Kajian Analisis Pendapatan Usahatani Komoditas Padi

19 saat berada pada fase berbunga dengan tanda batang terpotong sehingga malai menjadi kering beluk. Jenis-jenis penggerek batang yang menyerang padi antara lain: penggerek batang bergaris Chilo supressalis, penggerek batang kuning Tryporyza incertulas, dan penggerek batang merah jambu Sesamia inferens. 4. Ganjur Orseolia oryzae, merupakan serangga berbentuk nyamuk berwarna kemerahan yang memakan bagian padi di antara dasar titik timbuj dan pucuk tanaman sehingga seludang daun di sekelilingnya menjadi tumbuh berongga. 5. Tikus Rattus argentiventer, merupakan binatang bersifat jera hama, yaitu tidak akan memangsa umpan beracun lagi bila pernah memangsanya dan menyerang tanaman padi mulai dari yang masih di persemaian, stadia vegetatif, maupun setelah membentuk biji. Sedangkan jenis-jenis penyakit yang sering menyerang padi antara lain sebagai berikut: 1. Bercak cokelat, disebabkan oleh cendawan Helmintosporium oryzae yang mengakibatkan kehilangan hasil sampai 50 persen dan kualitas bijinya rendah. Gejala serangannya antara lain timbul bercak-bercak cokelat seperti biji wijen pada daun atau gabah. 2. Blast, disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae yang dipicu oleh penggunaan pupuk N terlalu tinggi dengan curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Gejala serangannya antara lain muncul bercak berbentuk seperti mata pada daun padi. 3. Tungro, disebabkan oleh virus tungro yang dibawa oleh hama wereng yang mengakibatkan padi menjadi kerdil dan daun bewarna kuning atau jingga.

2.2 Kajian Analisis Pendapatan Usahatani Komoditas Padi

Penelitian Anshori 2010 menggunakan analisis usahatani yang terdiri dari biaya, pendapatan, dan efisiensi pendapatan usahatani padi ketan putih dan non ketan. Secara umum kegiatan usahatani padi ketan putih dan usahatani padi non ketan mulai dari kegiatan pengolahan tanah hingga panen keduanya hampir sama, namun perbedaan terletak pada kegiatan budidaya yang lebih banyak pada usahatani padi ketan putih, seperti kegiatan pemberian pupuk dan pestisida yang lebih sering dilakukan daripada usahatani padi non ketan. Hasil penelitian 20 menunjukkan bahwa usahatani padi ketan putih dan non ketan menguntungkan bagi petani dan efisiensi dari segi pendapatan. Fatullah 2010 membandingkan antara analisis usahatani padi konvensional dan padi sehat dengan menggunakan analisis usahatani yang terdiri dari biaya, pendapatan, dan efisiensi pendapatan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan dalam proses budidaya padi sehat lebih banyak daripada padi konvensional, yaitu terdapat kegiatan tambahan seperti kegiatan persiapan benih, pembuatan pupuk kompos, pembuatan pestisida nabati, dan pembuatan pupuk cair. Jika dilihat dari segi keuntungan, maka keuntungan usahatani padi sehat lebih besar daripada keuntungan usahatani padi konvensional, sedangkan jika dilihat dari segi efisiensi pendapatan, maka usahatani padi konvensional lebih efisien daripada usahatani padi sehat. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa usahatani padi sehat menghasilkan keuntungan bagi petaninya. Sementara menurut Lubis 2009, usahatani padi sehat memiliki risiko yang bersumber dari risiko produksi dan risiko harga. Berdasarkan hasil analisis, risiko produksi pada usahatani padi sehat memiliki dampak besar walaupun probabilitas terjadinya risiko kecil, sedangkan risiko penerimaan memiliki dampak yang kecil tetapi probabilitas terjadinya risiko besar. Hal ini menunjukkan bahwa petani padi sehat sering menghadapi risiko penerimaan yang dapat menurunkan tingkat pendapatan walaupun dampaknya kecil. Mulyaningsih 2010 membandingkan kegiatan usahatani padi SRI dan konvensional dengan menggunakan analisis usahatani yang terdiri dari biaya, pendapatan, dan efisiensi usahatani. Untuk analisis efisiensi usahatani, selain menggunakan nilai BC juga menggunakan nilai return to family labour dan return to land. Tidak hanya itu penelitian tersebut juga menambahkan analisis risiko tenaga kerja standar deviasi. Usahatani padi SRI dalam kegiatan teknis budidayanya memiliki pekerjaan yang lebih banyak dan intensif daripada kegiatan pada usahatani padi konvensional, kegiatan yang hanya dilakukan oleh petani padi SRI adalah adanya kegiatan seleksi benih, pembuatan kompos, dan pengaturan air secara berselang. Berdasarkan analisis penggunaan input dan biaya usahatani, penggunaan input pada usahatani SRI yang paling besar yaitu pada penggunaan 21 tenaga kerja dan pengadaan kompos. Sedangkan pada usahatani padi konvensional input paling besar dicurahkan untuk tenaga kerja, pengadaan pestisida, dan pupuk. Sehingga biaya input tersebut memiliki proporsi yang cukup besar pada biaya total kedua usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik usahatani padi SRI dan konvensional menguntungkan bagi petani dengan perbandingan usahatani padi SRI memberikan keuntungan lebih besar bagi petaninya daripada petani padi konvensional. Selain itu, bila ditinjau dari segi efisiensi pendapatan, baik usahatani padi SRI dan konvensional efisien dengan perbandingan usahatani padi SRI lebih efisien daripada padi konvensional. Nafis 2011 menggunakan analisis pendapatan usahatani dan RC Rasio untuk melihat efisiensi usahatani padi organik. Usahatani padi organik dibagi dalam dua kelompok responden, yaitu usahatani padi organik tersertifikasi dan usahatani padi organik non-sertifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani padi organik menguntungkan bagi petani dengan perbandingan keuntungan yang diterima oleh petani padi organik tersertifikasi lebih besar daripada petani padi organik non-sertifikasi. Selain itu, bila ditinjau dari segi efisiensi pendapatan, usahatani padi organik efisien dengan perbandingan pendapatan usahatani padi organik tersertifikasi lebih efisien daripada pendapatan usahatani padi organik non-sertifikasi. Penelitian Anshori 2010, Fatullah 2010, Lubis 2009, Mulyaningsih 2010, dan Nafis 2011 memiliki beberapa persamaan dengan penelitian ini. Anshori 2010, Fatullah 2010, Lubis 2009, Mulyaningsih 2010, Nafis 2011, dan penelitian ini meneliti komoditas yang sama, yaitu padi. Akan tetapi, Anshori 2010 membandingkan antara spesies padi ketan putih dan non ketan, Fatullah 2010 membandingkan antara usahatani padi sehat dan konvensional, Lubis 2009 menganalisis risiko produksi dan penerimaan usahatani padi sehat, Mulyaningsih 2010 membandingkan antara padi dengan sistem usahatani SRI dan konvensional, Nafis 2011 membandingkan antara petani padi organik tersertifikasi dengan petani padi organik non-sertifikasi, sedangkan penelitian ini membandingkan usahatani padi sehat yang dilakukan oleh petani berukuran luas dan sempit. Anshori 2010, Fatullah 2010, Mulyaningsih 2010, Nafis 2011, dan penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama dalam menganalisis 22 usahatani, yaitu terdiri dari biaya, pendapatan, dan efisiensi, dimana secara keseluruhan penelitian Anshori 2010, Fatullah 2010, Mulyaningsih 2010, dan Nafis 2011 menunjukkan bahwa usahatani padi menguntungkan bagi petani. Penelitian Fatullah 2010, dan penelitian ini memiliki persamaan dalam lokasi penelitian, yaitu di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, dan objek penelitian, yaitu pendapatan usahatani padi sehat. Perbedaannya terdapat pada metode penelitian dimana Fatullah 2010 membandingkan antara sistem usahatani padi sehat dan konvensional, Lubis 2009 sedangkan penelitian ini membandingkan antara usahatani padi sehat berukuran luas dan usahatani padi sehat berukuran sempit. Selain itu, Fatullah 2010 mengambil sampel sebagai responden sebanyak 30 petani secara purposive sengaja, yang terbagi menjadi 15 responden petani padi sehat dan 15 responden petani padi konvensional, sedangkan penelitian ini mengambil sampel sebagai responden sebanyak 35 petani secara simple random sampling pengacakan sederhana, yang terbagi menjadi delapan responden petani padi sehat berukuran luas dan 27 responden petani padi sehat berukuran sempit. Perbedaan selanjutnya, Fatullah 2010 menggunakan data usahatani hanya pada satu musim tanam, yaitu musim tanam I periode musim tanam 2009, sedangkan penelitian ini menggunakan data usahatani tiga musim tanam selama periode musim tanam 20102011. Perbedaan penelitian Anshori 2010, Mulyaningsih 2010, dan Nafis 2011 dengan penelitian dapat dilihat selain dari spesies padi yang diteliti juga dari lokasi penelitian. Anshori 2010 membandingkan usahatani padi ketan putih dan non ketan di Desa Jatimulya, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat; Mulyaningsih 2010 membandingkan sistem usahatani sistem SRI dengan usahatani konvensional di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat; Nafis 2011 membandingkan usahatani padi organik tersertifikasi dan non-sertifikasi di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi jawa Barat; sedangkan penelitian ini meneliti usahatani padi sehat berdasarkan skala usahatani di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi

Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 11 194

Kelembagan Berkelanjutan dalam Pertanian Organik (Studi Kasus Komunitas Petani Padi Sawah, Kampung Ciburuy,Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

6 103 177

Evaluasi kemitraan petani padi dengan lembaga pertanian sehat dompet dhuafa republika desa Ciburuy, kecamatan Cigombong kabupaten Bogor

0 4 216

Penataan kelembagaan pertanian dalam penerapan sistem pertanian padi sehat (studi di kampung Ciburuy, desa Ciburuy, kecamatan Cigombong, kabupaten Bogor)

1 22 173

Analisis Ekonomi Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik pada Petani Penggarap (Studi Kasus: Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor)

1 8 217

Analisis efisiensi teknis, pendapatan dan peranan kelembagaan petani pada usahatani padi sehat (Kasus Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

1 15 282

Penerapan Teknologi Pertanian Padi Organik Di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor

0 6 107

Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usahatani Padi Semiorganik di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong,Kabupaten Bogor

3 28 148

Penerapan LEISA pada Usahatani Padi Sehat dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Usahatani di Gapoktan Harapan Maju dan Gapokan Silih Asih, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 10 98

Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah Di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor

0 8 54