Kebijakan Pemerintah Daerah Terkait Pertambangan Bahan Galian C
tambang. Reklamasi lahan merupakan hal penting, karena merupakan upaya untuk mengembalikan fungsi lahan pasca penambangan. Jaminan reklamasi lahan ini
merupakan syarat mutlak yang harus dilengkapi oleh pihak perusahaan tambang
sebelum memulai kegiatan ekspolitasi.
Jaminan reklamasi dapat berbentuk deposito berjangka, bank garansi, asuransi, dan cadangan akuntansi accounting reserve. Jaminan tersebut harus
ditempatkan oleh Perusahaan Pertambangan sebelum perusahaan tersebut memulai usaha produksi atau eksploitasi pertambangan. Akan tetapi, rekalamasi
yang baik beserta perencanaanya pada umumnya hanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki skala produksi yang besar. Perusahaan tersebut
biasanya dapat mendistribusikan hasil produksi tambangnya sampai ke tingkat nasional. Reklamasi mungkin untuk dilaksanakan perusahaan tambang tersebut
karena memiliki net benefit yang tinggi. Penghitungan kompensasi dengan menggunakan metode HEA harus
memasukkan beberapa komponen. Komponen tersebut antara lain yaitu: 1.
tahun klaim kerusakan 2.
luasan yang terkena injury 3.
nilai rasio pengembalian dari restorasi 4.
persentase jasa sebelum adanya kerusakan 5.
persentase jasa setelah adanya kerusakan 6.
sebelum adanya restorasi 7.
waktu yang dibutuhkan dalam proses restorasi 8.
tingkat suku bunga yang digunakan
9. persentase jasa yang hilang interim lost dari kerusakan ekosistem lahan
bekas tambang 10.
persentase gain yang akan diperoleh dari upaya restorasi tersebut. Jasa ekologi lahan bekas tambang yang lebih diperhatikan dalam
penelitian ini adalah sebagai tempat tumbuhnya pohon jati. Tahun klaim kerusakan lahan bekas tambang di Kecamatan Rumpin adalah tahun diadakannya
penelitian ini, yaitu tahun 2012. Luasan yang terkena injury yaitu sebesar luas lahan tambang yang akan dilakukan proses tambang sebesar 49.48 ha. Nilai rasio
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 60 dari kerusakan akan dikompensasi. Hal ini dikarenakan reklamasi yang dilakukan sangat sulit untu
mencapai kondisi 100 baseline. kompensasi yang harus diberikan perusahaan atas kerusakan ekologi lahan bekas tambang.
Kerusakan ekologi di Kecamatan Rumpin diperkirakan sudah terjadi sejak 1980-an. Pertambangan yang ada pada awal kegiatan pertambangan merupakan
pertambangan skala kecil yang dikelola oleh individu atau sekelompok masyarakat. Awal ekologi pada lahan bekas tambang merupakan bukit yang
ditumbuhi pohon jati serta tanaman hijau lainnya. Saat ini total lahan bekas tambang di Kecamatan Rumpin sebesar 329.26 ha. Keadaan awal lahan bekas
tambang merupakan luas daerah yang tidak mengalami kerusakan. Artinya jasa yang dihasilkan pada tahun sebelum terjadinya kegiatan tambang diasumsikan ada
pada tingkatan full services. Kerusakan ini masih terjadi saat ini hingga beberapa puluh tahun ke depan, jika tidak ada peraturan yang jelas dan tegas dari
pemerintah dalam pembatasan lahan untuk kegiatan tambang serta regulasi agar
terlaksananya reklamasi lahan bekas tambang di skala produksi besar sampai yang kecil.
Kerusakan yang terjadi pada lahan bekas tambang diasumsikan sebanding dengan penurunan jasa ekologi lahan tambang mula-mula. Hal ini berdasarkan
penelitian Ray 2008 yang menjabarkan bahwa restorasi suatu habitat saat ini berkembang dari penyederhanaan bahwa mengganti secara fisik suatu habitat
akibat kerusakan akan mengganti jasa ekologi yang hilang yang dihasilkan habitat tersebut. Walau pun dalam kenyataannya untuk mewujudkan ekologi yang serupa
seperti semula, membutuhkan waktu yang relatif tidak singkat. Skenario restorasi dalam penelitian ini disusun dengan melihat perbedaan
dari dua komponen, yaitu jenis tingkat suku bunga yang dipakai dan perbedaan jangka waktu yang dibutuhkan dalam proses restorasi. Hal ini dilakukan untuk
melihat pengaruh kedua komponen tersebut terhadap luas lahan bekas tambang yang harus dikompensasi. Hasil ini pada akhirnya akan mempengaruhi nilai klaim
kerusakan sebagai biaya kerugian dari kerusakan pada lahan bekas tambang di PT. Holcim Beton. Nilai kerugian tersebut selanjutnya akan dikonversi menjadi biaya
kerugian dari kerusakan lahan bekas tambang di Kecamatan Rumpin. Jangka waktu yang dibutuhkan bagi pemulihan kondisi sumber daya alam
berbeda-beda. Hingga kini, di Indonesia belum ada penelitian terkait waktu yang dibutuhkan lahan bekas tambang yang terkena injury untuk pulih seperti baseline.
Jangka waktu yang dibutuhkan dalam restorasi lahan bekas tambang di Kecamatan Rumpin dibuat dalam tiga skenario yaitu:
1.
Restorasi dengan jangka waktu selama 14 tahun