Perubahan Luas Ruang Terbuka Hijau di Daerah Ciputat Timur

untuk luasan Ruang Terbuka Hijau menjadi 417,6 ha atau sekitar 23,5 dari total luas wilayah Ciputat Timur. Jika dilihat dari jumlah luas Ruang Terbuka Hijau pada tahun 2015 yaitu pada periode ke V, maka bisa dikatakan daerah Ciputat Timur ini minim Ruang Terbuka Hijau dan belum memenuhi persyaratan perundang-undangan tahun 2007, dimana suatu wilayah setidaknya harus ada 30 Ruang Terbuka Hijau dari total luasan wilayah. Jika dilihat secara garis besar perubahan penggunaan lahan termasuk Ruang Terbuka Hijau dari tahun 1990 hingga tahun 2015 yang paling menonjol bertambah yaitu lahan terbangun. Dimana jumlah perairan pada tahun 1990 sebanyak 61,2 ha atau sebanyak 3,4 sedangkan jumlah perairan tahun 2015 sebanyak 29,4 ha atau 1,7. Selisih jumlah perairan tahun 1990 hingga tahun 2015 berkurang sebanyak 31,8 ha atau sekitar 51 dari total luas wilayah perairan semula. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengurukan lahan perairan seperti empang atau tempat pemancingan, dan juga danau yang saat ini lahannya semakin menyempit. Luas lahan terbangun pada tahun 1990 seluas 605 ha atau sekitar 34 dan tahun 2015 seluas 1.332,8 ha atau sekitar 74,9. Selisih dari tahun 1990 hingga tahun 2015 untuk luas lahan terbangun yaitu bertambah menjadi 727,8 ha atau lebih dari 100 dari total luas lahan terbangun semula. Luas Ruang Terbuka Hijau pada tahun 1990 seluas 1.113,6 atau sekitar 62,6 dan tahun 2015 luas Ruang Terbuka Hijau menurun menjadi 427,6 ha atau 23,5. Selisih antara tahun 1990 hingga tahun 2015 sekitar 696 ha atau sekitar 61 dari total luas Ruang Terbuka Hijau semula yaitu pada tahun 1990. Hal ini terjadi karena adanya alih fungsi Ruang Terbuka Hijau menjadi lahan terbangun. Hasil analisis citra landsat 5, 7, dan 8 dari tahun 1990 hingga tahun 2015, wilayah hijau pada tahun 1990 masih sangat luas, dimana masyarakatnya juga masih banyak yang bertani. Sedangkan pada tahun 2015 periode terakhir penulis melakukan penelitian dengan menggunakan citra landsat 8, wilayah hijau atau yang disebut Ruang Terbuka Hijau pada tahun 2015 ini sangat minim. Sedangkan pembangunan baik itu perumahan dan lahan bisnis sangat meningkat pesat, seperti terlihat pada gambar grafik 4.1 Grafik 4.1 Perubahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Grafik 4.1 terlihat jelas bahwa perairan di daerah Ciputat Timur ini dari sejak tahun 1990 sampai 2015 cenderung statis, dimana hanya mengalami perubahan sedikit saja dalam setiap periodenya. Sedangkan pada garis merah yang menandakan garis lahan terbangun dan garis hijau yang menandakan Ruang Terbuka Hijau, keduanya saling bertolak belakang, dimana dari tahun 1990 hingga tahun 2015, Ruang Terbuka Hijau mengalami penurunan sehingga Ruang Terbuka Hijau menjadi sedikit. Sedangkan pada garis warna merah terlihat jelas bahwa luas lahan terbangun mengalami peningkatan. Lahan terbangun yang ada di daerah Ciputat didominasi oleh pembangunan perumahan modern, rumah perkampungan, lahan komersil seperti pabrik-pabrik, ruko, dan lahan bisnis lainnya. Luas Perairan pada periode ke I yaitu pada tahun 1990 memiliki luas 61,2 ha, dan pada periode ke VI yaitu pada tahun 2015 memiliki luas 29,4 ha. Hal ini membuktikan bahwa perairan dari tahun 1990 61.2 38.8 25.7 35,9 30.6 29.4 605 804.2 824.2 985 1306.4 1332.8 1,113.60 936.8 930 759,3 442.8 417.6 200 400 600 800 1000 1200 1400 1990 I 1995 II 2000 III 2005 IV 2010 V 2015 VI H ek ta r Ar e Tahun Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Perairan Lahan Terbangun RTHWilayah Hijau sampai tahun 2015 atau dalam kurun waktu 25 tahun mengalami penurunan seluas 31,8 ha. Berikut ini perubahan perairan yang terjadi dalam kurun waktu 25 tahun dan dibagi dalam beberapa periode : 1. Tahun 1990 periode ke I sampai tahun 1995 periode ke II, perairan mengalami penurunan seluas 22,4 ha. Rata-rata luas penurunan dalam pertahun mengalami penurunan seluas 4,5 ha. 2. Tahun 1995 periode ke II sampai tahun 2000 periode ke III, luas perairan mengalami penurunan seluas 13,1 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami penurunan seluas 2,62 ha. 3. Tahun 2000 periode ke III sampai tahun 2005 periode ke IV, luas perairan mengalami kenaikan dari sebelumnya seluas 10,2 ha, dan rata-rata pertahunnya mengalami kenaikan seluas 2 ha. 4. Tahun 2005 periode ke IV sampai tahun 2010 periode ke V mengalami penurunan seluas 5,3 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami penurunan seluas 1 ha. 5. Tahun 2010 periode ke V sampai tahun 2015 periode ke VI mengalami penurunan seluas 1,2 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami penuruan seluas 240 meter. Luas lahan terbangun dan lahan non RTH pada periode ke I yaitu pada tahun 1990 memiliki luas 605 ha, dan pada periode ke VI yaitu pada tahun 2015 memiliki luas 1.332,8 ha. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan lahan untuk lahan terbangun dari tahun 1990 sampai tahun 2015 atau dalam kurun waktu 25 tahun mengalami kenaikan seluas 727,8 ha. Berikut ini perubahan lahan terbangun yang terjadi dalam kurun waktu 25 tahun dan dibagi ke dalam beberapa periode : 1. Tahun 1990 periode ke I sampai tahun 1995 periode ke II mengalami kenaikan seluas 199,2 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami kenaikan seluas 39,8 ha. 2. Tahun 1995 periode ke II sampai tahun 2000 periode ke III mengalami kenaikan seluas 20 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami kenaikan seluas 4 ha. 3. Tahun 2000 periode ke III sampai tahun 2005 periode ke IV mengalami kenaikan seluas 160,8 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami kenaikan seluas 32,2 ha. 4. Tahun 2005 periode ke IV sampai tahun 2010 periode ke V mengalami kenaikan seluas 321,4 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami kenaikan seluas 64,3 ha. 5. Tahun 2010 periode ke V sampai tahun 2015 periode ke VI mengalami kenaikan seluas 26,4 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami kenaikan seluas 5,3 ha. Luas Ruang Terbuka Hijau pada periode ke I yaitu pada tahun 1990 memiliki luas 1.113,6 ha, dan pada periode ke VI yaitu pada tahun 2015 memiliki luas 417,6 ha. Hal ini membuktikan bahwa Ruang Terbuka Hijau dari tahun 1990 sampai tahun 2015 atau dalam kurun waktu 25 tahun mengalami penurunan seluas 696 ha. Hal ini disebabkan karena adanya alih fungsi lahan Ruang Terbuka Hijau menjadi lahan terbangun. Berikut ini perubahan Ruang Terbuka Hijau yang terjadi dalam kurun waktu 25 tahun dan dibagi dalam beberapa periode : 1. Tahun 1990 periode ke I sampai tahun 1995 periode ke II mengalami penurunan seluas 176,8 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami penurunan seluas 35,4 ha. 2. Tahun 1995 periode ke II sampai tahun 2000 periode ke III mengalami penurunan seluas 6,8 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami penurunan seluas 1,4 ha. 3. Tahun 2000 periode ke III sampai tahun 2005 periode ke IV mengalami penurunan seluas 170,7 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami penurunan seluas 34,1 ha. 4. Tahun 2005 periode ke IV sampai tahun 2010 periode ke V mengalami penurunan seluas 316 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami penurunan seluas 35,4 ha. 5. Tahun 2010 periode ke V sampai tahun 2015 periode ke VI mengalami penurunan seluas 25,2 ha. Rata-rata dalam pertahun mengalami penurunan seluas 5 ha. Selanjutnya dari hasil analisis citra Landsat 5, 7 dan 8 maka dihasilkan peta penggunaan lahan dari tahun 1990 Gambar 4.2, tahun 1995 Gambar 4.3, tahun 2000 Gambar 4.4, tahun 2005 Gambar 4.5, tahun 2010 Gambar 4.6, dan terakhir tahun 2015 Gambar 4.7. Keterangan : Perairan Lahan Terbangun Ruang Terbuka Hijau Gambar 4.2 Tahun 1990 Gambar 4.3 Tahun 1995 Gambar 4.6 Tahun 2010 Gambar 4.7 Tahun 2015 Gambar 4.4 Tahun 2000 Gambar 4.5 Tahun 2005 Selain itu, untuk lebih spesifik lagi penulis menyajikan data perubahan luas Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk tabel, seperti yang terlihat pada Tabel 4.8 Tabel 4.8 Tabel Perubahan Ruang Terbuka Hijau Rua ng T er bu ka H ij a u Periode Tahun 1990 I 1995 II 2000 III 2005 IV 2010 V 2015 VI 1990 2015 1.113,6 62,6 936,8 52,7 930 52,2 759,3 42,7 442,8 24,9 417,6 23,5 1.113,6 62,6 417,6 23,5 Berdasarkan Tabel 4.8 perubahan luas Ruang Terbuka HIjau dari periode pertama penulis melakukan penelitian, yaitu pada tahun 1990 hingga tahun 2015, Jumlah luasan Ruang Terbuka Hijau tersebut mengalami penurunan. Pada tahun 1990 Ruang Terbuka Hijau di Ciputat Timur ini memiliki luas 1.113,6 ha dan pada tahun 1995 mengalami penurunan menjadi 936,8 ha. Selisih antara tauhun 1990 dan tahun 1995 adalah 176,8 ha. Tahun 1995 hingga tahun 2000 Ruang Terbuka Hijau mengalami penurunan seluas 6,8 ha. Tahun 2000 hingga tahun 2005 mengalami penurunan seluas 170,7 ha. Tahun 2005 hingga tahun 2010 juga mengalami penurunan seluas 316,5 ha. Pada periode terakhir yaitu pada tahun 2015, jumlah luasan Ruang Terbuka Hijau mengalami penurunan seluas 25,2 ha. Jika dilihat dari periode pertama tahun 1990 luas Ruang Terbuka Hijau memiliki luas sekitar 1.113,6 ha dan pada periode terakhir menurun menjadi 417,6 ha. Sehingga Ruang Terbuka Hijau mengalami penurunan seluas 696 ha atau sekitar 61 dari total luas wilayah Ruang Terbuka Hijau semula. Perubahan Ruang Terbuka Hijau ini disebabkan karena alih fungsi Ruang Terbuka Hijau menjadi lahan terbangun. Ruang Terbuka Hijau yang saat ini terdapat di daerah Ciputat Timur kebanyakan Ruang Terbuka Hijau berupa kebun campuran, dengan vegetasi tumbuhan pengeras seperti pohon-pohon besar, ilalang, tumbuhan buah-buahan dan sebagainya. Adapaun dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, sebagai salah satu upaya untuk melakukan penghijauan kembali, di daerah Ciputat Timur ini terdapat beberapa pohon pengeras yaitu sekitar 680 pohon Akasia, 2.147 pohon Bambu, 154 pohon Jati, 6.735 pohon Sengon dan 620 pohon Jabon. Grafik perubahan Ruang Terbuka Hijau dari tahun 1990 hingga tahun 2015 atau dalam kurun waktu 25 tahun yang penulis bagi dalam 5 periode,seperti yang terlihat pada Grafik 4.2 Grafik 4.2 Perubahan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Grafik 4.2 terlihat jelas bahwa Ruang Terbuka Hijau di daerah Ciputat Timur ini mengalami perubahan yaitu mengalami penurunan. Total luas penurunan Ruang Terbuka Hijau seluas 696 ha atau sekitar 61 dari total luas wilayah Ruang Terbuka Hijau semula. Total luas penurunan Ruang Terbuka Hijau dari tahun 1990 sampai tahun 1995 menurun seluas 176,8 ha atau rata-rata 35,4 ha dalam setiap tahunnya. Dari tahun 1995 sampai tahun 2000 mengalami penurunan seluas 6,8 ha atau rata-rata 1,4 ha dalam setiap tahunnya. Tahun 2000 sampai tahun 2005 mengalami penurunan seluas 170,7 ha atau rata-rata 34,1 ha setiap tahunnya. Pada tahun 2005 sampai tahun 2010, total luas 1,113.60 936.8 930 759,3 442.8 417.6 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 II II III IV V VI 1995 1995 2000 2005 2010 2015 Periode L ua s RT H w ila y a h hija u Tahun Grafik Perubahan Ruang Terbuka Hijau penurunan Ruang Terbuka Hijau sangat drastis jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu mengalami penurunan seluas 316,5 ha dan rata-rata pertahunnya menurun seluas 63,3. Periode terakhir yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2015, Ruang Terbuka Hijau menurun seluas 25,2 ha atau rata-rata dalam setiap tahunnya mengalami penurunan seluas 5 ha. Sehingga dapat diketahui penurunan Ruang Terbuka Hijau di daerah Ciputat Timur ini yang paling besar yaitu pada tahun 2005 sampai tahun 2015. Selain melakukan analisis citra, penulis juga melakukan ground check lapangan untuk mengukur kebenaran data tersebut melalui melihat kenyataanya secara langsung di lapangan. Penulis melakukan ground check di beberapa titik yang tersebar disetiap kelurahan yang ada di daerah Ciputat Timur. Ground check dilakukan dengan menggunakan GPS, dengan cara menyesuaikan koordinat di citra dengan di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian data. Selanjutnya untuk mengukur kebenaran datanya, penulis menggunakan metode confusion matrix. Metode confusion matrix ini merupakan suatu metode untuk menyusun data berdasarkan hasil klasifikasi citra yang telah penulis analisis dengan hasil ground check di lapangan dalam tabel perbandingan presentase berikut. 6 Seperti yang terlihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9 Perolehan Data Klasifikasi Data Lapangan Total Kolom Data Hasil Klasifikasi Perairan Lahan Terbangun Ruang Terbuka Hijau Perairan 7 3 1 11 Lahan Terbangunnon RTH - 38 3 41 Ruang Terbuka Hijau 1 6 41 48 Total Baris 8 47 45 100 6 Sodikin, Sistem Informasi Geografis Pengindraan Jauh Teori dan Praktek dengan Er Mapper dan Arc View, Yogyakarta: Sibuku Media, 2015, h. 146 Berdasarkan Tabel 4.9 penulis telah mengambil 100 sampel pada saat ground check lapangan, kemudian penulis mencocokannya berdasarkan titik koordinat yang sama. Apabila terdapat kesamaan antara hasil klasifikasi dengan data lapangan, maka penulis akumulasikan pada kolom yang berwarna kuning tersebut. Dari hasil analisis serta ground check lapangan, maka diperoleh penghitungan akurasinya sebagia berikut : 1. Akurasi keseluruhan overall Accuracy: = jumlah diagonal utama warna kuningjumlah titik = 86100 = 86 2. Akurasi produser Produser’s Accuracy: Perairan = 78 = 87 Lahan Terbangunnon RTH = 3847 = 80 Ruang Terbuka Hijau = 4145 = 91 3. Akurasi pengguna User’s Accuracy: Perairan = 711 = 64 Lahan Terbangunnon RTH = 3841 = 93 Ruang Terbuka Hijau = 4148 = 85 Berdasarkan hasil analisis metode confusion matrix maka diperoleh data akurasi keseluruhan overall accuracy senilai 86 sehingga data klasifikasi dengan data hasil ground check lapangan sesuai. Selain itu data dari hasil analisis serta ground check di lapangan, maka di dapat layout citra Landsat 8 Ciputat Timur tahun 2015 Gambar 4.8. Untuk wilayah perairan didominasi oleh warna biru, untuk lahan yang diolah menjadi lahan terbangun serta tidak ditumbuhi tumbuhan hijau atau tanaman berwarna merah bata, dan untuk Ruang Terbuka Hijau diberi warna hijau. Pada gambar 4.8 daerah yang berwarna biru menunjukan perairan yang ada di Ciputat Timur, salah satunya gambar hasil ground check yang ditunjukan dalam gambar 4.8 yaitu perairan berupa situ Bungur pada koordinat 6 17 ’ 27.11 ’’ S-106 44 ’ 27.05 ’’ E. Untuk lahan terbangun berwarna merah bata, salah satunya menunjukan lokasi perumahan Green Woods pada koordinat 6 17 ’ 47.32 ’’ S-106 4 ’ 25.64 ’’ E, dan untuk yang berwarna hijau berupa Ruang Terbuka Hijau yang menunjukan Ruang Terbuka Hijau berupa hutan kota Situ Gintung pada koordinat 6 18 ’ 31.08 ’’ S-106 45 ’ 47.52 ’’ E. Gambar 4.8 Citra Landsat 8 Tahun 2015 Ciputat Timur 6 17”47.32”S-106 4’25.64”E 6 17’27.11”S-106 44’27.05”E 6 18’31.08”S-106 45’47.52”E 73

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Luas Area Ruang

Terbuka Hijau Selama kurun waktu 25 tahun yaitu terhitung dari tahun 1990 hingga tahun 2015 tentunya bukan waktu yang cukup singkat. Namun, mengingat daerah Ciputat Timur ini merupakan salah satu daerah yang dekat dengan Ibukota, dan didorong juga dengan kemajuan teknologi, yang berakibat pada pembangunan serta perubahan, tentunya daerah Ciputat Timur ini mengalami banyak perubahan terutama pada luasan wilayah hijau. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan luas area Ruang Terbuka Hijau selama kurun waktu yang diteliti yaitu selama 25 dari mulai tahun 1990 hingga tahun 2015 di daerah Ciputat Timur, penulis mengacu pada buku yang ditulis Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, bahwa terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi perubahan luas area Ruang Terbuka Hijau yaitu ekonomi, pertambahan jumlah penduduk, serta pemerintahan. 7 Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber terkait, serta melakukan observasi secara langsung dan dokumentasi mengenai faktor yang dapat mempengaruhi perubahan luas area Ruang Terbuka Hijau tersebut.

1. Ekonomi

Perubahan yang paling menonjol dalam segi perubahan luas Ruang Terbuka Hijau di daerah Ciputat Timur ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Sebagai daerah yang strategis dan juga berada di tengah-tengah kota menjadikan adanya perubahan wilayah hijau. Seperti halnya daerah yang tadinya dijadikan Ruang Terbuka Hijau jenis pertanian, dimana dulunya daerah tersebut dijadikan ladang dan juga tempat menanam pohon-pohon, seiring dengan perkembangan zaman wilayah Ruang Terbuka Hijau tersebut 7 Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. II, h. 99 banyak digunakan para warganya untuk dijadikan lahan bisnis dimana dinilai lebih menguntungkan. Lahan bisnis yang paling menonjol di daerah Ciputat Timur ini berupa sentra perdagangan dan jasa. Selain itu dikarenakan daerah Ciputat Timur ini merupakan daerah yang cukup padat penduduk, maka kebutuhan akan tempat tinggalpun cukup tinggi. Apalagi banyak para mahasiswa dari luar yang sengaja kuliah di Ciputat Timur, menjadikan para pemilik lahan baik tadinya pemilik lahan kosong maupun lahan yang masih hijau, berubah fungsi menjadi kontrakan, dan kos-kosan. Dengan berubahnya Ruang Terbuka Hijau tersebut menjadi kontrakan dan kos-kosan tentunya dianggap masyarakat lebih jauh menguntungkan dan bernilai investasi dibandingkan dengan membiarkan lahan tersebut tetap hijau. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Taja yang merupakan sesepuh kampung di daerah Pisangan. Ya karena faktor ekonomi juga kan yang namanya hidup di kota perkembangannya cukup pesat, harga kebutuhan juga banyak, orang mungkin buat investasi masa depan juga daripada lahannya gak keurus kalau ada uang mah ya bangun kontrakan aja. Saya juga bikin kontrakan nyicil yang dulunya emang lahan hijau, buat tani. Ya karena saya bukan PNS kalau sudah tua gak ada pemasukan uang, kalau kontrakan kan seengganya tanpa kita capek ada uang tambahan juga buat tiap bulannya. 8 Selain Bapak Taja, hal serupa juga dipaparkan oleh Bapak Syamsul Bahri selaku ketua RT di daerah Rempoa dan Ibu Wiwi salah satu warga asli Pondok Ranji. Ya karena gimana ya, kalau punya lahan menurut saya pribadi juga daripada kosong gak dibangun, ujung-ujungnya jadi tempat pembuangan sampah, ya mending dibuat kontrakan, tiap bulan ada pemasukan. Mungkin ekonomi ya masuknya kalau gitu. 9 8 H.Taja. Wawancara. Pisangan, 04 September 2016 9 Syamsul Bahri. Wawancara. Rempoa, 11 September 2016 Ya, jangan ditanya lagi mba itu mah. Semua orang butuh uang. Jadi karena ekonomi ya mungkin. Kalau dibangun atau dijual kan seengganya dapat duit. Kalau dibiarin kan ya gimana ngurusnya juga mungkin gak keurus. 10 Hal ini menunjukan bahwa dengan perkembangan di kota yang cukup pesat, yang tadinya lahan tersebut sebagai Ruang Terbuka Hijau berupa Ruang Terbuka Hijau pertanian lama kelamaan berubah fungsi menjadi lahan bisnis seperti dijadikannya kontrakan dan kos-kosan. Apalagi warga asli yang mempunyai tanah warisan pribadi, namun tidak memiliki pekerjaan tetap wilayah hijau tersebut dijadikan lahan bisnis untuk investasi di hari tua. Keterangan yang lainnya juga di dapat dari beberapa warga yang bukan hanya penduduk asli saja yang tadinya mempunyai kebun atau wilayah hijau yang luas. Bahkan untuk penduduk pendatang saja banyak juga yang memiliki lahan usaha di daerah Ciputat Timur, mereka membelinya dari penduduk asli. Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Yudhi. Oh,,ya jelas orang Betawi terkenal dengan tanahnya. Tapi lama kelamaan selain dibikin kontrakan, lahannya seperti yang dibilang tadi, lahannya ada yang dijual ke masyarakat pendatang. Kalau gak dijual lahannya, awalnya bikin kontrakan, nah lama kelamaan kontrakannya dijual ke pendatang. Nih kaya tetangga saya juga ini kontrakan beli dari penduduk asli. Ya bisa dilihat juga secara kasat mata kalau lebaran di Ciputat sepi, orang-orang pada mudik. Ya jadinya kan kebanyakan masyarakat pendatang semua kebanyakan. Otomatis masyarakat pendatang punya lahan punya rumah itu dari mana ? Ya jelas dari masyarakat sini orang Betawi beli. 11 Selain itu Bapak Thabrani juga selaku salah satu ketua RW Rempoa memaparkan hal yang sama dengan Bapak Yudhi. 10 Wiwi. Wawancara. Pondok Ranji, 15 September 2016 11 Yudhi. Wawancara. Pondok Ranji, 16 September 2016 Untuk daerah ini kebanyakan lahan milik pribadi jadi ya lahannya ini dijual sama masyarakat asli ke penduduk pendatang. Faktornya banyak juga sih bukan karena faktor ekonomi saja, ada juga karena faktor kebutuhan, karena kan waktu itu banyak juga warga yang memang mata pencahariannya ya kurang jelas lah, mata pencahariannya bisa dibilang semberawut lah, mau bertani lama kelamaan lahan pertaniannya juga ga ada. Jadi faktornya mungkin iya karena ekonomi juga, butuh uang jual, butuh uang jual. Jadi kadang penduduk asli memang dulu bikin kontrakan, tapi lama kelamaan kontrakannya dijual-dijual ke orang yang ngontraknya. 12 Bukan hanya faktor kebutuhan untuk investasi masa depan saja, wilayah hijau atau sebagai Ruang Terbuka Hijau ini yang tadinya dijadikan lahan pertanian pada tahun 1990 berubah menjadi bangunan lahan bisnis, dikarenakan masyarakat menganggap sudah tidak zamannya lagi dalam bertani, seperti yang diungkapkan oleh warga Cempaka Putih. Selain karena faktor ekonomi, faktor kebutuhan akan lahan juga, ya bisa dibilang udah ketinggalan zaman juga. Ada lahan sedikit juga apalagi kalau tempatnya strategis mending dibikin satu kamar aja, apalagi kan banyak orang yang dari kampung cari kerja pasti butuh tempat tingal, ya otomatis warga mending bangun kontrakan, modal sekali ya untungnya tiap bulan ngalir tanpa harus cape-cape kerja. Lumayan sebulan Rp. 500.000,- juga. Kecuali zaman dulu masih belum banyak penduduk masih belum begitu maju, yaudah dibiarin hijau aja. 13 Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Yuyun warga Cireundeu, bahwa saat ini di daerah Ciputat Timur bertani bukan zamannya lagi. Ya mungkin dikosongin dibikin kebun juga buat apa karena masyarakat yang bertani udah ga ada, ya sama warga yang punya tanahnya dijual, apalagi orang kalau jualnya dengan harga yang tinggi. Kadang dengan mendirikan kontrakan aja kan itu lebih menguntungkan daripada dibiarkan hijau, itu mungkin ada juga berfikiran seperti itu. Jadi mungkin 12 Thabrani. Wawancara. Rempoa, 25 September 2016 13 Widya. Wawancara. Cempaka Putih, 14 September 2016