 pada proses pengolahan ikan asin dapat menurunkan banyaknya lalat yang menghinggapi selama penjemuran.
4.2.1.2 Infestasi larva
Hasil pengamatan terhadap nilai rata-rata infestasi larva disajikan pada Tabel 7.
Berdasarkan Tabel 7, infestasi larva hanya terjadi pada perlakuan kontrol negatif. Pengamatan pada hari kedua penjemuran menunjukkan nilai rata-rata
jumlah telur yang menetas menjadi larva sebanyak 95 larva dan telur yang mati
sebanyak 8 telur. Penurunan jumlah larva hidup yang terhitung semakin berkurang dengan semakin lama penjemuran. Hal tersebut disebabkan oleh
konsentrasi garam tinggi, yang ditunjang dengan keberadaan lemak dalam daging. Konsentrasi garam tinggi dapat menghambat kemampuan telur lalat menetas dan
perkembangannya. Keberadaan lemak dalam daging dapat meningkatkan penyerapan suhu pada saat penjemuran. Peningkatan suhu pada lemak dapat
menurunkan viskositas dan kadar oksigen lemak, sehingga telur dan larva yang baru menetas terhambat perkembangannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan
ditemukan banyaknya telur yang gagal menetas dan larva lr yang mati dalam cairan lemak serta beberapa larva keluar dari dalam daging ikan. Soviana 1996
menyebutkan kisaran suhu stadium telur lalat hijau Chrysomya megacephala 24
o
C-27,8
o
C, sedangkan stadium larva hingga membentuk pupa memiliki kisaran suhu 25,5
o
C-28,5
o
C. Tabel 7. Penurunan nilai rata-rata infestasi telur t dan larva lalat lr
selama penjemuran produk jambal roti ikan patin
Perlakuan Kondisi
Jumlah Telur dan Larva ekor pada Penjemuran Hari ke-
1 2
3 4
5
Kontrol 0
Telur 113
8 8
8 8
Larva hidup 95
17 Larva mati
78 95
95
Sari bwg putih 9,
Telur
10 menit
Larva hidup Larva mati
Cypermethrin 0,01,
Telur
30 detik
Larva hidup Larva mati
Formalin 0,02,
Telur
4 jam
Larva hidup Larva mati
Pada perlakuan perendaman dalam sari bawang putih 9 selama 10 menit tidak ditemukan adanya telur lalat meskipun terdapat aktivitas infestasi lalat. Hal
tersebut disebabkan oleh selain faktor- faktor tersebut di atas juga disebabkan adanya komponen sulfur dalam bawang putih yang bersifat toksik terhadap telur
dan larva lalat. Gurusubramanian et al. 1996 menyimpulkan bahwa komponen
volatil pada bawang putih memiliki efek kronik yang dapat merusak larva pada hama kapas yang berlangsung hingga fase embriologi. Dinyatakan juga bahwa
komponen tersebut diantaranya adalah alicin, 2-propene sulfenic acid, 2-propene thiol, propylene, thioacrolein, dan ajoene. Sebelum meletakkan telur, lalat
biasanya melakukan orientasi terlebih dulu dengan mencari media yang cocok untuk bertelur demi kelangsungan hidup generasinya. Lalat memiliki bagian yang
sangat peka yaitu tarsi yang terletak pada bagian kepala dan thorax karena adanya kemoreseptor atau sensilia olfaktori yang berpori sehingga dapat mendeteksi
aroma yang tidak disenangi. Pada umumnya serangga memiliki dendrit atau bagian cabang neuron yang berfungsi menerima rangsangan pada bagian ujung
yang tidak terlindung Tarumingkeng, 1992. Pada akhir penjemuran tidak ditemukan adanya larva pada masing- masing produk jambal roti ikan patin untuk
semua perlakuan.
4.2.2 Analisis kimiawi 4.2.2.1 Kadar air