pertanian. Keragaan pasar ini secara praktis dapat dikatakan dengan melihat beberapa indikator efisiensi pemasaran. Indikator-indikator yang biasanya
digunakan untuk menentukan efisiensi pemasaran adalah marjin pemasaran, harga di tingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan intensitas
persaingan pasar Sudiyono 2002.
2.3.5 Efisiensi Tataniaga
Kohls 1967, menjelaskan bahwa untuk memahami efisiensi tataniaga harus terlebih dahulu memahami tataniaga sebagai suatu aktivitas bisnis yang
ditujukan untuk menyampaikan suatu produk kepada konsumen. Output dari aktivitas tataniaga adalah kepuasan konsumen terhadap suatu produk dan jasa,
sedangkan input-nya adalah semua sumberdaya usaha yang meliputi tenaga kerja, kapital, dan manajemen yang digunakan perusahaan dalam proses produksi.
Sehingga efisiensi tataniaga dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang menyebabkan berkurangnya biaya input pada suatu pekerjaan tanpa mengurangi
kepuasan konsumen dari keluaran suatu produk atau jasa.
Efisiensi dalam pengertian sederhana merupakan keluaran output yang optimum dari penggunaan seperangkat masukan input. Hanafiah dan Saefudin
1983, menjelaskan bahwa pengertian efisiensi tataniaga akan berbeda tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Pengertian efisiensi tataniaga yang
dimaksud oleh pengusaha tentunya akan berbeda dengan yang dimaksudkan oleh konsumen. Perbedaaan ini timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara
pengusaha dan konsumen. Pengusaha menganggap suatu sistem tataniaga efisiensi apabila penjualan produknya mendatangkan keuntungan yang tinggi baginya,
sebaliknya konsumen menganggap sistem tataniaga tersebut efisien apabila konsumen mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga rendah.
Suatu perubahan yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen akan output barang atau jasa menunjukkan suatu perbaikan tingkat efisiensi tataniaga.
Sebaliknya suatu perubahan yang dapat mengurangi biaya input tetapi juga mengurangi kepuasan konsumen menunjukkan suatu penurunan tingkat efisiensi
tataniaga. Banyak cara yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi tataniaga yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Menghilangkan persaingan yang tidak bermanfaat,
2. Mengurangi jumlah pedagang perantara pada saluran,
3. Membuka metode cooperative,
4. Memberi bantuan kepada konsumen,
5. Standarisasi dan implikasi,
Untuk melihat efisiensi dapat dengan dua konsep yaitu pertama, dengan konsep analisis struktur, perilaku dan keragaan pasar serta konsep kedua yaitu
dengan konsep rasio input-output. Penggunaan konsep yang kedua yaitu dengan rasio input-output menghadapi kesulitan dalam pengukuran kepuasan konsumen,
sehingga pengukuran tingkat efisiensi tataniaga dilakukan melalui pendekatan lain yaitu melalui efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional
menekankan pada keterkaitan harga dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen akibat perubahan tempat, bentuk dan waktu yang diukur
melalui keterpaduan pasar yang terjadi akibat pergerakan komoditas dari satu pasar ke pasar lainnya. Sedangkan efisiensi harga menekankan kepada
kemampuan meminimumkan biaya yang dipergunakan untuk menggerakkan komoditas dari produsen ke konsumen atau kemampuan meminimumkan biaya
untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi tataniaga. Efisiensi harga dapat didekati dengan perhitungan biaya dan marjin tataniaga. Istilah biaya tataniaga yang
dimaksud adalah mencakup jumlah pengeluaran yang dikeluarkan oleh pelaku tataniaga untuk pelaksanaan kegiatan pemasaran produk. Biaya tataniaga suatu
produk biasanya diukur secara kasar dengan marjin. Pada pengukuran efisiensi ekonomis, marjin tataniaga sering digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui
efisiensi dari sistem tataniaga tersebut Hanafiah dan Saefudin 1983.
2.3.6 Marjin Pemasaran
Marjin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang terjadi pada suatu tingkat yang berbeda dalam sistem tataniaga. Pada
suatu perusahaan istilah marjin merupakan uang yang ditentukan secara internal accounting
, yang diperlukan untuk menutupi biaya dan laba, dan ini merupakan perbedaan antara harga pembelian dan penjualan Hanafiah dan Saefudin 1983.
Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar konsumen akhir dan harga yang diterima petani produsen. Dengan menganggap bahwa selama
proses pemasaran terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktivitas pemasaran ini, maka dapat dianalisis distribusi marjin pemasaran di
antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat ini Sudiyono 2002. Hammond dan Dahl 1977 mendefinisikan marjin tataniaga sebagai
perbedaan harga di tingkat petani Pf dengan harga pedagang pengecer Pr. Marjin tataniaga menjelaskan perbedaan harga dan tidak memuat pernyataan
mengenai jumlah produk yang dipasarkan. Dengan menggunakan definisi pertama yang menyebutkan bahwa marjin
pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, maka lebih lanjut dapat dianalisa sebagai berikut:
Harga yang dibayarkan konsumen merupakan harga di tingkat pengecer, yaitu merupakan perpotongan kurva permintaan primer primary demand curve dengan
kurva penawaran turunan derived supply curve. Sedangkan harga di tingkat petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan derived demand
curve dengan kurva penawaran primer primary supply curve. Permintaan
konsumen atas suatu produk di tingkat pengecer disebut permintaan primer. Sedangkan permintaan suatu produk di tingkat petani disebut permintaan turunan,
sebab permintaan ini diturunkan dari permintaan konsumen di tingkat pengecer. Pada analisis pemasaran komoditi pertanian tentu dipertimbangkan pada
sisi penawaran dan permintaan ini secara simultas, sehingga terbentuk harga di tingkat pengecer dan harga di tingkat produsen. Dengan demikian marjin
pemasaran dapat disusun oleh kurva penawaran permintaan sebagai berikut:
Gambar 3 Kurva penawaran permintaan primer dan turunan serta marjin
pemasaran.