22
dapat berusaha untuk sektor lain jika ikan tidak ada karena mereka punya modal dan usaha lainnya Bappedal 1996.
Pada musim baik yaitu saat cuaca dan gelombang bersahabat, nelayan sangat sibuk melaut dan menangkap ikan bahkan hasil tangkapannya berlebih
Prasojo 1993. Sebaliknya pada musim paceklik kegiatan melaut berkurang bahkan berhenti sama sekali dan mereka banyak yang menganggur karena tidak
ada alternative pekerjaan yang lain. Untuk itu kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat pesisir di perairan Indonesia dibagi atas 3 musim Nontji
1987 yaitu: 1 Musim timur Juni - September 2 Musim Barat Desember - Maret dan 3 Musim Pancaroba I April - Mei dan Musim Pancaroba II
Oktober - Nopember. Permasalahan sosial ekonomi masyarakat pesisir lainnya adalah mereka sangat lemah dalam masalah manajemen pemasaran. Akibat mutu
produk rendah sehingga mereka mengalami kendala dalam manajemen pemasaran produk. Disamping itu permasalahan sosial ekonomi lainnya adalah kebiasaan
buruk mereka yaitu kebiasaan menghambur-hamburkan uang ketika hasil tangkapan melimpah dan takala musim paceklik tiba mereka berhutang sana sini
untuk membiayai kehidupan mereka.
2.3.3 Sumber Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Nelayan
Pendapatan masyarakat pesisir terutama nelayan ditentukan oleh produktivitas alat tangkap, ketrampilan yang dimiliki, dan keuletan mereka serta
sistem bagi hasil yang disepakati Syafrin 1993. Hal ini diperkuat oleh Carner 1984 bahwa pendapatan nelayan tergantung pada kepemilikan alat tangkap,
perahu dan alat tangkap lainnya. 1 Komponen Pendapatan
Sumber pendapatan keluarga nelayan dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu perikanan tangkap dan non perikanan tangkap. Pendapatan perikanan
tangkap adalah pendapatan pribadi nelayan contoh dari kegiatan penangkapan ikan dengan kapal contoh. Anggota rumah tangga nelayan contoh mungkin saja
ada yang memperoleh penghasilan dari kegiatan penangkapan ikan. Dalam hal ini, pendapatan anggota keluarga tersebut tidak dimasukan sebagai pendapatan
23
perikanan tangkap, tetapi non-perikanan tangkap masuk dalam kelompok pendapatan pertanian dalam arti luas DKP 2003.
Berdasarkan data dari sumber data DKP 2001 diketahui bahwa sumber pendapatan dari non-perikanan tangkap yaitu: a pertanian dalam arti luas, b
berdagang atau warung, c industri rumah tangga, d berburuhtukangkaryawan, e usaha biasa. Untuk pertanian dalam arti luas terdiri dari usaha tani tanaman
pangan padi, jagung, ubi-ubian kacang-kacangan, horticultural buah-buahan dan sayuran, perkebunan kepala,kopi, karet dan kakao,, peternakan
sapi,kerbau, kambing, domba, babi, ayam, itik, kelinci dan madu lebah dan perikanan darat tambak,sungai dan danau. Pendapatan perikanan budidaya laut
dan pencarian hasil laut lola dan kerang termasuk kedalam kategori pertanian dalam arti luas.
Berdagangwarung mencakup berdagang ikan, berbagai jenis komoditi pertanian segar hasil-hasil sayuran, buah-buahan, perkebunan dan peternakan,
makanan jadi, minuman, rokok, gula, kopi bubuk, teh dan bumbu-bumbuan, baik dalam warung, kios maupun dengan pikulan atau dengan sepeda. Adapun
industri rumah tangga terdiri dari pembuatan ikan asin, ikan asap, kerupuk, terasi, tahu, tempe, kerajinan tangan, kain sulaman, kain tenun dan pembuatan batu
batagenteng. Selain itu juga berburutukangkaryawan mencakup kulih angkut, berburuh pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, tukang bangunan,
pembantu rumah tangga, karyawan perusahaan, PNS, pensiunan, pamong desa, dan juga usaha jasa meliputi tukang jahit, tambal ban, reparasi sepeda, sepeda
motor dan listrik, tukang becak, ojek, delman dan tukang urut . Klasifikasi tersebut berlaku untuk semua jenis nelayan juragan, nahkoda, ABK trampil dan
ABK biasa. 2 Komponen pengeluaran.
Komponen pengeluaran yaitu pengeluaran untuk usaha perikanan tangkap dan pengeluaran untuk konsumsi keluarga nelayan yang bersangkutan. Yang
dimaksudkan dengan pengeluaran konsumsi adalah pengeluaran yang digunakan untuk membelimembayar kebutuhan hidup rumah tangga nelayan contoh. Oleh
karena NTN mengukur nilai tukar subsisten subsistence term of trade, maka kebutuhan hidup dibatasi hanya pada kebutuhan subsisten atau kebutuhan primer
24
rumah tangga nelayan. Dalam hal ini, konsumsi oleh pribadi nelayan contoh selama penangkapan ikan di laut tidak termasuk kedalam katergori konsumsi ini.
Pengeluaran harian makanan dan minuman terdiri dari makanan pokok beras, jagung dan ubi-ubian, mie instan, gula, kopi, teh, susu, makanan jadi,
buah-buahan, sayuran, daging, telur, ikan dan minyak goring. Ikan lawuhan yang dikonsumsi sendiri juga dinilai sebagai pengeluaran konsumsi. Sedangkan
pengeluaran harian non makanan dan minuman mencakup tembakau, rokok, bahan bakar minyak tanah, gas dan kayu, pakaian pakaian selain seragam
sekolah termasuk sepatu sandal, sabun, odol, sikat gigi dan shampo. Klasifikasi pengeluaran subsisten rumah tangga nelayan sumber DKP
2001: a Konsumsi harian makanan dan minuman, b Konsumsi harian non makanan dan minuman, c Pendidikan, d Kesehatan, e Perumahan, f
Pakaian, g Rekreasi. Pengeluaran pendidikan ada yang bersifat bulanan antara lain SPPBP3, iuran lainnya, alat tulis dan kos anak; ada yang bersifat harian
seperti transport dan jalan anak; dan ada yang jangka panjang seperti buku bacaan sekolah, seragam pakaian, sepatu dan tas sekolah anak. Sedangkan pengeluaran
kesehatan bersifat insidental yang mencakup pembelian obat jadi yang dijual bebas, dan biaya puskesmas dokter dan obat. Selain itu pengeluaran perumahan
meliputi listrik, air bersih dan perawatan rutin rumah. Rehabitasi dan pembangunan rumah, pembelian kendaraan, pembelian barang perabotan rumah
tangga dan barang elektronik, yang membutuhkan biaya relatif besar tidak termasuk ke dalam kategori pengeluaran subsisten.
2.4 Teori Ketergantungan