Sejarah Kebun Campuran Analysis of Sustainability and Wood Marketing at the Mixed Garden of Karacak Village, Leuwiliang District, Bogor

Berbeda dengan pengelolaan lahan monokultur, kegiatan pemeliharaan pada kebun campuran tidak dilakukan secara intensif. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penanaman. Pupuk yang digunakan umumnya berupa pupuk kandang dan kompos. Pemupukan hanya dilakukan satu kali saja setelah itu tanaman dibiarkan tumbuh tanpa ada pemupukan lebih lanjut. Penyiangan tanaman secara teratur dilakukan ketika tanaman masih muda. Hal ini dilakukan untuk membuang tumbuhan pesaing. Pemanenan hasil kebun campuran di Desa Karacak ada 2 jenis panen yaitu panen musiman dan panen raya. Panen musiman merupakan panen pada musim- musim tertentu dimana sebagian tanaman dapat diambil hasilnya sedangkan panen raya merupakan panen ketika hasil yang diperoleh dari kebun sangat besar. Biasanya panen buah-buahan setahun sekali dimana petani kebun campuran mengandalkan buah manggisnya untuk dipanen raya, tetapi saat ini menjadi sekali dalam 3 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian Fentahun dan Hager 2010 yang menyatakan bahwa pohon jenis buah yang terintegrasi dipertahankan dalam sebagian besar pengaturan pertanian oleh para petani Ethiopia karena pandangan kegunaan non-buah dan jasa bayangan dari buah. Tanaman berkayu dipanen setelah tanaman tersebut mencapai diameter tertentu atau jika menurut petani kayu tersebut sudah dapat ditebang. Dalam hal ini mayoritas tanaman berkayu terutama sengon ditebang pada saat umur pohon tersebut mencapai 3 tahun. Umumnya penebangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Penebangan dilakukan oleh tengkulak atau pembeli secara langsung, hal ini dilakukan petani agar tenaga, waktu dan biaya biaya penebangan dan biaya angkut yang akan dikeluarkan sedikit. Namun dengan pemikiran seperti itu, petani mendapatkan nilai kayu yang rendah. Kayu sebagai komoditi hasil kebun campuran masih menempati urutan “kurang penting” dibanding komoditi lain oleh sebagian besar petani. Hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan sehingga petani lebih membudidayakan tanaman-tanaman yang bernilai tinggi, cepat menghasilkan dan tanaman yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Kebanyakan petani masih menganggap pohon- pohon miliknya sebagai tabungan yang pada saat diperlukan dapat ditebang dan dijual, bukan diposisikan sebagai salah satu sumber pendapatan unggulan.

5.1.2.2 Analisa Kelestarian Kebun Campuran

Analisa kelestarian kebun campuran dilakukan dengan penilaian pencapaian kelestarian fungsinya fungsi ekologi, fungsi produksi, fungsi sosial sesuai dengan standar LEI 2001. Adapun penilaian Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari yang ditemui di lapangan adalah sebagai berikut : A. Kelestarian Fungsi Produksi 1. Status dan batas lahan jelas Status lahan jelas, karena lahan kebun campuran ini merupakan lahan milik. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki sertifikat tanah yaitu lahan dengan kepemilikan orang asing sedangkan sebagian responden lagi hanya memiliki Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi Bangunan SPPT PBB. Batas-batas lahan di lapangan jelas yang ditunjukkan oleh batas alam atau batas buatan yang dapat dikenali misalnya jalan setapak ataupun tanaman sebagai pembatas. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Bogor, Kecamatan Leuwiliang merupakan sentra industri kecil dan merupakan kawasan permukiman perkotaan dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Dimana arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya tentang kawasan pertanian Kabupaten Bogor dinyatakan bahwa untuk kawasan pertanian lahan kering, sejauh tidak terintervensi oleh perkembangan kawasan pemukiman perkotaan tetap dipertahankan seperti yang ada saat ini. Bentuknya berupa kebun campuran dan tegalan sedangkan untuk kawasan tanaman tahunanperkebunan, dinyatakan mencakup pola tanaman perkebunan rakyat maupun perkebunan besar, yang selain berfungsi produksi juga diharapkan sebagai pendukung untuk konservasi. Penilaian indikator : Baik 2. Perubahan luas lahan yang ditumbuhi tanaman Pada kebun campuran ini tidak ditemui gangguan kebakaran secara intensif dan hewan serta bencana alam. Hanya saja, pada saat penelitian ini dilakukan terdapat lahan monokultur yang mengalami kebakaran. Menurut hasil wawancara, kebakaran tersebut terjadi karena faktor sengaja karena luasan lahan yang terbakar hanya mencakup satu pemilik lahan saja yakni pemilik asing. Gambar 10 Kebakaran lahan masyarakat. Menurut BPS 2009, data luasan ladang 370 ha sedangkan data profil Desa Karacak Tahun 2010 luasan ladangkebun menjadi 270,51 ha. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan luas perladangankebun masyarakat seluas 99,49 ha dalam jangka waktu 1 tahun, dimana tidak diketahui perubahan jenis penggunaannya. Selain itu, perubahan luas lahan juga dipengaruhi peningkatan jumlah penduduk. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Desa Karacak tahun 2009 mencapai 10.678 jiwa dan jumlah penduduk Desa Karacak tahun 2010 mencapai 10.862 jiwa. Dengan melihat angka tersebut maka tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 1,72 selama jangka waktu 2 tahun. Peningkatan jumlah penduduk berarti meningkatkan permintaan lahan tempat tinggal, dengan demikian mengancam usaha kebun campuran. Hal ini berarti peranan penduduk sangat penting dalam mempengaruhi perubahan lahan. Penilaian indikator : jelek 3. Managemen pemeliharaan hutan Pada kebun campuran tidak ditemui pemeliharaan penjarangan untuk tanaman kayu yang ada hanya untuk tanaman musiman. Pada lokasi penelitian hanya dijumpai satu pembibitan tanaman kayu sengon dengan luasan yang kecil sementara pembibitan tanaman manggis banyak ditemui baik itu di lahan maupun di pekarangan rumah. Hampir seluruh petani hanya mengharapkan bantuan bibit sengon.