Sedangkan faktor-faktor yang merupakan kendala atau permasalah dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat di kawasan ini adalah :
1. Akses masyarakat yang lemah terhadap informasi pengembangan pariwisata.
2. Rendahnya kemampuan permodalan masyarakat dalam mengembangkan usaha yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata.
3. Masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam merancang produk dalam bentuk atraksi wisata.
4. Keterampilan masyarakat dalam pengelolaan lokasi pariwisata yang masih rendah.
5. Kerjasama antar lembaga masyarakat yang terdapat di kawasan wisata yang masih rendah.
6. Tidak adanya aturan dan mekanisme yang jelas, dari pemerintah, yang dapat menjamin keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata.
7. Kegiatan pariwisata yang berbenturan dengan kegiatan ekonomi masyarakat lokal kasus area penyelaman di Tanjung Karang dan
mengamcam akses masyarakat terhadap sumberdaya . 8. Kegiatan pembangunan pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah yang
lebih menekankan pada aspek fisik. 9. Pembangunan prasarana penunjang pariwisata yang megakibatkan
kerusakan lingkungan. 10. Sikap pemerintah yang lebih berpihak kepada pengusahaswasta.
Informasi-informasi yang berkaitan dengan faktor pendukung dan kendala yang terdapat dalam upaya mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat ini
kemudian dirumuskan kedalam faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dianalisis untuk mendapatkan strategi yang dapat mendukung
dikembangkannya konsep pengelolaan tersebut.
5.5.1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Analisis SWOT dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang terdapat pada kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi untuk
memberi arahan bagi pengembangan strategi pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di kawasan ini. Faktor internal adalah faktor dari dalam masyarakat
lokal yang mencerminkan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya Tabel 31 dan 32. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor diluar masyarakat lokal
yang kondisinya tidak diatur atau dikendalikan oleh masyarakat, yang digambarkan melalui faktor peluang dan ancaman Tabel 31.
Tabel 31. Analisis faktor internal yang merupakan kekuatan dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.
No.
Faktor Internal B
obot R
at ing
N il
a i
Pri or
it a
s
Kekuatan : 1.
2.
3. 4.
5. Potensi alam berupa pemandangan alam laut, pantai
pasir putih, terumbu karang, dan potensi alam daratan untuk melakukan tracking lintas alam.
Budaya dan kearifan masyarakat dalam melakukan kegiatan yang selaras alam serta kearifan masyarakat
dalam melindungi terumbu karang melalui ombo, kegiatan panambe, kegiatan nontanu, dan produk
kesenian lokal. Keinginan
yang kuat
dari masyarakat
untuk mengembangkan potensi sumberdaya pariwisata.
Keterampilan masyarakat dalam menghasilkan produk kerajinan dan olahan makanan lokal yang berasal dari
hasil laut. Kelembagaan sosial masyarakat yang masih terpelihara
kelompok
nelayan, institusi
adat, kelompok
dasawismaPKK, kelompok pemuda, dan kelompok keagamaan.
1,00 1,00
0,50 0,75
0,75 4
4
2 4
3 4,00
4,00
1,00 3,00
2,25 I
I
IV II
III
Jumlah 14,25
Keterangan : Pembobotan didasarkan pada tingkat pengaruh faktor tersebut terhadap konsep
pariwisata berbasis masyarakat. Kriteria digunakan 1,00 =sangat berpengaruh ; 0,75 =berpengaruh ; 0,50 =cukup berpengaruh ; 0,25 =kurang berpengaruh ; 0,00 = tidak
berpengaruh. Rating yaitu tingkat kepercayaan atau keyakinan akan pentingnya aspek tersebut,
menggunakan skala Likers dengan nilai 1-4 dengan kategori : 1 =kurang penting, 2 =cukup penting, 3 =penting, 4 =sangat penting.
Nilai merupakan hasil perkalian antara bobot dengan rating.
Faktor strategis kekuatan internal dalam pengelolaan pariwisata di Tanjung Karang Pusentasi memiliki nilai total sebesar 13,50 Tabel 31. Bila
diamati melalui berbagai faktor didalamnya, ternyata faktor keragaman potensi alam, dan faktor budaya dan kearifan masyarakat mempunyai nilai yang paling
tinggi 4,00 dibanding faktor-faktor lainnya. Keadaan ini sangat beralasan bila
dikaitkan dengan hasil pemetaan masyarakat tentang potensi atraksi wisata alam dan budaya yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya. Meskipun
demikian, faktor-faktor lain seperti keterampilan masyarakat dalam memproduksi barang kerajinan lokal 3,00, kelembagaan sosial masyarakat 2,25, dan
motivasi masyarakat lokal 1,00 tetap memegang peranan penting dalam upaya pengembangan kegiatan pariwisata berbasis masyarakat.
Tabel 32. Analisis faktor internal yang merupakan kelemahan dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.
No.
Faktor Internal B
obot R
at ing
N il
a i
Pri or
it a
s
Kelemahan : 1.
2. 3.
4. 5.
Akses masyarakat yang lemah terhadap informasi pengembangan pariwisata.
Rendahnya kemampuan permodalam nasyarakat dalam mengembangkan usaha yang berkaitan dengan kegiatan
pariwisata. Masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam
merancang produk dalam bentuk atraksi wisata. Keterampilan masyarakat dalam pengelolaan lokasi
wisata yang masih rendah. Belum ada kerjasama antar lembaga masyarakat yang
terdapat di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi. 1,00
0,75 0,75
0,75 0,50
4 4
4 4
3 4,00
3,00 3,00
3,00 1,50
I II
II II
IV
Jumlah 14,50
Faktor internal yang merupakan kelemahan memiliki nilai total sebesar 14,50 Tabel 32, dengan faktor kelemahan yang paling menonjol adalah akses
masyarakat yang lemah terhadap informasi pengembangan pariwisata. Sementara itu faktor-faktor kelemahan lainnya yang juga menonjol adalah
rendahnya kemampuan permodalan masyarakat, merancang produk wisata, dan pengelolaan lokasi wisata.
Tabel 33. Analisis faktor eksternal yang merupakan peluang dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.
No.
Faktor Eksternal B
obot R
at ing
N il
a i
Pri or
it a
s
Peluang 1.
Dukungan pemerintah kepada masyarakat untuk melindungi potensi sumberdaya alam dan budaya
Renstra Pariwisata Donggala. 1,00
3 3,00
II 2.
Pengembangan obyek wisata lokal dengan ciri khas daerah sebagai bagian dari aktifitas masyarakat
Renstra Pariwisata Donggala 0,75
3 2,25
III 3.
Dukungan pemerintah untuk meningkatkan peran aktif masyarakat Renstra Pariwisata Donggala.
1,00 4
4,00 I
4. Adanya keinginan pihak swastapengusaha untuk
melibatkan masyarakat lokal. 0,50
2 1,00
IV 5.
Dukunganperhatian lembaga swadaya masyarakat untuk mendorong peranserta masyarakat dalam
pengembangan pariwisata. 0,75
4 3,00
II Jumlah
13,25
Faktor-faktor strategis eksternal yang merupakan peluang bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Tanjung Karang Pusentasi
memiliki nilai sebesar 13,25 Tabel 33. Faktor yang dapat diandalkan untuk mengembangkan sistim pengelolaan berbasis masyarakat adalah dukungan
pemerintah untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan pariwisata seperti yang tertuang dalam rencana strategi pariwisata Donggala
tahun 2003. Sementara itu faktor-faktor lain yang juga dapat mendukung adalah dukungan pemerintah terhadap perlindungan potensi alam dan budaya, dukungan
lembaga swadaya
masyarakat, dan
konsep pemerintah
yang akan
mengembangkan obyek wisata dengan ciri khas lokal serta menjadikannya sebagai bagian dari aktifitas masyarakat. Dukungan pihak swasta dalam hal ini
tidak terlalu berpengaruh yang disebabkan karena orientasi profit yang dianut oleh pengusaha pada umumnya.
Tabel 34. Analisis faktor eksternal yang merupakan ancaman dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.
No.
Faktor Eksternal B
obot R
at ing
N il
a i
Pri or
it a
s
Ancaman : 1.
2. 3.
4. 5.
Tidak adanya aturan dan mekanisme yang jelas, dari pemerintah, yang dapat menjamin keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata yang berbenturan dengan kegiatan
ekonomi masyarakat lokal dan mengamcam akses masyarakat terhadap sumberdaya.
Kegiatan pembangunan pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah yang lebih menekankan pada aspek fisik.
Pembangunan prasarana penunjang pariwisata yang megakibatkan kerusakan lingkungan.
Sikap pemerintah yang lebih berpihak kepada pengusahaswasta.
1,00 1,00
0,75 0,50
0,75 4
3
2 3
4 4,00
3,00
1,50 1,50
3,00 I
II
IV IV
III Jumlah
13,00
Faktor-faktor eksternal yang merupakan ancaman bagi penerapan konsep pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat seperti yang dikemukakan pada
Tabel 34 diatas memiliki nilai total sebesar 12,15. Faktor yang paling menonjol adalah berkaitan dengan tidak adanya aturan dan mekanisme yang dapat
menjamin keterlibatan masyarakat secara penuh didalam kegiatan pariwisata. Ancaman lainnya yang menonjol adalah perbenturan kepentingan antara kegiatan
pariwisata dengan kegiatan ekonomi masyarakat. Variasi dari ancaman ini dapat berupa hilangnya hak masyarakat terhadap lahan yang dimilikinya, dan hilangnya
akses mereka terhadap sumberdaya seperti yang terjadi pada konflik pemanfaatan terumbu karang untuk lokasi penyelaman dengan kepentingan nelayan di Tanjung
Karang. Disamping itu, komitmen yang rendah terhadap pembangunan yang bersifat non-fisik dan berorientasi lingkungan, rendahnya keberpihakan pada
masyarakat lokal merupakan ancaman dalam mengembangkan sistim pengelolaan yang berbasis masyarakat.
Pengembangan strategi pengelolaan pariwisata yang berbasis masyarakat dikawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi dilakukan dengan mensinergikan
faktor-faktor internal dan eksternal pada Tabel 31, 32, 33, dan 34 kedalam 4 pilihan strategi sebagaimana dikemukakan pada Tabel 35 berikut.
Tabel 35 Matriks SWOT dalam pengelolaan pariwisata di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi
Faktor eksternal Faktor internal
Kekuatan S : Potensi alam yang tersedia
4,00 Potensi budaya dan kearifan
masyarakat 4,00 Keterampilan masyarakat
dalam menghasilkan kerajinan dan makanan hasil
laut 3,00 Kelembagaan sosial
masyarakat yang masih terpelihara 2,25
Keinginan kuat masyarakat 1,00
Kelemahan W : Akses masyarakat rendah
terhadap informasi pengembangan pariwisata
4,00 Rendahnya kemampuan
permodalan masyarakat 3,00
Rendahnya kemampuan masyarakat merancang
produkatraksi wisata 3,00 Keterampilan pengelolaan
pariwisata yang rendah 3,00
Belum ada kerjasama antar lembaga masyarakat 1,50
Peluang O : Dukungan pemerintah untuk
meningkatkan peran aktif masyarakat 4,00
Dukungan pemerintah kepada masyarakat untuk
melindungi potensi alam dan budaya 3,00
Dukungan lembaga swadaya masyarakat bagi peranserta
masyarakat 3,00 Kebijakanpemerintah untuk
mengembangkan pariwisata dengan ciri khas lokal oleh
masyarakat 2,25 Keinginan pihak swasta
melibatkan masyarakat 1,00
Strategi S-O : Pengelolaan potensi yang
beragam tersebut dilakukan secara bersama
oleh semua pihak dimana masyarakat lokal
mengambil peran dalam pengambilan keputusan.
Mengintegrasikan modal sosial masyarakat budaya
dan kearifan lokal dengan program pemerintah.
Pengembangan kemampuan masyarakat
dalam melakukan assessment terhadap
potensi lokal yang dimilikinya.
Strategi W-O : Pengembangan kapasitas
masyarakat lokal dan organisasi sosial yang
dimilikinya . Membangun mekanisme
penyediaan modal usaha bagi masyarakat lokal
yang mengikutsertakan semua pihak.
Mengembangkan jaringan kerjasama yang
setara antara kelompok- kelompok atau
organisasi masyarakat lokal dengan pemerintah,
swasta, dam lembaga swadaya masyarakat.
Tabel 35. Lanjutan
Ancaman T : Tidak ada peraturan dan
mekanisme yang jelas bagi keterlibatan masyarakat
4,00 Benturan kegiatan pariwisata
dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang
mengancam akses terhadap sumberdaya 3,00
Sikap pemerintah lebih lebih berpihak kepada pengusaha
3,00 Pembangunan pariwisata
yang lebih menekankan pada aspek fisik 1,50
Pembangunan prasarana pariwisata mengakibatkan
kerusakan lingkungan 1,50 Strategi S-T :
Mensinkronisasikan modal sosial yang dimiliki
masyarakat dengan kemampuan kapital yang
dimiliki oleh stakeholder lainnya.
Membangun sistim perencanaan
pengembangan pariwisata yang memungkinkan
terpeliharanya hak dan akses masyarakat terhadap
sumberdaya.
Mengembangkan prinsip pengelolaan pariwisata
yang ramah lingkungan. Strategi W-T :
Menyiapkan peraturan dan mekanisme
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
pariwisata.
Penguatan organisasi dan kelembagaan yang
terdapat pada masyarakat lokal.
Membangun sistim pengelolaan yang
memungkinkan masyarakat sebagai
pemilik saham .
5.5.2. Analisis Strategi Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat