Rumah Tangga Nelayan Sistem Pulau Kecil

21 merupakan kumpulan satu kesatuan sistem sosial yang anggota-anggotanya tergantung pada kelimpahan suberdaya pesisir dan lautan.

2.3.2 Rumah Tangga Nelayan

Rumah tangga yang kegiatan utamanya bukan menangkap ikan, tetapi menggunakan ikan sebagai bahan proses produksi bukan dikategorikan sebagai rumah tangga nelayan Mulyadi 2005. Dengan demikian, para pedagang ikan sekalipun hidup ditepi pantai juga tidak tergolong kepada kategori nelayan. Ciri dari rumah tangga nelayan yaitu memanfaatkan wilayah sebagai tempat kerjanya Elfriadi 2002 dan nelayan sangat tergantung pada cuaca dan musim, selain itu rumah tangga nelayan dalam penangkapan ikan pada umumnya malam hari dan merupakan suatu pekerjaan lelaki. Secara fisik merupakan lapangan pekerjaan yang tinggi resikonya, wanita sulit untuk terlibat dalam penangkapan ikan karena sangat bertentangan dengan waktu pengasuhan anak- anak. Nelayan tidak ikut dalam proses budi daya, kecuali secara natural mereka berupa menangkap ikan yang sudah terbudi daya dengan sendirinya mengikuti ekosistem kelautan. Nelayan tradisional diartikan sebagai orang yang bergerak di sektor kelautan dengan menggunakan perahu layar tanpa motor, sedangkan mereka yang menggunakan mesin atau perahu motor merupakan nelayan modern Mulyadi 2005. Sedangkan Mashuri 1995 menyimpulkan bahwa dalam jangka panjang nelayan Indonesia merupakan suatu kelompok masyarakat yang turun temurun. Di bidang produksi perikanan laut, terdapat beberapa jenis usaha, yaitu: a Usaha penangkapan ikan, b usaha pencarian kerang dan lola, dan c usaha budidaya laut ikan, rumput laut dan kerang mutiara. Dalam konteks rumah tangga nelayan, persoalannya jauh lebih kompleks bila dibandingkan dengan rumah tangga tani konvensional. Walaupun dalam sensus sektor perikanan merupakan subsektor dari pertanian, keberadaan rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus bila dibandingkan dengan rumah tangga tani. Selain itu nelayan mempunyai dinamika kehidupan yang dipengaruhi oleh lingkungan, musim dan pasar sehingga kehidupannya pun tidak menentu. Berbeda dengan pedagang bakul misalnya. Mereka tidak terpengaruh banyak oleh alam dan lingkungan. Mereka 22 dapat berusaha untuk sektor lain jika ikan tidak ada karena mereka punya modal dan usaha lainnya Bappedal 1996. Pada musim baik yaitu saat cuaca dan gelombang bersahabat, nelayan sangat sibuk melaut dan menangkap ikan bahkan hasil tangkapannya berlebih Prasojo 1993. Sebaliknya pada musim paceklik kegiatan melaut berkurang bahkan berhenti sama sekali dan mereka banyak yang menganggur karena tidak ada alternative pekerjaan yang lain. Untuk itu kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat pesisir di perairan Indonesia dibagi atas 3 musim Nontji 1987 yaitu: 1 Musim timur Juni - September 2 Musim Barat Desember - Maret dan 3 Musim Pancaroba I April - Mei dan Musim Pancaroba II Oktober - Nopember. Permasalahan sosial ekonomi masyarakat pesisir lainnya adalah mereka sangat lemah dalam masalah manajemen pemasaran. Akibat mutu produk rendah sehingga mereka mengalami kendala dalam manajemen pemasaran produk. Disamping itu permasalahan sosial ekonomi lainnya adalah kebiasaan buruk mereka yaitu kebiasaan menghambur-hamburkan uang ketika hasil tangkapan melimpah dan takala musim paceklik tiba mereka berhutang sana sini untuk membiayai kehidupan mereka.

2.3.3 Sumber Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Nelayan