86 Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwasannya semua informan menilai peranan komunikasi dalam organisasi
sangat penting guna mencapai visi misi “Omnibus Bohong” dan Kofi Sumut. Informan 2 yang melihat potensi komunitas film di Medan yang sangat banyak
membuat dirinya berkeinginan menerima tantangan baru di dunia film. Dari keinginannya ini semakin mendapatkan titik terang setelah bertemu dan
berdiskusi dengan komunitas film Mata Sapi Films. Awal berdiskusi dengan Hendry Mata Sapi membuatnya semakin bergairah mengumpulkan beberapa
komunitas lainnya yang telah memiliki komunikasi dan silaturahmi yang baik sehingga lahirlah gagasan produksi film “Omnibus Bohong”. Sedangkan informan
1 yang memiliki informasi asal-usul Kofi Sumut ini melihat cerminan di beberapa kota lainnya yang lebih menyatu komunitas film daerah, diantaranya yaitu
Komunitas Film Purbalingga yang digagas oleh beberapa orang dari sebuah Kabupaten kecil. Galung yang kenal dengan Bowo Leksono dari Purbalingga ini
melihat film menjadi sebuah kegiatan kebudayaan yang begitu nyata di daerah tersebut.
Informan 3,4 dan 5 selaku anggota yang memiliki peranan dalam “Omnibus Bohong” dan Kofi Sumut merupakan anggota aktif berpartisipasi
dalam realisasi pemutaran perdana dan lahirnya Kofi Sumut. Dari keseluruhan komunitas yang diwakili oleh informan dalam penelitian ini menilai pertemuan
rapat sangat penting untuk menyatukan persepsi dan perkembangan tugas kerja. Menutur YS. Gunadi dalam Himpunan Istilah Komunikasi, rapat adalah kegiatan
yang dilakukan oleh segenap anggota organisasi atau lembaga dengan cara berkumpul untuk membicarakan atau membahas permasalahan yang sudah, akan
dan belum dilaksanakan Gunadi, 1998: 99. Informan 5 yang pada dasarnya tidak terlalu suka dengan kegiatan
organisasi, dalam kegiatan ini informan 5 begitu menikmati adanya produksi film “Omnibus Bohong”. Baginya ini merupakan tantangan baru untuk dirinya dan
menjadi ruang baru untuk mendapatkan ilmu positif lainnya. Namun informan 5 yang memiliki jadwal yang padat diluar aktivitas Kofi Sumut membuat dirinya
kurang mengikuti beberapa agenda pertemuan di Kofi Sumut.
87 Universitas Sumatera Utara
Seluruh informan merasakan dengan keluarnya Komunitas Film X dari “Omnibus Bohong” merupakan sebuah hambatan terbesar yang dirasakan dalam
Kofi Sumut. Jika ditarik lebih awal, salah satu cara yang digunakan dalam organisasi ini adalah rasa saling percaya. Dalam mengatasi sebuah hambatan yang
berlandaskan atas kepercayaan ini selayaknya menggunakan etika yang baik. Etika yang baik akan menimbulkan iklim yang baik pula dalam menciptakan
suasana yang lebih kondusif dan tidak menularkan kekecewaan yang lebih mendalam agar semangat yang tersisa tetap terjaga.
Komunitas Film Sumatera Utara termasuk dalam organisasi primer yang salah satu karakteristiknya bersifat dalam dan meluas. Dalam Kofi Sumut semua
anggota terdiri dari para penikmat film dan pekerja film. Hal ini membuat para anggota memiliki banyak kesamaan sehingga menimbulkan keakraban hubungan
satu sama lainnya. persamaan itu mulai dari minat, bakat, potensi, pembentuk komunitas, pengiat film dan juga harapan. Orang-orang yang memiliki kesamaan
dalam nilai-nilai, sikap, tingkat sosioekonomis dan ideologis cenderung saling menyukai Rakhmat, 2007: 111. Dalam organisasi non-profit ini mereka
memiliki kesamaan pemikiran yang sejalan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu interaksi dapat terjalin dengan mudah sehingga mereka saling
menyukai dalam arti pertemanan. Ketika anggota Kofi Sumut berkumpul, maka akan terjalin komunikasi
dan interaksi sosial yang mempengaruhi laju percepatan sebuah tujuan dalam organisasi. Namun dalam kasus ini keterbatasan waktu untuk melakukan
pertemuan dapat menghambat interaksi positif dalam organisasi. Sehingga organisasi yang dibangun atas kepercayaan ini harus sering kali melakukan
pengulangan informasi agar setiap peserta rapat tetap mendapatkan perkembangan informasi dalam Kofi Sumut.
Dalam penelitian ini, masalah terbesar yang terjadi pada Kofi Sumut adalah Komunitas Film X yang menyatakan keluar dari misi ini tanpa
menggunakan etika yang baik sehingga kekecewaan yang mendalam membuat iklim yang kurang baik pada Kofi Sumut sendiri. Ketidakterbukaan dari
Komunitas Film X ini mengakibatkan terjadinya sebuah konflik dalam internal Kofi Sumut. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
88 Universitas Sumatera Utara
individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain
sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang
terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik http:id.wikipedia.org.
Dalam proses realisasi program awal, metode yang digunakan oleh Kofi Sumut untuk mewujudkan misi mereka dengan cara mengingatkan kembali
landasan dasar mereka membuat kegiatan ini dan mempercepat pemutaran perdana. Sedangkan dalam proses yang mereka inginkan adalah pemutaran yang
eksklusif di sebuah hotel dengan menggunakan harga tiket masuk HTM dan mengundang beberapa orang yang memiliki peranan khusus untuk kemajuan
perfilman di Medan dan Sumatra Utara. Namun mereka melihat semangat yang semakin kendur yang disebabkan oleh terus tergesernya jadwal rencana pemutaran
sehingga dengan cara apapun pemutaran harus disegerakan. Manu seorang dosen di Fakultas Bahasa dan Seni FBS di Unimed melihat ada peluang dengan adanya
acara tahunan di fakultas tersebut. Manu memanfaatkan peluang ini dengan mengajukan perizinan di ruang sidang FBS, sedangkan seharusnya semua
kegiatan berada di halaman fakultas itu. Rencana awal pemutaran dengan mengunakan HTM gagal terlaksana karena tawaran pada acara tersebut banyak
disajikan dengan cara tanpa dipungut biaya bukan hanya pemutaran film. Mereka yang berkeinginan pemutaran pada tanggal 21-22 Mei 2012 bisa menarik banyak
penonton dan melihat karya Kofi Sumut sehingga mereka memutuskan dengan diskusi yang singkat dengan kesepakatan pemutaran ini juga dilaksanakan tanpa
adanya biaya tiket masuk. Padahal yang mereka harapkan dari pemutaran ini bukan mendapatkan keuntungan melainkan dana yang masuk akan mudahkan
mereka menyelenggarakan pemutaran film “Omnibus Bohong” di banyak tempat agar banyak pula yang mengapresiasi karya mereka dan membuka peluang
89 Universitas Sumatera Utara
membuat penonton dan penikmat film dapat terangsang untuk memproduksi film lainnya dengan karya kearifan lokal yang begitu banyak memiliki potensi lainnya
di Sumatera Utara ini.
90 Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai Kofi Sumut terhadap
peranan komunikasi dalam organisasi dan cara membangun iklim komunikasi organisasi dalam organisasi ini, yaitu:
1. Kofi Sumut merupakan suatu wadah bagi para penggiat film, penikmat
film dan pekerja film di Sumatera Utara agar bisa berbagi pengetahuan tentang perkembangan dunia film. Selain itu, organisasi ini dalam
mencapai sebuah tujuan aktif melaksanakan rapat internal secara rutin walau dengan tidak menggunakan waktu yang baku, melainkan
menggunakan waktu yang fleksibel sesuai dengan kesediaan waktu. Bahkan menggunakan media sosial untuk memudahkan jarak, ruang dan
waktu walau sedikit sulit untuk menetapkan sebuah keputusan. Kofi Sumut yang anggotanya memiliki kesamaan dari sebuah komunitas
membuat informan merasa lebih mudah melakukan interaksi dan komunikasi walau ada beberapa perbedaan pengalaman kedewasaan
berorganisasi. 2.
Kenyamanan dalam melakukan interaksi dan komunikasi dalam organisasi terjadi karena sebelumnya memiliki silaturahmi komunikasi yang baik,
walau bermula dari jejaring sosial Komunitas Film Medan. Berbagi pengalaman dan pengetahuan menambah wawasan informan dan hal ini
dinilai sangat bermanfaat bagi informan. 3.
Organisasi yang berstruktur arus horizontal ini menempatkan anggotanya sesuai dengan keahliannya. Dan pembentukan bagian tugas kerja sesuai
dengan kebutuhan tugas kerja mereka. Penempatan ketua dalam struktur tugas kerja sebagai koordinator bukan pemimpin dengan arus vertikal.