Distribusi Menurut Orang Person Distribusi Menurut Tempat Place

3 Adenolimfangitis, peradangan saluran dan kelenjar limfe. 4 Abses 5 Peradangan oleh spesies Wuchereria bancrofti di daerah genital alat kelamin dapat menimbulkan epididimitis, funikulitis dan orkitis. b. Gejala peradangan umum, berupa; demam, sakit kepala, sakit otot, rasa lemah dan lain-lainnya. 5. Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang ada di kulit, menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengalirkan cairan limfe dari kulit dan jaringan ke kelenjar limfe sehingga dapat terjadi limfedema. 6. Pada penderita limfedema, adanya serangan akut berulang oleh bakteri atau jamur akan menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit, hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan peningkatan pembentukan jaringan ikat fibrouse tissue formation sehingga terjadi peningkatan stadium limfedema, dimana pembengkakan yang semula terjadi hilang timbul pitting akan menjadi pembengkakan menetap non pitting.

2.1.6 Epidemiologi Filariasis

2.1.6.1 Distribusi Menurut Orang Person

Filariasis dapat menyerang semua golongan umur baik anak-anak maupun dewasa, laki-laki dan perempuan Kemenkes RI, 2010a. Pada tahun 1997, diperkirakan paling tidak 128 juta orang terinfeksi, diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun Chairufatah, 2009. Penelitian Juriastuti dkk 2010 di Kelurahan Universitas Sumatera Utara Jatisempurna ditemukan penderita filariasis proporsi terbesar berjenis kelamin laki- laki 58,1, berada pada kelompok usia produktif 71, dan jenis pekerjaan tidak berisiko 71. Menurut penelitiaan Soeyoko dkk 2008 di Kabupaten Bonebolango ditemukan kasus filariasis lebih banyak pada perempuan 51,4, pekerjaan bukan petani 54,3, berpendidikan rendah 68,6, berpengetahuan kurang 58,6, dan berpenghasilan rendah 80.

2.1.6.2 Distribusi Menurut Tempat Place

Daerah endemis filariasis pada umumnya adalah daerah dataran rendah, terutama di pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan, rawa-rawa dan hutan. Secara umum, filariasis Wuchereria bancrofti tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Wuchereria bancrofti tipe pedesaan masih banyak ditemukan di Papua, Nusa Tenggara Timur, sedangkan Wuchereria bancrofti tipe perkotaan banyak ditemukan di kota seperti di Jakarta, Bekasi, Semarang, Tangerang, Pekalongan dan Lebak. Brugia malayi tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan beberapa pulau di Maluku. Brugia timori terdapat di kepulauan Flores, Alor, Rote, Timor dan Sumba, umumnya endemik di daerah persawahan Depkes, 2009a. Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah Nanggroe Aceh Darussalam 2.359 orang, Nusa Tenggara Timur 1.730 orang dan Papua 1.158 orang. Tiga provinsi dengan kasus terendah adalah Bali 18 orang, Maluku Utara 27 orang, dan Sulawesi Utara 30 orang Kemenkes RI, 2010b. Hasil Riskesdas tahun 2007 dalam Mardiana dkk Universitas Sumatera Utara 2011 responden tinggal diperkotaan sebesar 0,03 pernah terkena filariasis dan tinggal dipedesaan pernah terkena filariasis sebesar 0,05, probabilitas risiko terjadinya filariasis 2,44 kali lebih besar pada orang yang tinggal dipedesaan dibandingkan orang yang tinggal diperkotaan.

2.1.6.3 Distribusi Menurut Waktu Time