42 Tabel 18 Keberadaan batas fisik lanskap sejarah peninggalan Pakuan
lanjutan
Pustaka sejarah
Batas Gerbang
Menuju Keraton
Tempat Penobatan
Raja Jalan Masuk
Pakuan Jalur Parit
Sisa Benteng
- Simpang Jl. Batutulis-Jl.
Pahlawan - Jl.
Cendrawasih, Bondongan
- Sukasari-Tajur
Danasasmita
Dibahas
, yaitu berada di Gang
Amil, Jl. Batutulis
Dibahas
, yaitu berada di
kompleks Situs Prasasti
Batutulis
Dibahas
, yaitu berada
di kawasan Alun-Alun
Empang
Dibahas
, yaitu berada di:
- Tebing Cipaku
- Jl. Layungsari
- Rel Kereta St. Batutulis
- Belakang Istana
Batutulis - Jl. Jerokuta
Kidul - Jl. Lolongok
- Jembatan Bondongan
- Tanjakan Empang
Dibahas
, dibagi menjadi 2 yaitu
Benteng Kota Dalam dan
Benteng Kota Luar.
Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan di antara ketiga pustaka tersebut. Tim P3KP tidak membahas keberadaan Gerbang Menuju Keraton, Tempat
Penobatan Raja, dan Jalur Parit. Begitu pula dengan pustaka Zahorka yang tidak membahas Gerbang Menuju Keraton dan Jalur Parit.
Delineasi yang dipetakan Zahorka memfokuskan pada batas fisik berupa jalur sisa benteng Pakuan dan dugaan lokasi keraton Pakuan berdasarkan kajian
terhadap laporan perjalanan Pirès. Penjelasan delineasi Zahorka terpusat pada kondisi fisik sisa benteng dan situasi di sekitarnya yang telah mengalami
perubahan. Pada delineasi yang dipetakan tim P3KP dan Zahorka tidak disertai keberadaan batas fisik lanskap berupa parit. Batas ini berdampingan dengan
benteng dan merupakan batas alami yang melindungi keberadaan Kota Pakuan pada masa itu. Batas ini dideskripsikan secara rinci oleh Danasasmita dalam kajian yang
dilakukannya pada tahun 1980-an.
Secara keseluruhan delineasi yang dipetakan Danasasmita terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Benteng Kota Dalam, Benteng Kota Luar, dan Parit. Terdapat
keterangan berupa dokumentasi foto yang menampilkan kondisi fisiknya. Selain batas parit, Danasasmita juga mendeskripsikan batas fisik lanskap lainnya yaitu sisa
benteng, alun-alun, keraton, tempat penobatan raja, dan gerbang kota. Berdasarkan
survei lapang, beberapa batas fisik lanskap masih dapat dilihat keberadaan fisiknya. Sementara ada pula yang bentuk fisiknya sudah hilang sama sekali dan hanya dapat
dilihat dari dokumentasi Danasasmita, seperti adanya tunggul pohon yang menandakan arah gerbang masuk Pakuan, lokasi kebun kerajaan, dan runtuhan
parit. Pustaka Danasasmita menjadi pustaka yang relevansi informasi di dalamnya tinggi sehingga informasi tersebut menjadi reliable dapat dipercaya. Hal ini
dibuktikan dengan intensitas penyebutan kata-kata kelima batas fisik lanskap itu tinggi dan keseluruhannya dibahas secara mendetil.
2. Objek Lanskap Sejarah
Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelusuran sejarah dan observasi lapang, jenis objek peninggalan bersejarah pada lanskap sejarah periode kerajaan
di Kota Bogor, dengan fokus pada Kelurahan Batutulis yaitu berupa prasasti, batu congkrang, batu disolit, arca, dan makam. Terdapat sejumlah 5 objek, yaitu Situs
Prasasti Batutulis, Situs Arca Purwagalih, Situs Batu Congkrang, Situs Kupalandak, Situs Ranggapati, dengan status sudah terdaftar sebagai Situs Cagar Budaya oleh
pihak Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Kota Bogor. Situs-situs ini memiliki keterkaitan informasi sejarah yang terkandung di dalamnya. Selain itu
terdapat 1 objek yaitu pasangan batu disolit di Gang Amil, yang merupakan potensi untuk dijadikannya Benda Cagar Budaya. Objek ini juga mengandung informasi
yang berkaitan dengan situs-situs yang telah disebutkan.
Situs Cagar Budaya
Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat danatau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, danatau Struktur
Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu Bappeda Kota Bogor 2014. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat 5 objek
sejarah pada periode Kerajaan Pajajaran yang berada dalam pengawasan dan pengelolaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Kota Bogor serta
bekerjasama dengan masyarakat sekitar.
2.1 Situs Prasasti Batutulis
Batas fisik lanskap ini dilaporkan oleh Adolf Winkler pada tahun 1690. Winkler bersama pasukannya memasuki bekas Kota Pakuan di wilayah Batutulis
dari arah Tajur. Di daerah ini Winkler menemukan sebuah jalan berbatu yang tersusun rapi dan membentang menuju ke sebuah pasèban atau balai untuk
menghadap raja. Pada balai tersebut ditemukan 7 pohon beringin dan sepasang disolit yang yang digunakan sebagai tempat duduk pengawal kerajaan. Saat ini,
lokasi tempat yang dideskripsikan Winkler adalah Gang Amil di Jalan Batutulis. Gang Amil diapit infrastruktur bangunan dan letaknya berdampingan dengan jalan
raya. Letak disolit tidak jauh dari mulut gang dan berada di dalam rumah salah seorang penduduk.
Situs Prasasti Batutulis terletak di Jalan Batutulis Nomor 54, Kelurahan Batutulis dan berhadapan dengan Istana “Hing Puri Bima Sakti” peninggalan Ir.
Soekarno. Letak situs ini berada di tepi jalan dan tidak ada batas antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan. Papan informasi situs juga terletak di tepi jalan,
sehingga untuk bisa membacanya dengan jelas harus dari seberang jalan. Sementara itu lalu lintas di sekitar situs merupakan lalu lintas padat karena berdekatan dengan
pabrik, perumahan, dan sekolah sehingga pada jam-jam tertentu jalanan tertutup oleh banyaknya kendaraan bermotor.
44
Gambar 30 Papan informasi situs Prasasti Batutulis a, lingkungan di sekitar situs Prasasti Batutulis b
Sumber: dokumentasi lapang Prasasti Batutulis merupakan sakakala tanda peringatan untuk
memperingati prebu prabu raja. Prasasti ini dibuat setelah Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi wafat. Pembuatannya bertujuan untuk mengabadikan riwayat
dan kebesaran Prabu Siliwangi serta dalam rangka upacara srada atau upacara untuk menyempurnakan jiwa seseorang yang telah meninggal dunia. Anggapan
terhadap adanya hubungan spiritual antara situs Prasasti Batutulis dengan Kerajaan Pajajaran dan Prabu Siliwangi hingga saat ini masih dipercaya tidak hanya oleh
masyarakat sekitar, namun oleh para pendatang dari luar Kota Bogor yang rutin berziarah.
Gambar 31 Cungkup situs Prasasti Batutulis a, lingkungan sekitar situs Prasasti Batutulis b, batu megalitik c d
Sumber: dokumentasi lapang
Gambar 32 Objek-objek di dalam cungkup situs Prasasti Batutulis Sumber: dokumentasi lapang
Terdapat 15 benda peninggalan berupa batu yang tersebar di komplek situs ini. Sebanyak 6 batu berada di dalam cungkup, 1 batu di luar cungkup, 2 batu di
serambi, dan 6 batu di halaman. Jenis batu-batu tersebut adalah menhir, menhir
a b
a b
c d
bulat, disolit, meja batu berundak, petak berbatu dengan dua buah menhir, dan petak segi empat yang ditinggikan Danasasmita 2014.
Pada tahun 1975 dilakukan pemugaran berdasarkan konsep yang disusun oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kotamadya Bogor. Pemugaran ini telah
disetujui oleh Kepala Direktorat Sejarah dan Purbakala. Bagian-bagian yang dipugar adalah pagar besi, tembok, dinding cungkup, dan atap cungkup. Namun
pada saat pelaksanaan pemugaran, konsep yang telah diajukan tidak seluruhnya dilaksanakan sehingga tata letak benda-benda tersebut berbeda antara awal
ditemukan dan pada saat ini.
Keberadaan situs Prasasti Batutulis tidak terlepas dari keberadaan Prabu Siliwangi yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran. Prabu Siliwangi dianggap
telah menjadi tokoh legenda bagi masyarakat Sunda hingga saat ini. Kalangan tertentu masyarakat Sunda saat ini masih memiliki kepercayaan bahwa Prabu
Siliwangi secara rohaniah masih berada di wilayah Tatar Sunda, sehingga jejak- jejak peninggalannya terutama di situs Prasasti Batutulis, rutin dilakukan ziarah
oleh para pengunjung.
Penghormatan terhadap kebesaran nama Prabu Siliwangi kemudian diabadikan dalam bentuk penggunaan nama lembaga, organisasi, bangunan, dan
tempat-tempat lainnya seperti: lambang harimau sebagai jelmaan Prabu Siliwangi pada KODAM III Siliwangi, lambang kesatuan Tentara Nasional Indonesia di
wilayah Jawa Barat dan Banten, lambang Universitas Padjajaran, Universitas Siliwangi, Universitas Galuh, Universitas Pakuan, serta berbagai organisasi budaya
Sunda.
2.2 Situs Arca Purwagalih Situs Arca Purwagalih terletak di tepi jalan pada simpang Jalan Batutulis dan
Jalan Lawang Gintung, sekitar 200 meter dari arah selatan Situs Prasasti Batutulis. Situs ini ditemukan pada tahun 1991 ketika dilaksanakan proses penggalian tanah
dan pelebaran jalan. Menurut masyarakat sekitar, lokasi situs ini merupakan pintu masuk ke keraton Pakuan. Selain berada di simpang jalan, lokasi situs ini terhalang
pohon besar dan semak. Papan informasi terpasang menjulang tinggi sehingga cukup sulit membaca informasi yang tertera di dalamnya. Dinding yang membatasi
situs ini dengan bangunan di sekitarnya mengalami kerusakan dan lapuk.
Gambar 33 Kondisi di dalam situs Arca Purwagalih Sumber: dokumentasi lapang
Objek peninggalan bersejarah pada situs ini terdiri dari menhir pendek bercorak megalitik, batu datar, dan 3 patung polinesis. Patung-patung ini disebut
dalam naskah Babad Pajajaran dan kemudian disadur dalam bentuk tembang atau puisi pada tahun 1862. Salah satu patung tersebut berbentuk tanpa kepala dan
patung inilah yang disebut Embah Purwagalih. Dua patung sisanya yang lebih kecil
a b
c
46 masing-masing disebut Embah Gelap Nyawang dan Embah Kidang Pananjung
Danasasmita 2014.
Gambar 34 Adanya sesajen menunjukkan masih terdapat kepercayaan bernilai spiritual atau mistis terhadap arca a, cungkup situs Arca Purwagalih b
Sumber: Zahorka 2007 dan dokumentasi lapang
2.3 Situs Batu Congkrang Situs Batu Congkrang terletak di simpang Jalan Batutulis dan Jalan Bale
Kambang. Menurut masyarakat yang tinggal di daerah Bale Kambang, batu ini merupakan batu milik Karamat Embah Congkrang atau Karamat Prabu Guntur
Danasasmita 2014. Lokasi situs ini terletak di tepi jalan, di depan rumah seorang penduduk, dan hanya dibatasi oleh pagar besi. Papan informasi situs mengalami
kerusakan di bagian tiang sebelah kiri. Kondisi di dalam situs tidak terawat dan tidak nampak adanya juru kunci yang rutin membersihkan situs. Suasana gelap,
terdapat banyak sampah, dan papan informasi yang rusak dibiarkan di pojok ruangan.
Gambar 35 Papan informasi situs Batu Congkrang a dan kondisi di dalam situs Batu Congkrang b
Sumber: dokumentasi lapang
2.4 Situs Kupalandak Situs Kupalandak merupakan sebuah makam yang terletak di Kampung
Kebon Pala, tidak jauh dari Situs Ranggapati dan Situs Prasasti Batutulis. Lokasinya berdekatan dengan rumah penduduk dan komplek perumahan Batutulis
Mansion yang masih dalam tahap pembangunan. Pihak pengembang Batutulis Mansion membangun pembatas berupa dinding setinggi 3 meter namun tanpa pintu
masuk, sehingga untuk dapat berkunjung ke situs ini harus melewati gang yang melewati rumah penduduk Kampung Kebon Pala. Sementara itu pembangunan
akses menuju situs dan pintu masuknya dilakukan sepenuhnya oleh pihak penduduk Kampung Kebon Pala.
a b
a b