BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik terhadap Kejadian Mikrofilaria Positif
dan Filariasis
Pengaruh variabel lingkungan fisik terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis dalam penelitian ini sebagai berikut :
5.1.1 Pengaruh Keberadaan Rawa-Rawa terhadap Kejadian Mikrofilaria Positif dan Filariasis
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penderita mikrofilaria positif dan filariasis, terpapar adanya rawa-rawa dengan jarak 200 m dari rumah 2,667 kali
lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita mikrofilaria positif dan filariasis p0,05. Secara keseluruhan proporsi terbesar pada kelompok kasus dan kontrol
adalah tidak ada rawa-rawa, walaupun secara terpisah pada kelompok kasus proporsi terbesar ada rawa-rawa dengan jarak 200 m dari rumah 44,6 dan pada
kelompok kontrol proporsi terbesar tidak ada rawa-rawa 76,8. Hal ini terjadi karena memang keberadaan rawa-rawa yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
dan Kabupaten Asahan adalah rawa-rawa liar yang sebagian ditumbuhi tanaman air bukan kolam atau galian tanah, sehingga keberadaannya lebih sedikit dibandingkan
keberadaan persawahan, perkebunan dan lainnya. Masing-masing spesies nyamuk mempunyai tempat perindukan berbeda-beda
misalnya di rawa-rawa, air kotor comberan, air sawah dan air laguna Soeyoko, 2002. Rawa-rawa merupakan ekosistem dengan habitat yang sering digenangi air
Universitas Sumatera Utara
tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6 enam, kondisi permukaan air tidak selalu tetap dan terdapat tumbuhan air tertentu yang merupakan inang bagi vektor
filariasis Depkes RI dalam Nasrin, 2008. Tempat perkembangbiakan alami nyamuk Mansonia uniformis pada umumnya pada daerah dengan air tergenang atau
pada rawa-rawa yang banyak ditumbuhi tanaman air. Telur nyamuk Mansonia uniformis biasanya diletakkan dalam bentuk kelompok pada permukaan bawah daun
tumbuhan inangnya yang hidup di daerah rawa-rawa yang banyak tumbuhan air Boesri, 2012. Menurut Nurmaini 2003 nyamuk Mansonia senang berkembang
biak di kolam-kolam, rawa-rawa danau yang banyak tanaman airnya, nyamuk Mansonia meletakkan telurnya menempel pada tumbuhan-tumbuhan air, dan
diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bunga. Penelitian Barodji et al 1994 menyatakan bahwa kepadatan vektor yang
menggigit orang di daerah sekitar rawa jauh lebih tinggi rata-rata 4,50 tiap jamorang dibandingkan di desa asal penduduk rata-rata 0,44 tiap jamorang.
Sehingga kemungkinan penularan filariasis lebih sering terjadi di daerah sekitar rawa Sulistiyani, 2012.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Soeyoko dkk 2006 di Kecamatan Boneraya Kabupaten Bone Bolango yang menyatakan ada hubungan bermakna antara
faktor lingkungan rawa dengan kejadian filariasis dengan nilai OR sebesar 2,443 pada uji bivariat dan OR sebesar 3,563 pada uji multivariat. Dinyatakan bahwa lingkungan
buruk rawa sebagai tempat perindukan nyamuk penular dengan jarak terbang
Universitas Sumatera Utara
nyamuk kurang dari 200 m akan sangat memberikan peluang besar terjadinya filariasis di daerah tersebut. Penelitian Nasrin 2008 di kabupaten Bangka Barat juga
menyatakan ada hubungan bermakna antara keberadaan rawa dengan kejadian filariasis.
Hal ini diibuktikan dengan teori yang menjelaskan bahwa umumnya nyamuk mampu terbang sejauh 350- 550 m, misalnya Anopheles sinensis jarak terbangnya
mencapai 200 sampai 800 m, Anopheles barbirostris mencapai 200 sampai 300 m Kelvey et al dalam Munif, 2009.
5.1.2 Pengaruh Keberadaan Persawahan terhadap Kejadian Mikrofilaria