Situs Ranggapati Situs Ranggapati merupakan sebuah makam yang terletak di kompleks

50 Gambar 42 Persebaran objek-objek lanskap sejarah Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa keberadaan objek lanskap sejarah berada di tengah-tengah laju pesat pembangunan dan juga pemukiman padat penduduk. Hal ini mengakibatkan keberadaanya sulit terlacak, didukung dengan rendahnya kelengkapan dan kualitas fasilitas pendukung, seperti adanya papan yang rusak, papan yang terhalang pohon, informasi yang terlalu dekat dengan jalan sehingga menyulitkan orang yang ingin membacanya, dan tidak adanya juru kunci. Selain objek-objek tersebut, karakter penyusun pada lanskap sejarah dapat diperkuat dengan adanya batas fisik lanskap. Keberadaan batas fisik lanskap sebenarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan, karena batas fisik lanskap pun memiliki keterkaitan sejarah pada periode yang sama dengan objek lanskap sejarah. Perlakuan yang tepat untuk mempertahankan batas fisik lanskap dibutuhkan untuk menjadikannya dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya, dan dapat pula membantu pihak pemerintah dalam mengembangkan Kota Pusaka pada aset pusaka periode Kerajaan. Berikut ini adalah peta nomor 1, yaitu Peta Delineasi Wilayah Bekas Kota Pakuan. Analisis Nilai Signifikansi Lanskap Sejarah Hasil analisis penilaian signifikansi lanskap sejarah Periode Kerajaan di Kota Bogor berdasarkan aspek keaslian, aspek keunikan, serta aspek kondisi fisik dan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 19. Berdasarkan ketiga penilaian tersebut kemudian diperoleh hasil keseluruhan nilai signifikansi lanskap sejarah yang tertera pada Tabel 20. Tabel 19 Penilaian keaslian, keunikan, kondisi fisik dan lingkungan pada lanskap sejarah Aspek Kriteria Skor Keaslian 1 Pola penggunaan lahan 2 2 Elemen lanskap 3 3 Aksesibilitas dan Sirkulasi 2 Skor Total 7 Kategori Sedang Keunikan 1 Asosiasi kesejarahan 3 2 Integritas 2 3 Kelangkaan 2 4 Kualitas Estetik 2 Skor Total 9 Kategori Tinggi Kondisi Fisik Lingkungan 1 Kondisi Fisik 2 2 Kondisi Lingkungan 1 Skor Total 3 Kategori Rendah Keterangan: Skor total 8-9=Keaslian Tinggi; 6-7=Keaslian Sedang; 3-5=Keaslian Rendah Sumber tabel: modifikasi Harris dan Dines 1988 Berdasarkan hasil penilaian aspek keaslian pada lanskap sejarah Periode Kerajaan di Kota Bogor, diperoleh total skor 7 dengan kategori Sedang. Hal ini membuktikan bahwa lanskap sejarah mengalami perubahan lahan sebesar 25-50, dimana elemen-elemen dalam lanskap sejarah mengalami perubahan struktur dan elemen bangunan tetapi masih mewakili karakter dan gaya masa lalu. Kemudian jaringan jalan mengalami penambahan ruas tetapi karakteristiknya tidak berubah. Hasil penilaian aspek keunikan pada lanskap sejarah Periode Kerajaan di Kota Bogor menghasilkan total skor 9 dengan kategori Tinggi. Hal ini membuktikan bahwa lanskap memiliki hubungan kesejarahan yang kuat, karakter, struktur, dan fungsi elemen menyatu dan harmonis dengan lingkungan di sekitarnya, serta bersifat khas dan jarang dijumpai di tempat lain, sehingga karakter dan strukturnya memiliki estetika yang khas pada hampir semua bagian. Sementara itu, hasil penilaian aspek kondisi fisik dan lingkungan menghasilkan total skor 3 dengan kategori Rendah. Hal ini membuktikan bahwa beberapa kondisi elemen dalam lanskap sejarah mengalami kerusakan dalam kondisi tidak terawat dan lingkungan sekitar tidak mendukung keberadaan lanskap sehingga dapat mengancam eksistensi karakteristiknya. Tabel berikut ini Tabel 21 menunjukkan hasil penilaian gabungan dari ketiga aspek yang telah dinilai dan dibahas. 52 Tabel 20 Nilai signifikansi lanskap sejarah Periode Kerajaan di Kota Bogor Lanskap Sejarah Komponen Penilaian Total Skor Keaslian Total Skor Keunikan Total Skor Kondisi Total Skor Kategori Lanskap Sejarah Periode Kerajaan di Kota Bogor 7 9 3 19 Sedang Keterangan: Skor 22-27=Keaslian Tinggi; Skor 16-21=Keaslian Sedang; Skor 9-15=Keaslian Rendah Sumber tabel: modifikasi Harris dan Dines 1988 Berdasarkan hasil penilaian gabungan diatas, diperoleh total skor 19 dengan kategori keseluruhan yaitu Sedang. Hasil penilaian ini dan analisisnya dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam menentukan tindakan pelestarian lanskap sejarah. Cultural Map Berdasarkan hasil proses mapping yang telah dilakukan, tersusun suatu cultural map atau peta budaya lanskap sejarah Periode Kerajaan di Kota Bogor yang memuat informasi persebaran objek-objek lanskap sejarah, delineasi wilayah kekuasaan Pakuan, dan persebaran basis pengrajin lokal. Keterlibatan masyarakat, sebagaimana salah satu inti dari sebuah peta budaya, dapat dilihat pada keberadaan basis pengrajin lokal dalam informasi peta. Melalui proses wawancara dengan masyarakat dan pihak kelurahan, dapat diketahui aset-aset budaya masyarakat yang menjadikan karakter masyarakat unik, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah lanskap sejarah. Basis Pengrajin Lokal Terdapat sebanyak 5 basis pengrajin lokal yang teridentifikasi. Kelima basis-basis ini dipilih karena merupakan basis pengrajin yang menggunakan bahan atau material khas, dimana khas yang dimaksud adalah bahan-bahan tersebut merupakan bahan yang dapat ditemukan dan pernah dipergunakan pula di Kota Bogor pada masa Kerajaan Pajajaran. 1 . Pengrajin Wayang ‘Marcapada’ Usaha produk wayang ‘Marcapada’ dikelola oleh Bapak Bejo Gumelar yang juga berprofesi sebagai dalang wayang. Basis ini berlokasi di Gang Kosasih Nomor 4, RT 0108, Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan. Tipe produk ini adalah wayang dan hasilnya berupa wayang dudu, wayang bingkai, dan wayang utuh. Bahan baku pembuatan kerajinan ini adalah kayu, dan diolah secara manual yaitu dengan tangan sehingga detil ukiran dan teksturnya menjadikan kerajinan ini khas. Gambar 43 Produk wayang golek ‘Marcapada’ Sumber: arsip Marcapada

2. Pengrajin Wayang Bambu ‘Wayang Puppet’

Usaha produk wayang bambu ‘Wayang Puppet’ berlokasi di Jalan Kampung Baru RT 0601, Kelurahan Curug Mekar, Kota Bogor. Wayang bambu merupakan produksi wayang yang diolah dengan menggunakan teknik menganyam oleh Bapak Dradjat, pemilik kerajinan. Bahan baku kerajinan ini adalah bambu. Hasil kerajinan kemudian ada yang kemudian dihias lagi menggunakan botol kaca yang dapat dijadikan suvenir buah tangan. Gambar 44 Produk wayang bambu ‘Wayang Puppet’ Sumber: arsip Wayang Puppet

3. Pengrajin Alat Kesenian Musik Bambu ‘Gapura Sangkia Purasaba’

Usaha produk alat kesenian ‘Gapura Sangkia Purasaba’ berlokasi di Jalan Loader Nomor 2, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur. Basis ini dikelola oleh Bapak Dasep Arifin, dimana produk-produk unggulannya adalah alat kesenian musik talawangsa, kecapi, terompet, angklung, biola, dan rebab. Bahan baku pembuatan alat-alat kesenian ini yaitu bambu.

4. Pengrajin Alat Kesenian Musik Gong ‘Gong Factory’

Usaha produk alat kesenian ‘Gong Factory’ berlokasi di Jalan Pancasan Nomor 17, RT 0203, Kampung Pancasan, Kelurahan Pasirjaya, Kecamatan Bogor Selatan. Pemilik basis ini yaitu Bapak Sukarna, telah mendirikan usaha ini sejak Periode Kolonial dan cara pembuatannya masih menggunakan cara tradisional dengan menempa. Bahan baku dari kerajinan ini adalah lempengan logam yang dibakar. Gong merupakan alat keseniak musik tradisional khas Sunda yang hingga saat ini sering digunakan pada kesenian dan gelar budaya Sunda di Kota Bogor. 54 Gambar 45 Bangunan ‘Gong Factory’ a, proses pembuatan b, produk gongc Sumber: Gong Factory

5. Pengrajin Senjata Kujang ‘Paneupaan Kujang Pajajaran’

Terdapat 1 basis pengrajin yang memiliki spesialisasi di bidang pembuatan kerajinan senjata Kujang. Lokasi basis ini berada di Jalan Parung Banteng Nomor 120, RT 0401, Kelurahan Katulampa, yang dikelola oleh Bapak Wahyu Afandi Suryadinata, sering disebut juga sebagai guru teupa atau ahli menempa Kujang. Kujang merupakan senjata khas kebudayaan Sunda yang befungsi sebagai senjata perlawanan pada masa Kerajaan Pajajaran. Saat ini Kujang diabadikan menjadi ikon khas Kota Bogor dalam bentuk monumen, tugu, patung, hingga furnitur tapak seperti lampu dan tempat sampah. Banyak pula terdapat kerajinan Kujang yang dijadikan gantungan kunci, suvenir buah tangan, miniatur tugu Kujang, hingga jam dengan hiasan ornamen Kujang . Kujang produksi ‘Paneupaan Kujang Pajajaran’ berupa Kujang berbagai ornamen dan ukiran dengan harga yang variatif. Gambar 46 Guru teupa Kujang a, produk Kujang Pajajaran b Sumber: Paneupaan Kujang Pajajaran Cultural Map Pada peta nomor 2, dapat dilihat Cultural Map Kota Bogor Periode Kerajaan yang di dalamnya terdapat informasi Basis Pengrajin Lokal, Objek Lanskap Sejarah berupa situs cagar budaya dan potensi benda cagar budaya, dan delineasi wilayah kekuasaan Pakuan berupa 3 delineasi Benteng Kota Luar, Benteng Kota Dalam, Jalur Parit. Sebanyak 5 basis pengrajin pun turut menjadi informasi di dalam peta. Hasil identifikasi dan proses mapping kemudian dimasukkan ke dalam Tabel 22 untuk mengetahui identitas, lokasi, jenis produk, bahan yang digunakan, jangkauan pemasaran produk, dan moda transportasi yang digunakan. Penggunaan tabel ini merujuk pada proses cultural mapping pada Borobudur, Yogyakarta. Tabel deskripsi basis pengrajin lokal ini kemudian digunakan untuk tabel berikutnya Tabel 23 yaitu perbandingan kata dari bahan yang digunakan pada proses produksi. Kata-kata ini dipilih karena kemunculannya dalam pustaka Ekadjati a b c a b 2009 yang membahas kebudayaan Sunda pada masa Kerajaan Pajajaran, dan dengan keberadaannya yang masih eksis hingga saat ini. Tabel 21 Deskripsi basis pengrajin lokal No Identitas Lokasi Jenis Produk Bahan yang Digunakan Pemasaran Produk Moda Transportasi Pemasaran 1 Marcapada Bogor Selatan Wayang Kayu, bambu Bogor, luar kota, luar negeri Motor 2 Wayang Puppet Bogor Selatan Wayang Kayu, bambu Bogor, luar kota, luar negeri Motor 3 Gapura Sangkia Purasaba Bogor Timur Alat kesenian Kayu, bambu Bogor, luar kota, luar negeri Motor, mobil 4 Gong Factory Bogor Selatan Alat kesenian Logam, kayu Bogor, luar kota, luar negeri Mobil 5 Paneupaan Kujang Pajajaran Katulampa Alat keseniansenjata tradisional Logam, besi, kayu Bogor, luar kota, luar negeri Motor Sumber tabel: modifikasi Borobudur Cultural Mapping and Artisan Baseline Survey 2014 Kerajinan ‘Marcapada’ dipilih karena bahan bakunya menggunakan kayu bambu dan permainan wayang yang dimainkan oleh dalang merupakan salah satu kebudayaan Sunda. Kerajinan ‘Wayang Puppet’ dipilih karena kerajinan tradisional ini menggunakan bahan baku bambu dan serat kayu dalam pembuatannya. Kerajinan ‘Gapura Sangkia Purasaba’ dipilih karena menggunakan bahan baku bambu dan kayu dalam membuat alat kesenian musik tradisional. Musik Sunda telah dikenal sejak masa Kerajaan Pajajaran. Kerajinan ‘Gong Factory’ dipilih juga berdasarkan bahan bakunya yaitu lempengan logam dan kayu, dimana alat musik ini telah ada pada masa kerajaan. Kemudian kerajinan ‘Paneupaan Kujang Pajajaran’ bahan baku dan fungsi produk ini telah ada pada masa Kerajaan Pajajaran meskipun fungsi telah berubah yaitu dahulunya senjata, kini menjadi ikon khas Kota Bogor. Tabel 22 Perbandingan kata dari bahan yang digunakan dalam kerajinan berdasarkan 3 pustaka Basis pengrajin Bahan Kayu Bambu Logam Besi Marcapada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Wayang Puppet Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada 56 Tabel 22 Perbandingan kata dari bahan yang digunakan dalam kerajinan berdasarkan 3 pustaka lanjutan Basis pengrajin Bahan Kayu Bambu Logam Besi Gapura Sangkia Purasaba Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Gong Factory Ada Tidak Ada Ada Ada Paneupaan Kujang Pajajaran Ada Tidak Ada Ada Ada Sumber pustaka: Danasasmita 1983, Ayatrohaèdi 2005, dan Ekadjati 2009 Analisis Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Sejak masa Kerajaan Pajajaran, masyarakat Sunda telah menjadi masyarakat agraris yang mengembangkan cara bertani dengan model pertanian huma. Masyarakat hidup secara berkelompok dan membangun pemukiman di dekat sumber air seperti sungai, danau, dan mata air. Cara hidup masyarakat Sunda tersebut kemudian membentuk suatu kebudayaan Sunda dan hasil dari kebudayaan tersebut berupa benda-benda peninggalan bersejarah. Terutama pada masa Kerajaan Pajajaran, dimana Pakuan pernah berdiri di wilayah Kota Bogor saat ini, menyimpan benda peninggalan sejarah yang kini berada di tengah-tengah masyarakat. Pengetahuan akan hal ini penting untuk mempertahankan kebudayaan Sunda dan keberadaan benda peninggalan tersebut. Setelah ditetapkannya menjadi Kota Pusaka, Kota Bogor memiliki tugas penting untuk menjaganya agar tetap berlanjut dan menguatkan identitas Kota Pusaka itu sendiri. Saat ini aset-aset Kota Pusaka Bogor masih berpusat pada aset pusaka yang berada pada Periode Kolonial dan periode setelahnya, pembelajaran dan informasi mengenai aset pusaka Periode Kerajaan masih kurang dan perlu ditindaklanjuti agar kelengkapan sejarah Kota Bogor meningkat dan dapat menguatkan pula identitas Kota Bogor dan masyarakatnya. Penilaian terhadap pentingnya keberadaan lanskap sejarah periode kerajaan di Kota Bogor dilakukan berdasarkan persepsi masyarakat dengan menggunakan metode skoring Likert terhadap 30 responden. Penilaian persepsi dilakukan terhadap 6 aspek yaitu aspek a Kota Pusaka, b Situs Bersejarah Sebagai Aset Kota Pusaka, c Penguatan Karakter Lanskap Sejarah Periode Kerajaan, d Pelestarian Lanskap Sejarah Periode Kerajaan, e Pengembangan Basis Pengrajin Lokal, f Fasilitas Pendukung Keberadaan Lanskap Sejarah Periode Kerajaan. Tabel-tabel di bawah menunjukan hasil penilaian masyarakat terhadap pernyataan masing-masing aspek. Tabel 23 Penilaian persepsi masyarakat terhadap Kota Pusaka No Pernyataan 5 4 3 2 1 1 Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang besar, yang didalamnya terdapat keragaman pusaka alam, aset budaya ragawi, aset budaya tak ragawi dan saujana. 20 9 1 2 Kota Bogor memiliki aset-aset pusaka yang perlu dilindungi dalam upaya keberlanjutan pengembangan Bogor sebagai Kota Pusaka. 22 8 3 Ruang kota yang bercirikan nilai-nilai pusaka perlu diwujudkan melalui upaya pelestarian. 18 12 4 Dalam rangka menuju Kota Pusaka Dunia, Kota Bogor perlu didukung pengelolaan yang handal dan penyediaan infrastruktur yang tepat. 21 9 Keterangan: 5=Sangat Setuju; 4=Setuju; 3=Ragu-Ragu; 2=Tidak Setuju; 1=Sangat Tidak Setuju Tabel 24 Penilaian persepsi masyarakat terhadap Aset Kota Pusaka No Pernyataan 5 4 3 2 1 1 Bogor sebagai pusat Kerajaan Pajajaran di masa lampau merupakan aset pusaka yang penting dalam sejarah perkembangan Kota Bogor. 20 10 2 Situs bersejarah adalah lokasi dimana benda- benda peninggalan sejarah dilindungi keberadaannya. 18 12 3 Sisa-sisa peninggalan Kerajaan Pajajaran di Kota Bogor berupa situs bersejarah yang menyatu dalam sebuah lanskap bentang alam sejarah periode kerajaan. 17 12 1 4 Situs Prasasti Batutulis merupakan Aset Pusaka Ragawi. 16 12 1 1 5 Situs Arca Purwakalih merupakan Aset Pusaka Ragawi. 13 14 3 6 Situs Batu Congkrang Mbah MangprangPrabu Susuk Agung merupakan Aset Pusaka Ragawi. 6 22 2 7 Batu Disolit di Gang Amil merupakan Aset Pusaka Ragawi. 11 15 4 8 Situs Ranggapati merupakan Aset Pusaka Ragawi. 11 15 4 9 Situs Kupalandak merupakan Aset Pusaka Ragawi. 9 18 3 Keterangan: 5=Sangat Setuju; 4=Setuju; 3=Ragu-Ragu; 2=Tidak Setuju; 1=Sangat Tidak Setuju 58 Tabel 25 Penilaian persepsi masyarakat terhadap penguatan karakter lanskap sejarah No Pernyataan 5 4 3 2 1 1 Sisa peninggalan Kota Pakuan lainnya seperti benteng, parit, gerbang masuk, dan jalan masuk menuju keraton kerajaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah perkembangan Kota Bogor. 13 13 4 2 Sisa benteng, parit, gerbang masuk, dan jalan masuk menuju keraton dapat menjadi aset yang memperkuat karakter lanskap sejarah periode kerajaan di Kota Bogor. 12 15 4 3 Sisa benteng, parit, gerbang masuk, dan jalan masuk menuju keraton dapat menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa keberadaan Kota Pakuan adalah nyata adanya, tidak hanya dari keberadaan Benda Cagar Budayanya saja. 14 12 4 Keterangan: 5=Sangat Setuju; 4=Setuju; 3=Ragu-Ragu; 2=Tidak Setuju; 1=Sangat Tidak Setuju Tabel 26 Penilaian persepsi masyarakat terhadap pelestarian lanskap sejarah No Pernyataan 5 4 3 2 1 1 Pelestarian lanskap sejarah merupakan langkah penting untuk menjaga keberlangsungan Bogor Kota Pusaka dan dalam rangka menuju Kota Pusaka Dunia. 15 14 1 2 Pihak pemerintah Kota Bogor bertanggungjawab sepenuhnya terhadap peraturan perlindungan situs bersejarah di Kota Bogor dan Benda Cagar Budaya yang terdapat di dalamnya, terutama pada periode kerajaan. 14 16 3 Pihak pemerintah Kota Bogor memiliki program pelestarian Benda Cagar Budaya dan telah dilaksanakan dengan baik, dapat dilihat dari fasilitas yang ada disekitar situs bersejarah seperti papan informasi, papan penanda, penyediaan juru kunci, dan lain sebagainya. 11 17 1 1 4 Pihak masyarakat terutama masyarakat Kelurahan Batutulis harus diberikan binaan yang memfokuskan pada perlindungan situs bersejarah di kawasan Batutulis dan sekitarnya, sehingga dapat menimbulkan rasa kepedulian untuk melestarikannya. 17 13 5 Pihak masyarakat terutama masyarakat Kelurahan Batutulis perlu diberikan pengetahuan lebih lanjut mengenai Kota Pusaka dan implementasinya di wilayah tempat tinggal mereka. 16 14 Keterangan: 5=Sangat Setuju; 4=Setuju; 3=Ragu-Ragu; 2=Tidak Setuju; 1=Sangat Tidak Setuju