scordinin yang dapat mempercepat pertumbuhan, menyembuhkan penyakit kardiovaskular dan sebagai antioksidan serta methyl alliin trisulfida yang dapat
mencegah pembekuan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah ke jantung dan otak Soetomo, 1987.
Komponen utama dialyl thiosulfinat yang terbentuk dalam homogenat bawang putih, yaitu alisin dan alil metil thiosulfinat Lawson et al., 1991. Kedua
komponen tersebut bila mengalami proses destilasi uap pada suhu 100
o
C akan terdegradasi membentuk dialil disulfid, dialil trisulfid, dimetil trisulfid, metil alil
disulfid dan metil alil trisulfid. Alisin yang terbentuk pada jaringan bawang putih yang terluka akan
terdekomposisi dengan sendirinya membentuk asam 2-propana-sulfonat dan thioakrolein. Kondensasi dari dua molekul asam 2 propana sulfonat akan
membentuk kembali alisin. Kondensasi dari dua molekul thioakrolein menghasilkan dua macam komponen siklik, yaitu 2-vinil-4H-1,3-dithiin dan 3-
vinil-4H-1,2-dithiin. Selain itu, dekomposisi alisin juga terjadi apabila 3 molekul alisin bergabung dan menghasilkan 2 molekul 4,5,9-trithiadodeka-
1,6,11-trene-9-oksida atau disebut sebagai ajoene. Komponen turunan alisin terdiri dari vinyldithin dan ajoen. Alisin dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu
dari reaksi oksidasi dialil disulfid dan dari homogenat bawang putih. Kedua cara tersebut akan menghasilkan alisin sintetis. Untuk sint etis vinyldithiin dapat
digunakan alisin yang berasal dari homogenat bawang putih Lawson et al., 1991.
2.6.2 Formalin
Formalin merupakan larutan tidak berwarna dan berbau sangat menyengat yang mengandung 37 formaldehid. Formaldehid adalah aldehid paling
sederhana, berbentuk gas, tak berwarna dengan bau yang menyegat, senyawa bersifat sangat reaktif, dan dapat menghancurkan daya katalis enzim serta
menyebabkan jaringan hati mengeras. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 sebagai penstabil. Metanol atau disebut juga alkohol kayu bersifat sangat
beracun. Jika metanol masuk dalam tubuh melalui saluran cerna dapat mengakibatkan terjadinya kebutaan sementara atau tetap karena dapat merusak
saraf mata Wilbraham dan Matta, 1992. Formalin digunakan untuk mengawetkan spesimen hayati. Mekanisme
formalin sebagai pengawet adalah senyawa formaldehid dalam larutan akan
bergabung dengan senyawa protein dari jaringan sehingga membuatnya keras dan menjadi tidak larut air atau stabil. Keadaan tersebut dapat mencegah terjadinya
pembusukan spesimen. Formalin dalam larutan dikenal luas sebagai bahan pembunuh hama desinfektan dan banyak digunakan dalam industri Wilbraham
dan Matta, 1992. Menurut Hugo dan Rusel 1987 menyatakan bahwa mekanisme formaldehid dalam menghambat sel bakteri disebabkan oleh
kemampuan formaldehid mempengaruhi enzim-enzim yang terdapat pada membran dan sitoplasma sel.
Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain: fomol, morbirid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide,
oxymethylene, methylene aldehyde, oxomethane, formoform, formalith, karsan, methylene glycol, paraforin, polyoxymethylene plycols, superlysoform,
tetraoxymethylene, dan tioxane Anonymous, 2005. Dampak formalin pada kesehatan manusia dapat bersifat :
1. Akut yaitu efek pada kesehatan manusia yang langsung terlihat seperti iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut, dan
pusing. 2. Kronik yaitu efek pada kesehatan manusia yang terlihat setelah terkena dalam
jangka waktu yang lama dan berulang seperti terjadi iritasi, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system syaraf pusat,
menstruasi, dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen.
Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang karena terjadi akumulasi dalam tubuh.
Anonymous, 2005.
2.6.3 Cypermethrin