Pengaruh Kelembaban dalam Rumah terhadap Kejadian Mikrofilaria Pengaruh Keberadaan Kawat Kasa pada Ventilasi Rumah terhadap

Menurut Hoedojo 1993 suhu optimum untuk tempat perindukan nyamuk berkisar 20º-28ºC, sedangkan menurut Depkes RI 2009, berkisar 25º – 27ºC. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ansari 2004 di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara suhu dalam rumah dengan kejadian filariasis.

5.1.4 Pengaruh Kelembaban dalam Rumah terhadap Kejadian Mikrofilaria

Positif dan Filariasis Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelembaban dalam rumah bukan sebagai faktor risiko kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan. Hasil pengukuran kelembaban yang dilakukan di dalam dan di luar rumah responden, rerata kelembaban yang memenuhi syarat di dalam rumah responden berkisar 53-60 dan di luar rumah responden 53-58. Sedangkan kelembaban yang tidak memenuhi syarat berkisar 61-77. Perbedaan kelembaban di dalam dan di luar rumah tidak begitu signifikan, artinya bahwa responden yang memiliki kelembaban dalam rumah tidak memenuhi syarat 40 dan 60, sejalan dengan kelembaban di luar rumah yang juga tidak memenuhi syarat. Keadaan ini sejalan dengan penelitian Ansari 2004 di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan kejadian filariasis. Universitas Sumatera Utara

5.1.5 Pengaruh Keberadaan Kawat Kasa pada Ventilasi Rumah terhadap

Kejadian Mikrofilaria Positif dan Filariasis Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penderita mikrofilaria positif dan filariasis, terpapar tidak adanya kawat kasa pada ventilasi rumah 3,154 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita mikrofilaria positif dan filariasis p0,05. Hasil observasi yang dilakukan bahwa rumah responden kelompok kasus mayoritas tidak memenuhi syarat kesehatan jika ditinjau dari fisik bangunan lantai, dinding, amar mandiWC, ventilasi dan langit-langit. Jadi hal ini sangat berkaitan dengan keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah yang sangat kecil kemungkinan untuk terpenuhi. Kawat kasa yang dipasang dibagian ventilasi rumah ini berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah sehingga terhindar dari gigitan nyamuk dan tanpa disadari menjauhkan diri dari risiko terkena filariasis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Juriastuti dkk 2010 di Kelurahan Jati Sempurna yang menemukan adanya hubungan bermakna antara kejadian filariasis dengan keberadaan kawat kasa dengan nilai OR sebesar 7,2, diartikan bahwa responden yang tidak memiliki kawat kasa di rumahnya berisiko 7,2 kali lebih besar dibandingkan responden yang menggunakan kawat kasa. Menurut Yatim dalam Pulungan dkk 2012 pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi kontak dengan nyamuk yaitu pemasangan kawat kasa pada ventilasi. Kawat kasa harus dipasang pada setiap lubang pada rumah. Jumlah lubang pada kawat kasa yang dianggap optimal 14-16 perinci 2,5 cm bahannya bermacam-macam mulai tembaga aluminium sampai plastik. Universitas Sumatera Utara Menurut Permenkes RI No. 374 tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor, ada beberapa metode pengendalian vektor antara lain metode pengendalian fisik dan mekanis yang bertujuan mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mekanik antara lain dengan pemasangan kelambu, memakai baju lengan panjang, pemasangan kawat kasa dan lain-lain.

5.1.6 Pengaruh Konstruksi Plafon Rumah terhadap Kejadian Mikrofilaria