tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor, industri maupun permukiman yang tidak berwawasan lingkungan.
13. Mengamankan pantai terhadap abrasi
Ruang Terbuka Hijau kota berupa formasi tanaman hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan dapat
membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan kota selain dapat menurangi bahaya abrasi
pantai, juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan. 14.
Meningkatkan industri pariwisata Tamu-tamu asing akan mempunyai kesan tersendiri, jika
berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi Ruang Terbuka Hijau yang unik, indah, dan menawan, baik itu
dikawasan pantai, bukit atau pegunungan maupun daerah diantaranya.
5
c. Dampak Kuranganya Ruang Terbuka Hijau
Dampak kurangnya kehijauan dalam kota terhadap kesehatan diantaranya :
1. Tidak terserap dan terjerapnya partikel timbal
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan. Untuk itulah beberapa
tumbuhan mempunyai kemampuan yang sedang dan tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara.
2. Tidak terserap dan terjerapnya debu semen
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis.
Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.
5
Ning Purnomohadi, h. 45
3. Tidak ternetralisirnya bahaya hujan asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses
gutasi. 4.
Tidak terserapnya karbon monoksida CO Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai
peranan yang baik dalam menyerap gas ini. Tanah dengan mikro organismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang
semula konsentrasinya sebesar 120 ppm 13,8X104 ugm
3
menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja. 5.
Tidak terserapnya karbondioksida CO2 Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting,
selain dari fitoplankton, gang-gang dan rumput laut di Samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam
menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan hutan kebakaran, maka
perlu dibangun Ruang Terbuka Hijau hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya
matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses
fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen.
6. Tidak terendamnya kebisingan
Dengan menanam berbagai jenis tanaman dalam berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangai
kebisisngan, khususnya sumber suara bising yang berasal dari bawah, dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai
95. Suara yang bisisng atau yang tidak enak di dengar seperti suara dari pabrik dan juga kendaraan tentunya akan
mengganggu aktifitas kita pula. Bahkan dengan suara bising
akan mengundang orang mudah cepat marah, lelah serta konsentrasi yang buyar.
7. Tidak tertahannya hembusan angin
Angin kencang dapat dikurangi sampai sebesar 75-80 oleh suatu penahan angin berupa struktur suatu Ruang Terbuka
Hijau hutan kota. 8.
Tidak terserap dan tertapisnya bau Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara
TPS atau permanen TPA, akan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain perlu upaya untuk mengurangi timbunan
volume sampah dari sumbernya, maka tanaman tertentu dapat digunakan untuk mengurangi bau.
6
d. Bentuk-Bentuk Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau adalah bagian dari ruang terbuka open space yang diklasifikasikan sebagai ruang atau lahan yang
mengandung unsur dan struktur alami. Ruang Terbuka Hijau ini dapat dibedakan ke dalam dua macam :
1. Ruang Terbuka Hijau alami
Ruang Terbuka Hijau alami terdiri atas daerah hijau yang masih alami wilderness areas, daerah hijau yang dilindungi
agar tetap dalam kondisi alami protected areas, dan daerah hijau yang difungsikan sebagai taman publik tetapi tetap
dengan mempertahankan karakter alam sebagai hasil tamannya natural park areas.
2. Ruang Terbuka Hijau binaan
Ruang terbuka Hijau binaan terdiri atas daerah hijau di perkotaan yang dibangun sebagai taman kota urban park
areas, daerah hijau yang dibangun dengan fungsi rekreasi bagi warga kota recreational areas, dan daerah hijau antar
bangunan maupun halaman-halaman bangunan yang digunakan
6
Ibid., h. 42
sebagai area penghijauan urban development open spaces. Khusus daerah hijau dikawasan perkotaan dapat dikembangkan
sebagai plaza, jalur hijau jalan, maupun sabuk hijau kota green belt.
7
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri no. 1 tahun 2007, status ruang kepemilikan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan RTHKP dibagi dalam 2 klasifikasi, yaitu : a.
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Publik, yaitu Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang penyediaan dan
pemeliharaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten atau Kota.
b. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Privat, yaitu Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak atau lembaga
swasta, perseorangan, masyarakat yang dikendalaikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota,
kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi.
8
Berdasarkan bobot kealamiannya bentuk Ruang Terbuka Hijau dapat diklasifikasikan menjadi ;
a. Bentuk Ruang Terbuka Hijau alami habitat alami atau liar,
kawasan hutan lindung b.
Ruang Terbuka Hijau non alami atau Ruang Terbuka Hijau binaan pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olahraga,
pemakaman, dan lain-lain.
9
7
Nirwono Joga dan Iwan Ismaun, RTH 30 Resolusi Kota Hijau, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011, h. 93
8
Peraturan Mentri Dalam Negri No.01 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. BAB I Pasal I
9
Ibid.,