VIII. KOMPENSASI REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DENGAN METODE HEA
8.1 Skenario Kompensasi Lahan Bekas Tambang
Pendekatan pengukuran kompensasi kerusakan sumber daya alam bisa dilakukan melalui dua pendekatan yaitu supply side dan demand side. Pendekatan
supply side merupakan pendekatan dengan menghitung nilai moneter masyarakat
terhadap sumber daya alam. Pendekatan demand side yaitu dengan menghitung berapa biaya yang diperlukan untuk mengganti jasa dari suatu sumber daya alam
yang hilang akibat injury KLH, 2006. Kompensasi kerusakan tersebut dapat diestimasi jika luas daerah yang harus dikompensasi dari sumber daya yang
mengalami kerusakan dan perkiraan biaya per hektar dalam proses restorasi diketahui.
Restorasi lahan bekas tambang merupakan hal yang harus dilakukan oleh pemilik kuasa tambang agar kegiatan pertambangan yang dilakukan tidak
mengakibatkan permasalahan lingkungan. Dalam rangka menjamin ketaatan perusahaan pertambangan untuk melakukan reklamasi sesuai dengan rencana
reklamasi, perusahaan pertambangan wajib menyediakan jaminan reklamasi, yang besarnya sesuai dengan Rencana Biaya Reklamasi yang telah mendapat
persetujuan Menteri, Gubernur, maupun BupatiWalikota sesuai kewenangannya. Penetapan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan jaminan reklamasi ini dapat
pula memberikan kepercayaan kepada masyarakat dan instansi terkait dengan kemampuan perusahaan pertambangan dalam rangka melaksanakan rencana
pengelolaan lingkungan, khususnya dalam melaksanakan reklamasi lahan bekas
tambang. Reklamasi lahan merupakan hal penting, karena merupakan upaya untuk mengembalikan fungsi lahan pasca penambangan. Jaminan reklamasi lahan ini
merupakan syarat mutlak yang harus dilengkapi oleh pihak perusahaan tambang
sebelum memulai kegiatan ekspolitasi.
Jaminan reklamasi dapat berbentuk deposito berjangka, bank garansi, asuransi, dan cadangan akuntansi accounting reserve. Jaminan tersebut harus
ditempatkan oleh Perusahaan Pertambangan sebelum perusahaan tersebut memulai usaha produksi atau eksploitasi pertambangan. Akan tetapi, rekalamasi
yang baik beserta perencanaanya pada umumnya hanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki skala produksi yang besar. Perusahaan tersebut
biasanya dapat mendistribusikan hasil produksi tambangnya sampai ke tingkat nasional. Reklamasi mungkin untuk dilaksanakan perusahaan tambang tersebut
karena memiliki net benefit yang tinggi. Penghitungan kompensasi dengan menggunakan metode HEA harus
memasukkan beberapa komponen. Komponen tersebut antara lain yaitu: 1.
tahun klaim kerusakan 2.
luasan yang terkena injury 3.
nilai rasio pengembalian dari restorasi 4.
persentase jasa sebelum adanya kerusakan 5.
persentase jasa setelah adanya kerusakan 6.
sebelum adanya restorasi 7.
waktu yang dibutuhkan dalam proses restorasi 8.
tingkat suku bunga yang digunakan
9. persentase jasa yang hilang interim lost dari kerusakan ekosistem lahan
bekas tambang 10.
persentase gain yang akan diperoleh dari upaya restorasi tersebut. Jasa ekologi lahan bekas tambang yang lebih diperhatikan dalam
penelitian ini adalah sebagai tempat tumbuhnya pohon jati. Tahun klaim kerusakan lahan bekas tambang di Kecamatan Rumpin adalah tahun diadakannya
penelitian ini, yaitu tahun 2012. Luasan yang terkena injury yaitu sebesar luas lahan tambang yang akan dilakukan proses tambang sebesar 49.48 ha. Nilai rasio
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 60 dari kerusakan akan dikompensasi. Hal ini dikarenakan reklamasi yang dilakukan sangat sulit untu
mencapai kondisi 100 baseline. kompensasi yang harus diberikan perusahaan atas kerusakan ekologi lahan bekas tambang.
Kerusakan ekologi di Kecamatan Rumpin diperkirakan sudah terjadi sejak 1980-an. Pertambangan yang ada pada awal kegiatan pertambangan merupakan
pertambangan skala kecil yang dikelola oleh individu atau sekelompok masyarakat. Awal ekologi pada lahan bekas tambang merupakan bukit yang
ditumbuhi pohon jati serta tanaman hijau lainnya. Saat ini total lahan bekas tambang di Kecamatan Rumpin sebesar 329.26 ha. Keadaan awal lahan bekas
tambang merupakan luas daerah yang tidak mengalami kerusakan. Artinya jasa yang dihasilkan pada tahun sebelum terjadinya kegiatan tambang diasumsikan ada
pada tingkatan full services. Kerusakan ini masih terjadi saat ini hingga beberapa puluh tahun ke depan, jika tidak ada peraturan yang jelas dan tegas dari
pemerintah dalam pembatasan lahan untuk kegiatan tambang serta regulasi agar
terlaksananya reklamasi lahan bekas tambang di skala produksi besar sampai yang kecil.
Kerusakan yang terjadi pada lahan bekas tambang diasumsikan sebanding dengan penurunan jasa ekologi lahan tambang mula-mula. Hal ini berdasarkan
penelitian Ray 2008 yang menjabarkan bahwa restorasi suatu habitat saat ini berkembang dari penyederhanaan bahwa mengganti secara fisik suatu habitat
akibat kerusakan akan mengganti jasa ekologi yang hilang yang dihasilkan habitat tersebut. Walau pun dalam kenyataannya untuk mewujudkan ekologi yang serupa
seperti semula, membutuhkan waktu yang relatif tidak singkat. Skenario restorasi dalam penelitian ini disusun dengan melihat perbedaan
dari dua komponen, yaitu jenis tingkat suku bunga yang dipakai dan perbedaan jangka waktu yang dibutuhkan dalam proses restorasi. Hal ini dilakukan untuk
melihat pengaruh kedua komponen tersebut terhadap luas lahan bekas tambang yang harus dikompensasi. Hasil ini pada akhirnya akan mempengaruhi nilai klaim
kerusakan sebagai biaya kerugian dari kerusakan pada lahan bekas tambang di PT. Holcim Beton. Nilai kerugian tersebut selanjutnya akan dikonversi menjadi biaya
kerugian dari kerusakan lahan bekas tambang di Kecamatan Rumpin. Jangka waktu yang dibutuhkan bagi pemulihan kondisi sumber daya alam
berbeda-beda. Hingga kini, di Indonesia belum ada penelitian terkait waktu yang dibutuhkan lahan bekas tambang yang terkena injury untuk pulih seperti baseline.
Jangka waktu yang dibutuhkan dalam restorasi lahan bekas tambang di Kecamatan Rumpin dibuat dalam tiga skenario yaitu:
1.
Restorasi dengan jangka waktu selama 14 tahun
Penentuan jangka waktu 14 tahun ini berdasarkan perkiraan peneliti. Reklamasi yang telah dilakukan oleh salah satu perusahaan tambang skala
besar di Kecamatan Rumpin PT. Holcim Beton. Reklamasi tersebut telah berjalan di tahun 2010 dan 2011. Luasan reklamasi yang dilakukan pada
tahun 2010 sebesar 2.3 ha dan luasan reklamasi pada tahun 2011 sebesar 2.5 ha. Adanya kenaikan luasan reklamasi antar tahun sebesar 0.2 ha
memungkinkan adanya kenaikan kemampuan perusahaan dalam reklamasi lahan bekas tambang setiap tahun selanjutnya sekitar 0.2 ha per tahun. Pada
jangka waktu ini, diperkirakan lahan bekas tambang akan pulih pada tahun 2023. Kegiatan reklamasi yang dilakukan, diperkirakan memiliki rangkaian
rincian biaya seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Biaya Reklamasi yang Dikeluarkan Perusahaan
No. Kegiatan Biayaha
Rp 1 Pembelian bibit Rp 20 000
26 600 000 2
Pengolahan lahan, Pembuatan lubang dan Penanaman
27 500 000 3 Pemupukan selama 3 bulan Rp 28 000
37 324 000 Jumlah
91 484 000 Sumber: PT. Sugih Agro Sejati
2.
Restorasi dengan jangka waktu 20 tahun
Penentuan jangka waktu dua puluh tahun ini berdasarkan luas reklamasi maksimal per tahun yang mampu dilaksanakan oleh perusahaan. Hal ini untuk
memperkirakan berapa tahun reklamasi akan selesai dilakukan, jika mengacu pada luas maksimal reklamasi yang telah dilaksanakan perusahaan. Asumsi
yang dipakai dalam hal ini, perusahaan sudah tidak mampu menaikan luas reklamasi lahan bekas tambang setiap tahunnya. Luas tersebut seluas 2.5 ha
per tahun.
3. Restorasi dengan jangka waktu 22 tahun
Penentuan jangka waktu 22 tahun ini berdasarkan nilai luas minimal reklamasi yang mampu diterapkan oleh perusahaan tiap tahunnya. Hal ini merupakan
sebagai asumsi bahwa dalam kondisi net benefit yang minim, perusahaan akan tetap melakukan reklamasi lahan bekas tambang seluas 2.3 ha per tahun. Luas
minimal reklamasi perusahaan tersebut seluas 2.3 ha per tahun. Setelah diolah, peneliti mendapatkan jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk
melaksanakan reklamasi dengan luasan reklamasi per tahun sebesar 2.3 diperlukan waktu selama 22 tahun.
Semua skenario menggunakan rincian persentase jasa yang hilang yang sama karena rincian tersebut merupakan hasil pengolahan data terkait penurunan
luas lahan tambang pada waktu tertentu. Data terkait penurunan jasa lahan tambang di PT. Holcim Beton ditunjukan oleh Gambar 9.
Sumber : Olahan Peneliti 2012
Gambar 9. Grafik Penurunan Jasa Lahan Tambang
Tingkat suku bunga dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi tiga skenario. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh tingkat suku bunga terhadap
besarnya luas lahan bekas tambang yang harus dikompensasi akibat mengalami injury
. Adapun tiga skenario yang dipakai dalam penelitian ini yaitu: 1.
Tingkat suku bunga 5.75 Penentuan tingkat suku bunga ini yaitu berdasarkan tingkat suku bunga yang
dikeluarkan Bank Indonesia BI yaitu BI rate pada Bulan April tahun 2012. BI rate merupakan suku bunga yang dijadikan acuan bagi kebijakan moneter
di Indonesia. 2.
Tingkat suku bunga rata-rata 5.42 Tingkat suku bunga ini ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga deposito
rata-rata pada Bulan April tahun 2012, yaitu sebesar 5.42. 3.
Tingkat suku bunga 12.51 Penentuan tingkat suku bunga yang terakhir berdasarkan tingkat suku bunga
pinjaman rata-rata. Tingkat suku bunga rata-rata tersebut berlaku pada Bulan April tahun 2012.
Penentuan besarnya tingkat suku bunga yang dipakai tersebut untuk melihat bagaimana perbedaan pengaruh besarnya tingkat suku bunga terhadap
luas lahan bekas tambang yang harus dikompensasi akibat mengalami injury. Komponen suku bunga yang dipakai dalam penelitian ini tidak melihat berbagai
jenis suku bunga yang dipakai seperti tingkat suku bunga yang dikeluarkan BI, tingkat suku bunga pinjaman, dan tingkat suku bunga deposito. Hal tersebut
dikarenakan belum adanya Undang-Undang di Negara Indonesia terkait penggunaan jenis suku bunga tertentu atau besaran suku bunga yang harus
dipakai dalam melakukan penghitungan kompensasi, terutama pada kompensasi lahan bekas tambang.
8.2 Luas Kompensasi Lahan Bekas Tambang