Program Pemantauan Pertumbuhan Program Pemberian ASI Eksklusif Program Tatalaksana Gizi Buruk

dilihat capaian program gizi secara keseluruhan selanjutnya ditampilkan per puskesmas untuk melihat perbandingannya.

5.3.1. Program Pemantauan Pertumbuhan

Jumlah cakupan DS berkisar antara 50-60, masih dibawah capaian target. Ada peningkatan cakupan pada tahun 2013 tapi tidak signifikan. Jika kita melihat pencapaian di puskesmas, hanya Puskesmas Munte yang setiap tahun terjadi peningkatan cakupan DS nya sementara yang terendah adalah puskesmas Tigapanah menyusul Puskesmas Laubaleng. TPG Puskesmas Tigapanah dan Berastagi menyatakan, tidak tercapainya DS dikarenakan sasaran balitanya yang terlalu banyak sementara sasaran balita ini sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo berdasarkan jumlah penduduk yang diambil dari Badan Pusat Statistik BPS. Memang seharusnya data balita itu harus riil tapi kenyataannya lebih sering puskesmas tidak memiliki data riil tersebut sehingga Dinas Kesehatan menyarankan memakai data sasaran. Jadi untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan evaluasi apakah memang data sasaran jauh berbeda dengan data sebenarnya. Selain itu, PMT juga perlu ditingkatkan karena menurut informan, pemberian makanan tambahan ada mempengaruhi peningkatan kunjungan posyandu.

5.3.2. Program Pemberian ASI Eksklusif

Cakupan pemberian ASI Eksklusif dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup baik, dimana pada tahun 2010 sebesar 15,4 meningkat sebesar 55,1 pada tahun 2013 meskipun masih dibawah target 75. Diantara ke empat puskesmas, data Puskesmas Laubaleng terlihat sedikit ekstrim dimana Universitas Sumatera Utara peningkatan cakupannya dari tahun ke tahun terlalu mencolok yaitu 60,2 pada tahun 2013. Begitu juga halnya dengan Puskesmas Tigapanah. Sementara Puskesmas Berastagi peningkatannya sangat lambat. Ada hubungan antara pernyataan dari TPG Puskesmas dengan pencapaian cakupan pemberian ASI Eksklusif dimana sebenarnya pencapaian ASI Eksklusif ini sangat rendah, dalam arti pelaporannya sengaja dibuat bagus untuk menghindari teguran dari atasan atau takut dikatakan tidak menjalankan program.

5.3.3. Program Tatalaksana Gizi Buruk

Berdasarkan laporan, kasus gizi buruk dari tahun ke tahun mengalami penurunan, dari 41 kasus pada tahun 2010 menjadi 14 kasus pada tahun 2013 sedangkan untuk kasus gizi buruk yang dirawat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2010 kasus gizi buruk yang dirawat sekitar 49, meningkat pada tahun 2011 sebesar 63 dan pada tahun 2012 dan 2013 semua gizi buruk telah dirawat 100. Jika kita lihat dari ke empat puskesmas, Puskesmas Laubaleng merupakan puskemas yang paling tinggi jumlah kasus gizi buruknya dan hanya sekitar 33 yang mendapat perawatan. Diperlukan kembali evaluasi apakah semua kasus gizi buruk telah terdeteksi dan terlaporkan dengan baik untuk menghindari terjadinya lonjakan kasus dan keterlambatan penanganan.

5.3.4. Program Pemberian Kapsul Vitamin A