Pestisida Pemanenan Analisis Biaya Usahatani .1 Benih

77 setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 1.715.628,50 ; Rp 1.898.841,36 ; dan Rp 1.740.319,87 per hektar. Jadi, rata-rata biaya pupuk organik yang diperhitungkan petani untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 5.354.789,73 hatahun.

6.2.3 Pestisida

Di kalangan petani, pestisida nabati diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan membeli dari koperasi dan diperoleh dari hibah pemerintah. Oleh karena itu, biaya untuk pestisida yang tergolong dalam biaya tunai adalah pestisida yang diperoleh dengan membeli dari koperasi, sedangkan biaya untuk pestisida yang tergolong dalam biaya tidak tunai biaya yang diperhitungkan adalah pestisida yang diperoleh dari hibah pemerintah. Rata-rata biaya penggunaan pestisida untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 209.375,00 ; Rp 225.000,00 ; dan Rp 265.625,00 per hektar. Jadi, rata-rata biaya penggunaan pestisida yang dikeluarkan petani berukuran usahatani luas untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp700.000,00hatahun. Sedangkan rata-rata biaya penggunaan pestisida untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 38.451,18 ; Rp 38.422,46 ; dan Rp 38.451,18 per hektar. Jadi, rata-rata biaya penggunaan pestisida yang dikeluarkan petani berukuran usahatani sempit untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 115.324,82 hatahun.

6.2.4 Tenaga Kerja

Biaya untuk tenaga kerja yang digolongkan dalam biaya tunai adalah tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan biaya untuk tenaga kerja yang digolongkan dalam biaya tidak tunai biaya yang diperhitungkan adalah tenaga kerja dalam keluarga. Oleh karena itu, rata-rata upah yang diberikan untuk tenaga kerja dalam keluarga setiap HOK disamakan dengan rata-rata upah yang diberikan untuk tenaga kerja luar keluarga. 78

6.2.4.1 Tenaga Kerja Dalam Keluarga

Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan petani untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp542.291,67; Rp332.142,86; dan Rp387.351,19 per hektar. Jadi, rata-rata biaya tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan petani untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp1.261.785,72hatahun. Sedangkan rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan petani untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 1.715.628,50 ; Rp 1.898.841,36 ; dan Rp 1.740.319,87 per hektar. Jadi, rata-rata biaya tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan petani untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 5.354.789,73 hatahun.

6.2.4.2 Tenaga Kerja Luar Keluarga

Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan petani untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp1.498.555,55; Rp1.498.214,29; dan Rp1.061.468,26 per hektar. Jadi, rata-rata biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan petani untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp4.058.238,10hatahun. Sedangkan rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan petani untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 1.465.145,91 ; Rp 1.065.291,57 ; dan Rp 1.078.490,46 per hektar. Jadi, rata-rata biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan petani untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 3.608.927,94 hatahun.

6.2.5 Pemanenan

Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang dimulai saat pemotongan padi yang sudah siap untuk dipanen sampai pengangkutan ke sisi jalan sehingga gabah siap untuk diangkut, baik ke gudang penyimpanan, tempat penjemuran, 79 atau tempat penggilingan. Kegiatan ini tidak termasuk dalam input tenaga kerja karena perhitungan biaya tenaga kerja yang melakukan kegiatan pemanenan tidak berdasarkan satuan HOK, tetapi satuan berat produksi gabah hasil panen petani. Biasanya untuk setiap kilogram gabah basah yang dipanen, para petani membayar upah pekerja sebesar Rp200,00 sampai dengan Rp300,00 per kilogram. Oleh karena itu, jika dilihat berdasarkan penggolongan biaya, maka biaya pemanenan digolongkan dalam komponen biaya tunai. Rata-rata biaya pemanenan untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 1.396.875,00 ; Rp1. 125.000,00 ; dan Rp 1.274.479,17,00 per hektar. Jadi, rata-rata biaya pemanenan yang dikeluarkan petani berukuran usahatani luas untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp3.796.354,17hatahun. Sedangkan rata-rata biaya pemanenan untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 1.270.363,11 ; Rp 1.278.364,23 ; dan Rp 1.173.211,36 per hektar. Jadi, rata-rata biaya pemanenan yang dikeluarkan petani berukuran usahatani sempit untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 3.721.938,70 hatahun. Bila dibandingkan biaya pemanenan antara petani padi sehat berukuran usahatani luas dan sempit, maka dapat dilihat bahwa rata-rata biaya pemanenan per hektar oleh petani yang berukuran usahatani luas lebih besar daripada petani yang berukuran usahatani sempit. Hal ini disebabkan oleh jumlah gabah hasil panen setiap hektar lahan yang dihasilkan oleh petani padi sehat berukuran usahatani luas lebih banyak daripada petani padi sehat berukuran usahatani sempit. 6.2.6 Pengairan Irigasi Terdapat berbagai macam cara petani dalam membiayai iuran pengairan irigasi. Cara-cara tersebut dilakukan sesuai dengan kesepakatan petani dengan pihak yang mengatur pengairan. Cara pertama yang dilakukan petani adalah pembayaran secara tunai. Besarnya jumlah pembayaran iuran pengairan adalah sebesar antara Rp7.500,00 sampai dengan Rp50.000,00 per musim tanam. Besarnya jumlah tersebut dipengaruhi oleh luas lahan yang digarap petani, 80 sehingga semakin luas lahan yang digarap, semakin besar biaya pengairannya. Cara pembayaran kedua adalah dibayar oleh pemilik lahan. Cara pembayaran seperti ini berlaku bagi petani yang menggarap lahan milik orang lain dengan sistem paroh atau bagi hasil. Kesepakatan dari sistem ini biasanya pemilik lahan menanggung biaya pengairan sehingga petani penggarap tidak perlu membayar biaya pengairan lagi. Oleh karena itu, petani yang biaya pengairannya melakukan cara pembayaran yang ditanggung oleh pemilik lahan memperhitungkan biayanya ke komponen sewa lahan sehingga biaya pengairan dihitung dengan merata- ratakan biaya pengairan dari petani responden lain. Cara pembayaran selanjutnya adalah membayar dengan gabah basah. Cara pembayaran seperti ini merupakan cara pembayaran pengairan dimana petani membayar pihak pengatur pengairan dengan menyerahkan sejumlah tertentu gabah basah hasil panen. Jumlah gabah yang diserahkan adalah antara lima sampai dengan 60 kg gabah basah, yang besarnya tergantung dari luas lahan yang digarap oleh petani. Semakin luas lahan yang digarap petani, maka semakin banyak jumlah gabah basah yang diserahkan oleh petani kepada pihak pengatur irigasi. Rata-rata biaya pengairan untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 72.439,50 ; Rp 112.812,50 ; dan Rp 68.241,99 per hektar. Jadi, rata-rata biaya pengairan yang dikeluarkan petani berukuran usahatani luas untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 253.493,99 hatahun. Sedangkan rata-rata biaya pengairan untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 101.467,71 ; Rp 105.980,39 ; dan Rp 97.383,67 per hektar. Jadi, rata- rata biaya pengairan yang dikeluarkan petani berukuran usahatani sempit untuk setiap hektar lahan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 304.831,77 hatahun. Bila dibandingkan biaya pengairan antara petani padi sehat berukuran usahatani luas dan sempit, maka dapat dilihat bahwa rata-rata biaya pengairan per hektar oleh petani yang berukuran usahatani luas lebih kecil daripada petani yang berukuran usahatani sempit. Hal ini disebabkan oleh penentuan besarnya iuran pengairan yang tidak dibatasi oleh ketentuan luas lahan yang jelas sehingga petani 81 padi sehat yang menggarap lahan yang relatif lebih luas cenderung lebih hemat dalam biaya pengairan. 6.2.7 Alat Pertanian Alat pertanian yang membutuhkan biaya operasional untuk menggunakannya di tiap musim tanam adalah traktor atau kerbau. Traktor atau kerbau ini digunakan merupakan alat pertanian yang hampir semua petani menggunakannya dalam kegiatan pembajakan lahan. Bagi para petani yang tidak memiliki kerbau atau traktor maka dapat menyewa baik dari petani lain yang memiliki maupun dari koperasi. Biaya untuk menyewa traktor dan operatornya adalah sebesar antara Rp100.000,00 sampai dengan Rp300.000,00 per hari. Sedangkan biaya untuk menyewa kerbau adalah sebesar antara Rp60.000,00 sampai dengan Rp75.000,00 per hari. Berdasarkan data yang diperoleh, tidak ada petani responden yang memiliki traktor, akan tetapi ada satu orang responden yang memiliki kerbau. Setelah dilakukan perhitungan, maka biaya penyusutan kerbau pembajak lahan adalah Rp250.000,00 per tahun. Bila dihitung per hari, maka biaya penyusutan kerbau sebesar Rp684,93 per hari. Tetapi apabila dihitung berdasarkan banyaknya musim tanam per tahun, maka bagi petani yang melakukan tiga kali musim tanam dalam setahun akan memperhitungkan biaya penyusutan kerbau sebesar Rp83.333,33 per musim tanam. Sedangkan petani yang melakukan dua kali musim tanam akan memperhitungkan biaya penyusutan kerbau sebesar Rp125.000,00 per musim tanam. Semakin luas lahan yang digarap petani, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk membajak lahan. Jumlah hari yang dibutuhkan petani untuk membajak lahan dengan menggunakan traktor adalah antara satu sampai dengan empat hari, sedangkan jumlah hari yang dibutuhkan petani untuk membajak lahan dengan menggunakan kerbau adalah dua sampai dengan 13 hari. Biaya alat pertanian yang digolongkan dalam biaya tunai adalah biaya sewa alat pertanian, sedangkan biaya alat pertanian yang digolongkan dalam biaya tidak tunai yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat pertanian yang dimiliki sendiri. Petani dengan ukuran usahatani luas memiliki persentase penggunaan traktor yang lebih kecil daripada petani berukuran usaha sempit, begitu juga dengan persentase penggunaan kerbau dimana persentase penggunaan kerbau oleh 82 petani berukuran usahatani luas lebih besar daripada petani berukuran usahatani sempit. Hal ini mengindikasikan bahwa petani berukuran usahatani luas tidak memiliki kecenderungan dalam memilih jenis alat pertanian, khususnya traktor atau kerbau. Sedangkan petani berukuran usahatani sempit cenderung lebih memilih menggunakan traktor daripada kerbau. Persentase penggunaan jenis alat pertanian dijelaskan pada Tabel 22. Tabel 22. Persentase Penggunaan Jenis Alat Pertanian Berdasarkan Ukuran Usahatani Padi Sehat di Desa Ciburuy pada Musim Tanam 20102011 No. Jenis Alat Pertanian Ukuran Usahatani Luas Ukuran Usahatani Sempit Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1 Traktor 4 50,00 24 88,89 2 Kerbau 4 50,00 3 11,11 Total 8 100,00 27 100,00 Rata-rata biaya penggunaan alat pertanian untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut- turut adalah sebesar Rp 677.395,83 ; Rp 482.500,00 ; dan Rp 659.895,83 per hektar. Jadi, rata-rata biaya penggunaan alat pertanian yang dikeluarkan petani berukuran usahatani luas untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 1.819.791,66 hatahun. Sedangkan rata-rata biaya penggunaan alat pertanian untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 761.111,11 ; Rp 788.235,29 ; dan Rp 711.111,11 per hektar. Jadi, rata-rata biaya penggunaan alat pertanian yang dikeluarkan petani berukuran usahatani sempit untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 2.260.457,51 hatahun. Bila dibandingkan biaya penggunaan alat pertanian antara padi sehat berukuran usahatani luas dan sempit, maka dapat dilihat bahwa rata-rata biaya penggunaan alat pertanian per hektar oleh petani padi sehat berukuran usahatani luas lebih kecil daripada petani padi sehat berukuran usahatani sempit. Hal ini sesuai dengan Tabel 22 dimana persentase jumlah petani padi sehat berukuran usahatani luas yang menggunakan traktor lebih kecil, yaitu sebesar 50 persen, daripada persentase jumlah petani padi sehat berukuran usahatani sempit, yaitu sebesar 88,89 persen. Berdasarkan data juga terdapat informasi bahwa 83 penggunaan alat pertanian jenis traktor lebih mahal daripada jenis kerbau sehingga penggunaan alat pertanian jenis traktor akan menyebabkan biaya penggunaan alat pertanian lebih mahal daripada penggunaan jenis alat pertanian jenis kerbau. 6.2.8 Bagi Hasil, Sewa, dan Pajak Lahan Paroh bagi hasil merupakan kelembagaan yang berkembang di Desa Ciburuy. Besarnya persentase pembagian hasil panen yang menjadi bagian pemilik lahan adalah antara 40 persen sampai dengan 50 persen. Selain menggunakan sistem sewa lahan bagi hasil, terdapat dua petani responden yang menyewa lahan milik PT KAI dan dikenakan tarif sebesar Rp50.000,00 dan Rp600.000,00 per tahun. Petani responden yang menyewa lahan dari PT KAI tersebut merupakan pensiunan dan janda pensiunan dari PT KAI. Oleh karena itu, biaya sewa lahan bagi petani yang menggunakan sistem bagi hasil dikategorikan sebagai biaya variabel, sedangkan biaya sewa lahan bagi petani yang menyewa dari PT KAI dikategorikan sebagai biaya tetap. Kemudian biaya pajak bagi petani yang memiliki lahan adalah sebesar Rp800.000,00 per hektar setiap tahun. Selain itu, petani yang memiliki lahan juga dikenakan biaya retribusi untuk anggaran pengeluaran dan pendapatan Desa Ciburuy sebesar 50 persen dari pajak tanah tersebut. Oleh karena itu, biaya sewa lahan dan pajak lahan digolongkan dalam biaya tunai. Rata-rata biaya bagi hasil untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 5.080.151,26 ; Rp 5.425.914,77 ; dan Rp 4.775.730,93 per hektar. Jadi, rata-rata biaya bagi hasil yang dikeluarkan petani berukuran usahatani luas untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 15.281.796,96 hatahun. Sedangkan rata-rata biaya bagi hasil untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 5.293.096,19 ; Rp 5.115.434,69 ; dan Rp 4.658.548,21 per hektar. Jadi, rata-rata biaya bagi hasil yang dikeluarkan petani berukuran usahatani sempit untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 15.067.079,10 hatahun. 84 Bila dibandingkan biaya sewa lahan antara petani padi sehat berukuran usahatani luas dan sempit, maka dapat dilihat bahwa rata-rata biaya sewa lahan per hektar oleh petani yang berukuran usahatani luas lebih besar daripada petani yang berukuran usahatani sempit. Hal ini disebabkan oleh sistem sewa lahan bagi hasil, dimana membagi keuntungan petani. Petani padi sehat berukuran usahatani luas memiliki keuntungan yang lebih besar daripada petani padi sehat sempit sehingga keuntungan petani padi sehat luas yang dibagi sebagai pembayaran sewa lahan pun lebih besar daripada petani padi sehat sempit. Selanjutnya, biaya sewa lahan hanya terdapat pada usahatani padi sehat berukuran sempit. Rata-rata biaya sewa lahan untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran sempit pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp40.123,46; Rp 58.823,53 ; dan Rp 40.123,46 per hektar. Jadi, rata- rata biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani berukuran usahatani sempit untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp139.070,44hatahun. Berdasarkan data yang diperoleh, dari ke-35 petani responden padi sehat, hanya terdapat satu yang menggarap lahan milik sendiri, yaitu seluas 0,4 hektar. Itupun dikombinasikan dengan menggarap lahan milik orang lain yang disewa seluas 0,6 hektar. Oleh karena itu, petani responden tersebut digolongkan dalam petani berukuran usahatani luas. Jika dirata-ratakan, maka rata-rata biaya pajak lahan untuk setiap hektar lahan usahatani berukuran luas pada musim kemarau I, II, dan musim hujan berturut-turut adalah sebesar Rp 20.000,00 ; Rp 80.000,00 ; dan Rp 20.000,00 per hektar. Jadi, rata-rata biaya pajak lahan yang dikeluarkan petani berukuran usahatani luas untuk setiap hektar lahan pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 120.000,00 hatahun.

6.2.9 Total Biaya Usahatani

Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 11 194

Kelembagan Berkelanjutan dalam Pertanian Organik (Studi Kasus Komunitas Petani Padi Sawah, Kampung Ciburuy,Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

6 103 177

Evaluasi kemitraan petani padi dengan lembaga pertanian sehat dompet dhuafa republika desa Ciburuy, kecamatan Cigombong kabupaten Bogor

0 4 216

Penataan kelembagaan pertanian dalam penerapan sistem pertanian padi sehat (studi di kampung Ciburuy, desa Ciburuy, kecamatan Cigombong, kabupaten Bogor)

1 22 173

Analisis Ekonomi Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik pada Petani Penggarap (Studi Kasus: Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor)

1 8 217

Analisis efisiensi teknis, pendapatan dan peranan kelembagaan petani pada usahatani padi sehat (Kasus Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

1 15 282

Penerapan Teknologi Pertanian Padi Organik Di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor

0 6 107

Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usahatani Padi Semiorganik di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong,Kabupaten Bogor

3 28 148

Penerapan LEISA pada Usahatani Padi Sehat dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Usahatani di Gapoktan Harapan Maju dan Gapokan Silih Asih, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 10 98

Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah Di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor

0 8 54