Biasanya pendatang yang emang berkeluarga atau masyarakatnya yang ngertimah di data sama saya, pasti lapor
dulu ke saya. Dan dari data yang saya tahu emang banyak juga bahkan tiap bulannya juga pasti ada. Kecuali nih
mahasiswa-mahasiswa ya kadang dari Bapak kosannya ada yang lapor dan ada yang engga. Ya istilahnya jangankan yang
lapor aja udah banyak yang ga lapor juga banyak. Jadi ya kebanyakan masyarakat pendatang. Apalagi kan mahasiswa
banyak yang dari luar daerah tiap tahun pasti ada, kadang setelah lulus ada yang balik ke kampungnya ada juga yang
engga balik lagi.
19
Tahun 1999 sampai tahun 2010 memang pertambahan penduduk banyak sekali, dari data waktu di sensus juga
penduduk pendatang yang di Pondok Ranji ini memang sudah banyak. Itu yang lapor yang disensus ya. Dan biasanya
ya, yang lapor ke RT setempat biasanya warga yang sudah berkeluarga saja. Untuk kaya ya lajang-lajang cari kerja atau
mahasiswa kan banyak juga yang gak lapor. Tapi kalau yang RT atau warga pendatangnya ngerti mah ada juga yang
lapor.
20
Bahkan bukan hanya disekitaran kampus UIN saja yang banyak penduduk pendatangnya, tapi juga di beberapa kelurahan
lainnya seperti di Pondok Ranji yang memang dekat dengan Bintaro, DKI, Serpong tempat orang bekerja, maka banyak penduduk
pendatang yang tempat tinggalnya di Pondok Ranji tapi kerjanya di DKI, Serpong, Bintaro dan sebagainya. Seperti yang diungkapkan
oleh Bapak Nasuki selaku ketua RT begitu juga dengan beberapa kelurahan lainnya.
Memang disini kebanyakan penduduk pendatang yang emang rumah-rumahnya disini dan kerjanya di DKI di
Serpong. Contohnya di sekitar RT 04 saja ini kebanyakan penduduk pendatang, ya penduduk aslinya cuma sekitar 50
an lah.
21
Selain banyaknya penduduk pendatang, hasil observasi penulis juga menemukan beberapa masyarakat musiman yang
19
Suparman. Wawancara. Pisangan, 17 September 2016
20
Nasuki. Wawancara. Pondok Ranji, 25 September 2016
21
Ibid.,
tinggal di daerah Ciputat Timur yaitu tepatnya di kelurahan Cireundeu. Terdapat sekitar 6 hingga 7 KK yang menempati wilayah
hijau. Mereka menempati wilayah tersebut karena disuruh mengurus pemilik lahan. Namun dengan adanya penduduk tersebut, kealamian
wilayah hijaunya sedikit tercemari, ditambah lagi wilayah tersebut banyak didatangi warga yang main-main di wilayah tersebut
sehingga wilayah hijau sedikit tercemari. Penduduk musiman tersebut datang dan bermukim di sana sudah hampir sekitar 5 tahun
lebih yang kebanyakan warganya berasal dari Parung. Mereka lebih tertarik untuk tinggal di daerah Ciputat Timur, karena lahan dan
rumah yang mereka tempati didapat secara gratis dari pemilik lahannya, mereka hanya membayar uang keamanan saja pada pihak
setempat.
22
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Deden, yang merupakan penduduk musiman yang sudah 5 tahun tinggal disana
secara cuma-cuma. Ya berapa ya, gak tetap sih. Cuma cukuplah untuk hidup
makan mah, apalagi kan disini saya tempat tinggal gratis, karena nempatin lahan warga yang punya kebun ini jadi saya
suruh jagain kebun nya suruh pelihara juga kebunnya. Ngurusin tanah pribadi orang.
23
Dalam beberapa pertanyaan lainnya, ia mengatakan bahwa daerah ini dianggap cukup strategis sehingga betah saja untuk
tinggal di Ciputat Timur ini.
24
Faktor yang menjadi daya tarik masyarakat pendatang untuk pindah ke daerah Ciputat Timur ini disebabkan karena faktor
ekonomi. Seperti hasil wawancara dengan Bapak Yudhi yang merupakan penduduk pendatang bahwa sebelum pindah ke Ciputat
Timur, penghasilannya tidak seberapa dan hanya cukup untuk makan saja. Namun, setelah pindah ke Ciputat Timur, ia
22
Laporan Observasi. Cireundeu, 31 Agustus 2016
23
Deden. Wawancara. Cirendeu, 30 September 2016
24
Ibid.,
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan penghasilannya cukup banyak.
25
Begitu juga menurut Ibu Fitriyani yang mengungkapkan bahwa pindahnya dari kampung halamannya yaitu dari Padang ke
Ciputat Timur ini tidak lain untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan jika
hanya tinggal
dikampung yang
menurutnya tidak
bisa berkembang.
26
3. Pemerintahan
Pengawasan pemerintah yang kurang tepat, menjadikan sasaran wilayah hijau untuk ditempati pemukiman illegal. Bahkan
yang tadinya hanya beberapa rumah saja yang menempati lahan pemerintah, namun seiring banyaknya penduduk pendatang yang
tidak mempunyai biaya untuk membeli lahan terpaksa harus menempati wilayah pemerintah. Dari hasil wawancara diperoleh
data, bahwa ada beberapa lahan yang tadinya wilayah hijau sekarang berubah fungsi menjadi pemukiman padat penduduk, seperti yang
terjadi di daerah Rempoa yang diperkuat oleh wawancara dengan Ketua RW, yaitu Bapak Thabrani.
Kalau untuk daerah Rempoa memang bisa dikatakan ga ada, cuma lahan yang samping lapangan kelurahan kan dulunya
lahan Desa jadi disini itu dulunya desa, jadi karna dari Desa nya juga tidak keurus akhirnya banyak yang garap, terus over
garap juga, kaya ruko-ruko nya, dan di samping SMP Muhammadiyah juga, itu termasuk tanah Pemda, dan
sekarang juga ditempati sama warga situ. Dan berita terakhir juga pas saya rapat kemarin sama orang-orang Pemda,
memang tanah itu sampai sekarang pun memang tanah Pemda. Jadi sekarang tuh rencana yang saya dengar, sama
pemerintah Pemda orang yang menghuni lahan disana mau disuruh sewa sama orang Pemda, tapi seandainya udah ada
sertifikat pun sebenarnya itu udah gak bener karena itu tanah Pemda. Dan dari pasar Gintung yang pertigaan lampu merah
sampai kesana terus sampe ke SMP Muhamadiyah terus itu
25
Yudhi. Wawancara. Pondok Ranji, 16 September 2016
26
Fitriyani. Wawancara. Rengas, 24 September 2016
dulunya tanah Desa tapi sekarang milik Pemda Tangsel. Termasuk lapangan bola dan SD, kelurahan.
27
Daerah wilayah hijau tersebut yang saat ini menjadi lahan pemukiman serta ruko-ruko ternyata penduduknya cukup padat.
Apalagi untuk tumbuhan hijaunya daerah tersebut sangat minim menjadikan daerah tersebut gersang karena selain banyaknya
penduduk dan bangunan-bangunan, daerah tersebut juga banyak dilalui kendaraan baik motor dan mobil.
Untuk beberapa daerah lainnya ada juga beberapa wilayah yang tadinya Ruang Terbuka Hijau malah dijadikan lahan
pemukiman, seperti disekitaran kampus UIN yang sampai saat ini lahannya menjadi lahan sengketa. Menurut beberapa cerita, dimana
daerah tersebut pada tahun 90an masih lumayan cukup hijau. Wilayah tersebut tepatnya di sekitaran Situ Kuru belakang kampus
UIN. Hal ini disampaikan oleh Bapak Daryadi selaku ketua RT di Cempaka Putih.
Kalau tahun 90 an saya juga kurang begitu inget ya, mungkin karena udah tua dan baru datang juga tahun 90 an itu datang
kesini nya. Untuk wilayah tahun 90 memang udaranya masih sangat segar karena masih banyak pohon-pohon apalagi
pohon rambutan buah-buahan segala macam. Untuk tahun 2000 kebawah mungkin ya memang di daerah Ciputat Timur
ini memang penduduknya belum begitu padat, penduduk liar juga belum pada banyak, kendaraan juga gak begitu padat
untuk tahun di bawah 2000an itu. Untuk kehijauannya sendiri masih banyak tanaman yang emang sengaja ditanam, banyak
juga tanaman liar, apalagi disekitaran UIN itu masih banyak tanaman liar, kalau sekarang berasa banget gersangnya
karena tanaman juga gak ada. Kalau sekarangan kan yang namanya ruko sama rumah itu udah banyak. Kadang kan
rata-rata yang namanya bangunan di sini rumah sama tempat makan kaya warung makan nyatu, dari segi bangunannya
juga yang tinggal diperkampungan memang sudah gak beraturan. Bisa dilihat saja, kaya contohnya nih di Situ Kuru
yang dulunya itu hijau menurut cerita katanya juga sering dijadikan tempat mancing, terus main-main kaya taman,
sekarang kan dikit dikit udah diuruk malahan wujud situnya
27
Thabrani. Wawancara. Rempoa, 25 September 2016
aja udah gak ada. Dulunya kan itu tanah milik pemerintah, orang-orang biasa nyebutnya milik orang pengairan. Itu
sampai sekarang juga masih milik pemerintah yaitu orang pengairan, yang namanya milik pemerintah ya engga dijual,
mungkin itu rumah-rumah bangunan disana saya juga tidak begitu faham, jadi masyarakat pendatang hanya mendirikan
bangunan asal aja. Adapun nantinya tanah itu dikembalikan lagi buat warga, ya itu tanah pemerintah buat warga. Dan
sampai saat ini memang baik dari pihak RT ataupun RW memang gak ada wewenang buat kaya nertibinnya. Itu
haknya orang pengairan, namun memang sejauh ini tidak ada pengawasan yang ketat mungkin, penertibannya belum
benar-benar tertib.
28
Bahkan menurut informasi yang lainnya, wilayah hijau milik orang pengairan pemerintahan bukan hanya disekitaran situ aja
tapi juga di beberapa titik lainnya yang cukup luas. Bangunan- banguan yang ada di wilayah tersebut saat ini sudah banyak, dan
warga sekitarpun sudah tinggal sejak lama, tanpa ada tindak lanjut dari pihak pemerintah. Namun, tetap membayar pajak sehingga
warga pun merasa punya andil untuk menempati wilayah tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Widya selaku ketua RW di
Cempaka Putih. Ya, contohnya banyak juga sih yang illegal cuma tertutup
juga, kalau yang di daerah sekitaran sini ya untuk daerah Situ Kuru kan itu milik orang pengairan, ya rumah-rumah di sana
illegal, yang namanya tanah pemerintah mah gak dijual. Jadi pada intinya yang namanya wilayah hijau yang dikatakan
tadi Ruang Terbuka Hijau itu mereka bangun rumah ya illegal, pemerintahnya juga kurang pengawasan. Awalnya
cuma satu dua yang diriin rumah. Cuma ya lama kelamaan kesini makin banyak penduduk makin banyak juga yang
diriin rumah. Sekarang misalnya ada yang diriin rumah, misal satu RT satu RW satu kelurahan ya orang juga tahu itu
tanah milik orang pengairan, milik pemerintah, ya orang masa bodo aja apalagi di daerah perkotaan kan pada cuek, ya
kita juga tahu itu lahan milik pemerintah, bukan tanah siapa- siapa. Tetapi suatu saat juga pasti itu kalau pemerintahnya
tegas lagi pasti diambil lagi. Ya kadang mau ada penggusuran, tapi mungkin ada oknum-oknum yang
28
Daryadi. Wawancara. Cempaka Putih, 14 September 2016
mungkin tidak bertanggung jawab, dan pemerintahan setempat yang paling dekat pun kaya RT RW dan kelurahan
gitu kan itu tidak punya wewenang. Kadang ya mungkin pihak yang harusnya bertanggung jawab kaya orang
pengairannya juga mungkin malah tutup mata tutup telinga gitu. Ya kalau pengawasannya benar-benar mah mungkin
udah digusur udah bersih dari pemukiman kaya gitu tuh sekarang juga. Ya memang bener juga tanah itu milik Tuhan
cuma kan ada yang ngurusnya biar jelas, kalau tanah yang saya tempati kan ada sertifikatnya, tapi kalau tanah milik
pemerintah kan kita gak bisa bikin sertifikat bikin surat- suratnya juga. Tapi kalau masalah PBB dan listrik itu beda
lagi karena bikin rumah di kolong jembatan saja harus bayar PBB dan listrik juga. Selain di sini juga tanah dibelakang
kelurahan juga katanya itu banyak tanah yang memang milik pemerintah. Untuk bangunan illegal yang sekitaran UIN itu
dari mulai belakang sevel sampai Musola Al-Makmur, dari Musola belok ke kiri itu juga semua lahan setu, bangunan
illegal semua. Dibawah RT 04 juga ada tanah PT yaitu tanah Gajah Tunggal, itu juga rumah 1 RT semua tapi tanah milik
PT Gajah Tunggal, letaknya di daerah RT 04 ke bawah, namun Cempaka Putih tidak mengakui, ia masuknya ke
kelurahan Ciputat tapi kalau ada apa-apa datangnya ke Cempaka Putih, sebelumnya tanah garap.
29
Selain kurangnya serta minimnya pengawasan dari pemerintah setempat, mengenai wilayah hijau tersebut, ternyata
masyarakat setempat
juga kurang
begitu memperhatikan
lingkungan. Salah satunya kurangnya kesadaran masyarakat sendiri untuk membuat Ruang Terbuka Hijau di lingkungan perumahan.
Bahkan hampir disemua pemukiman padat penduduk untuk Ruang Terbuka Hijau sangat minim, sehingga sering terjadi banjir seperti
yang terjadi di daerah Tembok Bolong, selain pemukiman padat, sedikit kumuh, serta kurangnya daerah resapan air.
30
Banyak masyarakat yang beralasan bahwa minimnya masyarakat untuk
melakukan penghijauan di sekitar rumah, disebabkan karena sibuk bekerja. Selain itu yang menjadi faktor utama masyarakat kurang
29
Widya. Wawancara. Cempaka Putih, 14 September 2016
30
Laporan Observasi. Rengas, 01 September 2016