Kegiatan Pertanian Evaluasi Pelestarian Lanskap Sejarah Periode Kerajaan Terhadap Kesiapan Bogor Sebagai Kota Pusaka

28 Gambar 7 Golok atau bedog a, senjata kujang b, beliung c Sumber: Budaya Sunda 2013 Menurut Atja dan Danasasmita 1981, masih ada beberapa keahlian yang bersifat industri rumah atau kerajinan tangan yang tercatat dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang seperti kegiatan melukis paliken, ahli membuat barang dari kulit juru widang, ahli membuat gamelan kumbang gending, ahli mengukir kayu maranggi, ahli memasak haceup catra, dan ahli membuat lagu atau karawitan paraguna. Barang-barang hasil keahlian masyarakat Sunda awalnya hanya diperuntukkan untuk kehidupan diri sendiri saja, kemudian barang-barang tersebut mulai diperdagangkan ke berbagai tingkat dari tingkat ketetanggan hingga ke luar negeri. Naskah Carita Parahiyangan menjelaskan bahwa di wilayah Kerajaan Pajajaran terdapat beberapa kota pelabuhan yang memiliki hubungan dagang dengan negara-negara luar. Kegiatan perdagangan ini baik domestik maupun internasional, ditempuh dengan jalan darat, jalan sungai, dan jalan laut. Gambar 8 Pelabuhan Sunda Kelapa a b sebagai salah satu pelabuhan penting pada masa Kerajaan Pajajaran, pedagang sayur dan buah d c Sumber: Luknanto 2013, Amirin 2011

7. Kehidupan Berbudaya dan Etika Masyarakat Sunda

Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda pada jaman Kerajaan Pajajaran yang bertumpu pada kegiatan pertanian ladang, secara berangsur-angsur mempengaruhi etika dan kehidupan berbudayanya. Hidup sejahtera bagi masyarakat Sunda adalah bila ladang huma terawat baik, hasil produksinya baik sehingga lumbung tempat menyimpan hasil pertanian selalu penuh, kebun pohon a b c a b c d enau dan hewan ternak terpelihara. Masyarakat Sunda sedari dulu mengutakaman kebersihan rumah dan lingkungan dengan harapan selalu tercapai umur panjang dan kesehatan selalu terjaga. Hal ini kemudian mempengaruhi perilaku dan pembentukan watak masyarakat Sunda Koentjaraningrat 1984. Gambar 9 Penggilingan padi dalam lumbung a, lanskap pemukiman Sunda b, pengrajin Sunda c Sumber: Amirin 2011 Delineasi Kawasan Bersejarah Kota Bogor Penetapan delineasi kawasan bersejarah Kota Bogor dilakukan berdasarkan kajian sejarah oleh tim P3KP. Saat ini di Kota Bogor terdapat lapisan-lapisan sejarah yang jejaknya masih dapat terlacak dan terlihat terutama dalam bentuk fisik. Lapisan sejarah ini menunjukkan perkembangan Kota Bogor dari sebuah daerah pertanian menjadi kawasan perkotaan. Hal ini mendasari delineasi kawasan bersejarah Kota Bogor yang terbagi menjadi 6 sub kawasan, yaitu 1 Sub Kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor, 2 Sub Kawasan Empang, 3 Sub Kawasan Pecinan, 4 Sub Kawasan Pemukiman Eropa, 5 Sub Kawasan Pemekaran Barat, dan 6 Sub Kawasan Plan Karsten. Gambar 10 Peta delineasi kawasan bersejarah Kota Bogor Sumber: Tim P3KP 2013 Terdapat pula beberapa situs-situs peninggalan sejarah yang tidak berada dalam kawasan bersejarah namun tetap menjadi bagian dari Kota Pusaka Bogor dan berada dalam Sub Kawasan Khusus, yaitu Situs Bersejarah. Situs bersejarah pada periode kerajaan berada di wilayah Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan dengan Situs Prasasti Batutulis sebagai pusatnya. Situs-situs lain yang tersebar di a b c 30 sekitarnya maupun yang berada di luar Kelurahan Batutulis, masih memiliki hubungan erat dengan sejarah Situs Prasasti Batutulis dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Namun, tim P3KP dalam kajian sejarah yang telah disusun menuturkan penjelasan yang kurang mendalam terhadap obyek apa saja yang terdapat di dalam Sub Kawasan Khusus. Penuturan di dalamnya cenderung memusat hanya pada Situs Prasasti Batutulis saja, padahal apabila dilihat dari hirarki periodisasi sejarah di Kot a Bogor, periode kerajaan merupakan ‘pondasi’ bagi awal mula berkembangnya sejarah Kota Bogor. Sangat sedikitnya data sejarah mengenai periode ini dan kurangnya sejarawan atau ahli khusus, menjadi kendala bagi perkembangan pengetahuan mengenai sejarah Kota Bogor pada periode Kerajaan Pajajaran. Kondisi Umum Kawasan 1. Kota Bogor Berdasarkan publikasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor BPS pada tahun 2013, secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106° 48’ BT dan 6° 26’ LS serta berada di tengah wilayah Kabupaten Bogor. Lokasi Kota Bogor yang dekat dengan ibukota Indonesia Kota Jakarta merupakan potensi bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, serta pariwisata berbasis sejarah dan budaya. Kota Bogor memiliki total luasan wilayah sebesar 11.850 hektar terbagi menjadi 6 kecamatan, 31 kelurahan, 37 desa, 210 dusun, 623 Rukun Warga RW, 2712 Rukun Tetangga RT, dan dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor dengan batasan: a. Sebelah utara dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, Sukaraja, b. Sebelah timur dengan Kecamatan Sukaraja dan Ciawi, c. Sebelah barat dengan Kecamatan Dramaga, Ciomas, dan d. Sebelah selatan dengan Kecamatan Cijeruk, Caringin.

2. Kelurahan Batutulis

Kelurahan Batutulis merupakan salah satu kelurahan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Luas wilayah Kelurahan Batutulis sebesar 66 hektar dengan ketinggian rata-rata 350 meter dari permukaan laut. Kelurahan Batutulis memiliki 43 Rukun Tetangga dan 10 Rukun Warga, 2.524 Kepala Keluarga dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 15.289 per kilometer persegi. Batas administratif Kelurahan Batutulis yaitu: a. Sebelah utara dengan Kelurahan Bondongan, b. Sebelah timur dengan Kelurahan Lawang Gintung, c. Sebelah barat dengan Kelurahan Rangga Mekar, dan d. Sebelah selatan dengan Kelurahan Cipaku.