4.4 Analisis Bivariat
Analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel yang diteliti terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis adalah uji statistik chi-square
dengan de rajat kepercayaan 95 α = 5 dan untuk mengetahui kekuatan antara
faktor risiko dengan kejadian mikrofilaria positif dan filariasis digunakan perhitungan Odds Ratio OR. Berdasarkan hasil uji statistik akan diperoleh nilai p, untuk nilai p
0,05 artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel yang diteliti terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis.
4.4.1 Faktor Lingkungan Fisik
Pengaruh faktor lingkungan fisik sebagai variabel independen meliputi keberadaan rawa-rawa, keberadaan persawahan, suhu dalam rumah, kelembaban
dalam rumah, keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah dan konstruksi plafon rumah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Hasil Uji Bivariat Faktor Lingkungan Fisik terhadap Kejadian Mikrofilaria Positif dan Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan dan Kabupaten Asahan Tahun 2013
Variabel Nilai
p OR
95 CI
Keberadaan rawa-rawa 0,028
2,667 1,182-6,020
Keberadaan persawahan 0,740
0,641 0,171-2,408
Suhu dalam rumah 0,695
0,794 0,367-1,715
Kelembaban dalam rumah 0,700
1,250 0,586-2,664
Keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah
0,007 3,154
1,430-6,956 Konstruksi plafon rumah
0.004
3,333 1,520-7,308
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil uji chi-square variabel keberadaan rawa-rawa terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis diperoleh nilai p=0,028 p0,05, artinya
bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel keberadaan rawa-rawa terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan
Kabupaten Asahan. Nilai OR sebesar 2,667 95 CI = 1,182-6,020 menunjukkan bahwa penderita mikrofilaria positif dan filariasis, terpapar adanya rawa-rawa dengan
jarak 200 m dari rumah 2,667 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita mikrofilaria positif dan filariasis p0,005.
Hasil uji variabel keberadaan persawahan terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis diperoleh nilai p=0,740 p0,05, artinya bahwa tidak ada
pengaruh variabel keberadaan persawahan terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan, dan keberadaan
persawahan bukan sebagai faktor risiko kejadian mikrofilaria positif dan filariasis. Hasil uji variabel suhu dan kelembaban dalam rumah terhadap kejadian
mikrofilaria positif dan filariasis diperoleh nilai p=0,695 p0,05 untuk suhu dan nilai p=0,700 p0,05 untuk kelembaban, artinya bahwa tidak ada pengaruh variabel
suhu dan kelembaban dalam rumah terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan, dan suhu serta
kelembaban dalam rumah bukan sebagai faktor risiko kejadian mikrofilaria positif dan filariasis.
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji variabel keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis diperoleh nilai p=0,007 p0,05, artinya
bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan dan Kabupaten Asahan. Nilai OR sebesar 3,154 95 CI = 1,430-6,956 menunjukkan bahwa penderita mikrofilaria positif dan filariasis, terpapar tidak
adanya kawat kasa pada ventilasi rumah 3,154 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita mikrofilaria positif dan filariasis p0,05.
Hasil uji variabel konstruksi plafon rumah terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis diperoleh nilai p=0,004 p0,05, artinya bahwa ada pengaruh
yang signifikan variabel konstruksi plafon rumah terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan. Nilai
OR sebesar 3,333 95 CI = 1,520-7,308 menunjukkan bahwa penderita mikrofilaria positif dan filariasis, terpapar konstruksi plafon rumah tidak rapat 3,333
kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita mikrofilaria positif dan filariasis p0,05.
4.4.2 Faktor Lingkungan Biologis