Gambar 2. Peta lokasi penelitian
3.2. Iklim dan Curah hujan
Sebagaimana dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten Donggala memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim
panas terjadi antara bulan April sampai September, sedangkan musim hujan pada bulan Oktober sampai Maret.
Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu pada tahun 2005 bahwa suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan Juli 34,0° C
dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada bulan Nopember 31,6° C. Sementara suhu rata-rata minimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu
23,8° C, sedangkan suhu udara minimum terendah terjadi pada bulan Juni yang mencapai 22,1° C Badan Meteorologi dan Geofisika Palu, 2006.
Kelembaban udara yang tercatat pada stasiun yang sama berkisar antara 73
– 82 persen. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Pebruari yang mencapai 82 persen, sedangkan kelembaban udara rata-rata terendah terjadi
Pusentasi
pada bulan Juli dan Agustus yaitu 73 persen. Curah hujan pada tahun 2005 yaitu antara 27-281 mm perbulan atau rata-rata 148,08 mm perbulan, sementara jumlah
hari hujan berkisar anatara 4-13 hari perbulan atau rata-rata 8,25 hari perbulan. Penyinaran matahari rata-rata 69, dan penguapan rata-rata 6,14 mmhari.
Tabel 2. Keadaan curah hujan di Kecamatan Banawa tahun 2006
Lokasi pengukuran Bulan
Hari hujan Curah hujan mm
Banawa Januari
12 281
Pebruari 8
125 Maret
11 200
April 9
183 Mei
7 265
Juni 5
81 Juli
13 177
Agustus 4
27 September
6 35
Oktober 4
29 Nopember
11 202
Desember 9
172
Sumber : Kecamatan Banawa dalam Angka, 2006
3.3. Kondisi hidrologi
Secara umum, keadaan hidrologi di Kecamatan Banawa sama dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Donggala. Di Kecamatan Banawa terdapat
beberapa buah sungai yang keadaan airnya sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya curah hujan. Sungai-sungai tersebut masing-masing terdapat di Desa
Loli Oge, Loli Tasiburi, Kabonga Besar, Limboro dan Tovale, serta satu buah sungai yang membelah kota Donggala.
Khusus untuk ketiga lokasi yang masuk kedalam kawasan wisata yaitu Tanjung Karang, Boneoge dan Dusun Kaluku tidak terdapat sungai. Selain
Tanjung Karang, kedua lokasi tersebut memiliki sumber air tanah yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk keperluannya sehari-hari dengan menggali
sumur di sekitar pemukiman mereka. Sementara, Tanjung Karang merupakan wilayah daratan yang menjorok ke laut, dengan wilayah dataran yang relatif
sempit dan tidak memiliki sumber air tawar berupa air tanah seperti yang dimiliki oleh kedua lokasi lainnya. Karenanya untuk kebutuhan air bagi warga dan
wisatawan sangat tergantung pada suplai air dari Perusahaan Daerah Air Mimum PDAM di Donggala.
3.4. Geologi dan Topografi