Faktor Organisasi Yang Mempengaruhi Distorsi

43 Universitas Sumatera Utara d Sikap dari penerima yang dimaksudkan. Ada bukti yang mendukung ide, bahwa pencipta satu pesan akan cenderung mengganggu pesan, dalam pengarahan sikap yang diberikan mengenai siapa yang menerima pesan.

2.4.2 Faktor Organisasi Yang Mempengaruhi Distorsi

Ada beberapa hal dari lingkungan organisasi yang ikut memberikan kontribusi terhadap distorsi pesan dalam komunikasi Muhammad, 2009: 214-220 , di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Kedudukan atau Posisi dalam Organisasi Kedudukan atau posisi dalam organisasi mempengaruhi cara berkomunikasi. Anggota-anggota fungsional organisasi yang menduduki posisi dengan tugas dan otoritas yang ditetapkan untuk itu akan mempunyai pandangan dan sistem nilai yang berbeda dengan orang lain yang mempunyai kedudukan yang berbeda. Dalam kenyataan dapat dilihat, bahwa orang yang bekerja dalam organisasi melihat pekerjaan mereka dengan cara berbeda dengan orang yang di luar organisasi. Tiap-tiap posisi dalam organisasi menuntut bahwa orang yang menduduki posisi itu harus mempersepsi dan berkomunikasi dari pandangan posisi. 2. Hierarki dalam Organisasi Susunan posisi dalam bentuk hierarki menggambarkan bahwa ada orang yang menduduki posisi yang superior dan yang lainnya bawahan. Hierarki hubungan atasan bawahan ini mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi. Di antara mereka terdapat perbedaan dalam persepsi status. Orang menduduki tempat yang lebih tinggi dalam hierarki, mempunyai kontrol yang lebih banyak dari pada orang yang ditempatkan pada bagian bawah. Informasi mungkin terganggu ke atas karena bawahan harus hati-hati untuk membicarakan sesuatu yang menarik bagi atasannya untuk didengarkan dan mendiskusikan hal-hal yang cenderung tidak mengurangi posisi mereka dalam organisasi dengan refleksi negatif dari kemampuan mereka dalam pembentukan keputusan dan kompetensi mereka. Bahkan di antara teman hubungan yang bersifat hierarki ini mempengaruhi cara- cara mereka mendiskusikan sesuatu. 3. Keterbatasan Berkomunikasi Keterbatasan yang ditentukan oleh organisasi di mana seseorang boleh berkomunikasi dengan yang lain dan ketentuan siapa yang boleh membuat keputusan, mempengaruhi cara anggota organisasi berkomunikasi. Koordinasi aktivitas dan arus informasi dalam organisasi menghendaki beberapa perbuatan keputusan secara sentralisasi. Untuk menghindari anggota organisasi tidak begitu banyak berbeda-beda arah dan membuat keputusan yang mungkin bertentangan dengan tidak seimbangnya beban kerja, maka organisasi distruktur sehingga keputusan-keputusan dibuat oleh anggota yang teratas dari organisasi. 4. Hubungan yang Tidak Personal Hubungan yang tidak personal dalam organisasi mempengaruhi cara orang berkomunikasi. Salah satu dari karakteristik organisasi formal adalah hubungan yang bersifat formal dan tidak personal. Hubungan-hubungan yang bersifat 44 Universitas Sumatera Utara personal ini mengarahkan kepada tekanan-tekanan yang bersifat emosional. Untuk menyembunyikan atau memungkiri ekspresi emosional kepada orang lain orang mengembangkan cara-cara menyimpan ekspresi emosional tersebut. Organisasi bahkan mungkin menolak mempertimbangkan ide-ide yang menuju pada pembuktian pernyataan perasaan. Akibatnya lambat laun berkurang kehati-hatian pada perasaan pribadi yang lain dan tidak mampu memperkirakan secara tepat reaksi emosional yang lain. Akhirnya organisasi terdiri dari individu yang tidak dapat mengkomunikasikan perasaan mereka dan siapakah yang mengatur pemecahan masalah mereka ini? 5. Sistem Aturan dan Kebijaksanaan Sistem aturan, kebijaksanaan, dan aturan-aturan yang berkenaan dengan pemikiran, perbuatan dan cara-cara orang berkomunikasi. Pemakaian aturan dan kebijaksanaan yang kaku mengarahkan ketidakmampuan membuat persetujuan dan mengarahkan pada hubungan yang tidak personal dan kurangnya komunikasi yang bersifat emosional. Aturan mengarahkan kepada pola komunikasi tradisional yang kaku dan rutin. Akibatnya komunikasi dalam organisasi berkurang terutama sekali komunikasi interpersonal. Informasi dan pesan mengalami distorsi karena terikat dengan aturan yang terlalu formal. 6. Spesialisasi Tugas Spesialisasi tugas mempersempit persepsi seseorang dan mempengaruhi cara orang berkomunikasi. Meskipun spesialisasi telah memberikan sumbangan terhadap produktivitas nasional dan peningkatan efisiensi, tetapi dibalik itu juga merupakan sumber masalah komunikasi. Individu mengenali bidang keahlian mereka masing-masing dan gagal mengintegrasikan tugasnya dengan bagian yang lain. Akibatnya sering kali terjadi penundaan arus komunikasi atau mengelakkan penyampaian informasi dari orang ke orang lain. Akibat lain spesialisasi tugas adalah timbulnya sikap untuk pemilikan informasi. Spesialisasi juga mendorong terjadinya kompetisi dan konflik di antara sumber-sumber untuk melengkapi tujuan yang baru. Spesialisasi mungkin merupakan sumber distorsi pesan yang terjadi dalam organisasi. 7. Ketidakpedulian Pemimpin Pimpinan sering gagal mengirim pesan yang dibutuhkan karyawan karena mereka mengira bahwa orang telah mengetahuinya, mereka malas, menangguhkan dan cenderung menahan informasi. Kebanyakan organisasi pada dasarnya tidak menginginkan komunikasi dua arah sebagai pengiriman perintah ke bawah dan pengiriman laporan dari bawah ke atas. Karena itu mereka membatasi diri untuk berkomunikasi sesuai dengan persepsi mereka tersebut. Kondisi yang menghalangi komunikasi efektif dan dihubungkan dengan tidak ambil pusing yang mendalam. Keasyikan mungkin terjadi karena orang terlalu terpusat pada dirinya sendiri sehingga mereka tidak mendengarkan orang lain secara efektif atau bersikap tidak memperdulikan yang lain. Keragu-raguan dan daya tahan perhatian yang sebentar merupakan hambatan bagi komunikasi yang efektif. Halangan dan keragu-raguan atau kebingungan, dalam banyak hal sama seperti halangan kerena keasyikan. Kedua proses itu tidak membiarkan informasi baru menembus pikiran si penerima. Tetapi dengan pikiran yang ragu seseorang tidak dapat memusatkan perhatiannya pada satu topik lebih dari beberapa menit. Karena itu pembicara haruslah belajar menyesuaikan pembicaraan dengan daya tahan perhatian si pendengar ini. 45 Universitas Sumatera Utara 8. Prestise Salah satu halangan yang mendasar dalam organisasi adalah berkenaan dengan prestise. Prestise tersebut merupakan penghalang bagi komunikasi yang efektif antara orang yang berbeda levelnya dalam sebuah organisasi. Prestise menjadikan hubungan komunikasi antara orang yang mempunyai prestise yang lebih tinggi dengan orang yang lebih rendah menjadi kurang lancar atau tidak bebas. Jika prestise dan ego terlibat dalam pesan yang dikirimkan masalah komunikasi menjadi bertambah berat dapat menimbulkan pertentangan dan percekokan. Percekokan ini akan menimbulkan gangguan dan kemacetan dalam organisasi. Meskipun hubungan prestise pada kenyataannya diberikan dalam organisasi namun iklim organisasi dapat dikembangkan sehingga pesan antara atasan dan bawahan tidak tetap bersaing. Masalah organisasi yang lain berkenaan dengan kurangnya pengetahuan tentang apa yang dilakukan dalam bagian-bagian organisasi. 9. Jaringan Komunikasi Hambatan yang lain juga dapat disebabkan oleh karena banyaknya tingkatan atau mata rantai yang harus dilalui oleh suatu pesan dalam komunikasi. Pesan yang dikirim secara seri atau berantai banyak cenderung diubah oleh penerima sebelum dilanjutkan pengirimannya. Makin banyak mata rantai yang dilalu oleh pesan makin memungkinkan pesan tersebut akan salah diartikan. Pesan itu akan berubah detail-detailnya yang asli dibuang dan ditambahkan detail yang baru. Kecenderungannya penyampai pesan itu akan membuat interpretasi sendiri terhadap pesan tersebut.

2.4.3 Usaha-Usaha Mengurangi Hambatan Komunikasi Organisasi

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan penggunaan media pemutaran film di kelas V MI Miftahul Hidayah Kota Bekasi

2 124 132

Mengedepankan Komunitas Film Independen.

0 1 2

komunikasi dan filmstudi tentang makna

0 0 15

WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA

0 2 161

Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)

0 0 36

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian - Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omn

0 0 7

Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)

0 0 15

Pola Komunikasi Komunitas Solo Runners (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Komunitas Solo Runners)

1 2 16

PERENCANAAN KOMUNIKASI PADA KARYA DAKWAH KOMUNITAS FILM MAKER MUSLIM - FISIP Untirta Repository

0 0 247