27 usahatani. Sedangkan Hernanto 1996 menyatakan penerimaan usahatani
merupakan penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai penggunaan rumah dan
yang dikonsumsi. Oleh karena itu, penerimaan usahatani dapat dibagi menjadi dua, yaitu
penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan sejumlah nilai uang yang diterima petani atas penjualan hasil produk
usahataninya, sedangkan penerimaan tidak tunai merupakan nilai hasil produk usahatani yang tidak dijual, tetapi dikonsumsi sendiri, disimpan sebagai
persediaan atau aset petani, dan lain sebagainya sehingga tidak menghasilkan dalam bentuk uang. Jika penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai, maka akan
didapatkan nilai penerimaan total usahatani. Soeharjo dan patong 1973 membagi wujud penerimaan usahatani
menjadi tiga hal, antara lain sebagai berikut: 1. Hasil penjualan tanaman, ternak, ikan, atau produk yang akan dijual.
2. Produk yang dikonsumsi petani dan keluarganya selama melakukan kegiatan. Seandainya konsumsi produk ini ditunda bisa ditunda sampai jangka waktu
produksi selesai, maka bentuknya tidak berbeda dengan produk yang dijual maupun yang akan dijual.
3. Kenaikan nilai inventaris, yaitu kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani.
3.1.3 Teori Biaya
Biaya total TC adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya total dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya tetap total Total
Fixed Cost=TFC dan biaya variabel total Total Variabel Cost=TVC. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah. Sedangkan biaya
variabel merupakan biaya yang berkaitan langsung dengan output, yaitu bertambah besar seiring peningkatan produksi, dan sebaliknya semakin berkurang
seiring penurunan produksi. Klasifikasi biaya usahatani menjadi biaya tetap dan variabel tersebut dijelaskan dalam formulasi Lipsey et al 1995:
28 keterangan:
TC = Biaya total
TFC = Biaya tetap
TVC = Biaya variabel
, ,
= Harga satuan input variabel ,
, ,
, = Jumlah penggunaan input variabel
, ,
Formulasi tersebut menunjukkan bahwa biaya tetap nilainya tetap pada setiap periode produksi sedangkan biaya variabel nilainya ditentukan oleh jumlah
penggunaan input variabel, dimana jumlah penggunaan dan harga input variabel tidak selalu sama di setiap periode produksi. Oleh karena itu, peningkatan dan
penurunan biaya total dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan jumlah biaya variabel usahatani.
Menurut Soeharjo dan Patong 1973, pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel; serta pengeluaran usahatani tunai dan
yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya untuk membayar
tenaga kerja. Pengeluaran yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani bila bunga modal dan niai kerja
keluarga diperhitungkan. Modal yang digunakan petani diperhitungkan sebagai modal pinjaman pinjaman meskipun modal tersebut milik petani sendiri. Kerja
keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku pada waktu anggota keluarga menyumbangkan kerja dan pada tempat mereka bekerja. Selain berwujud biaya
tetap dan biaya variabel, pengeluaran juga mencakup penurunan nilai inventaris usahatani. Nilai inventaris berkurang karena hilang, rusak, atau karena
penyusutan. Penyusutan terjadi karena pengaruh umur atau karena dipakai, contohnya gedung-gedung, traktor, bajak, cangkul, dan lain sebagainya.
Menurut Dillon et al. 1986, pengeluaran tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi
usahatani. Pengeluaran usahatani sering juga disebut sebagai biaya usahatani. Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis
terpakai atau dikeluarkan di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Bunga pinjaman dan pembayaran pinjaman pokok
tidak termasuk pengeluaran usahatani. Sedangkan Hernanto 1996 menyatakan
29 pengeluaran usahatani adalah semua biaya operasional dengan tanpa
memperhitungkan bunga dari modal usahatani dan nilai kerja pengelola usahatani yang meliputi pengeluaran tunai, penyusutan benda fisik, pengurangan nilai
inventaris, dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar. Soekartawi 2002 mengklasifikasikan biaya usahatani menjadi dua, yaitu
biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap atau biaya variabel varieble cost. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan tanpa dipengaruhi oleh besar-kecilnya jumlah produksi, bahkan berjalan atau tidaknya usahatani. Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel
didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya ini dapat berubah sesuai dengan jumlah produksi yang ingin dihasilkan.
Selain itu, pengeluaran usahatani juga dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran tunai dan tidak tunai pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai
merupakan pengeluaran yang dibayarkan dengan uang, sedangkan pengeluaran tidak tunai merupakan pengeluaran yang diperhitungkan secara tidak langsung
karena tidak dilakukan secara verbal. Contoh pengeluaran tidak tunai atau pengeluaran yang diperhitungkan adalah penyusutan sarana produksi, gaji untuk
tenaga kerja dalam keluarga petani, dan lain sebagainya. 3.1.4 Teori Pendapatan
Pendapatan disebut juga sebagai laba. Laba adalah selisih antara penerimaan dan biaya. Pendapatan dijelaskan dalam formulasi Nicholson 1995:
keterangan: = Pendapatan total
TR = Penerimaan total
TC = Biaya total
= Harga jual output per unit = Keluaran output
TFC = Biaya tetap
, ,
= Harga satuan input variabel ,
, ,
, = Jumlah penggunaan input variabel
, ,
Formulasi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan akan bernilai postitif menguntungkan jika penerimaan total lebih besar daripada biaya usahatani.
30 Sedangkan jika penerimaan total lebih kecil daripada biaya total usahatani, maka
pendapatan usahatani akan bernilai negatif merugikan. Peningkatan dan penurunan penerimaan total dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan jumlah
output yang dijual dan harga satuannya, sedangkan peningkatan dan penurunan biaya total dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan jumlah penggunaan input
variabel dan harga satuannya. Soekartawi 2002 mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki danatau kuasai sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran output yang melebihi masukan input. Usahatani pada skala usaha yang luas umumnya bermodal besar,
berteknologi tinggi, manajemennya modern, dan lebih bersifat komersial. Sedangkan usahatani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya
tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahanya subsisten, serta lebih berorientasi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan
sehari-hari. Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di
lapangan pertanian pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari
kegiatan usahataninya. Karena dalam kegiatan itu bertindak seorang petani yang berperan sebagai pengelola, sebagai pekerja, dan sebagai penanam modal pada
usahanya sekaligus, maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi Soeharjo dan Patong 1973. Pendapatan
usahatani dapat juga disebut dengan pendapatan bersih usahatani. Hal ini karena pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara total penerimaan usahatani
dengan total pengeluaran tunai usahatani. Dari pendapatan usahatani kemudian dapat diperoleh penghasilan bersih usahatani dengan cara mengurangkan
pendapatan bersih usahatani dengan pengeluaran nontunai usahatani. Penghasilan bersih usahatani dapat juga disebut dengan keuntungan yang diperoleh petani atas
usahataninya. Semakin besar penghasilan bersih usahatani berarti semakin baik
31 pelaksanaan teknis usahatani tersebut sehingga secara tidak langsung
menghasilkan kesejahteraan bagi petani. Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi
pemilik faktor produksi. Dua tujuan utama analisis pendapatan antara lain menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan mrnggambarkan
keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan
usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Indikator kesuksesan suatu usahatani dapat dilihat dari kondisi pendapatan sebagai berikut Soeharjo dan patong 1973:
1. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi yang mungkin melekat pada pembelian
tersebut. 2. Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan, termasuk pembayaran
sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal. 3. Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk
upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah. Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencari produksi di bidang pertanian
yang pada akhirnya akan dinilai dengan uang untuk diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan.
Pendapatan usahatani yang didapatkan akan mendorong petani untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan atau keperluan petani itu sendiri,
misalnya biaya produksi periode selanjutnya, tabungan, dan pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga Hernanto 1996.
3.1.5 Teori Efisiensi Biaya Usahatani