Penanggulangan Kurang Energi dan Protein KEP

melalui suatu rangkaian upaya terus menerus mulai dari perumusan masalah, penetapan tujuan yang jelas, penentuan stategi intervensi yang tepat sasaran, identifikasi kegiatan yang tepat serta adanya kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan di berbagai tingkat administrasi. Upaya perbaikan gizi di Indonesia secara nasional telah dilaksanakan sejak tiga puluh tahun yang lalu. Upaya yang dilakukan difokuskan untuk mengatasi masalah gizi utama yaitu: Kurang Energi Protein KEP, Kurang Vitamin A KVA, Anemia Gizi Besi AGB dan Gangguan Akibat Kurang Yodium GAKY melalui intervensi yang mencakup penyelenggaraan posyandu dengan pemantauan pertumbuhan, pemberian suplemen gizi melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi dan tablet besi, fortifikasi garam beryodium, pemberian makanan tambahan termasuk Makanan Pendamping Air Susu Ibu MP-ASI, tatalaksana gizi buruk Depkes RI, 2010. Upaya tersebut telah berhasil menurunkan keempat masalah gizi utama namun penurunannya dinilai kurang cepat. Adapun program penanggulangan ke empat masalah gizi tersebut adalah sebagai berikut:

2.3.1. Penanggulangan Kurang Energi dan Protein KEP

KEP merupakan suatu bentuk masalah gizi yang termasuk dalam kategori kurang gizi yang disebabkan oleh berbagai faktor, terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan energi dan protein serta karena infeksi, yang berdampak pada penurunan status gizi anak dari bergizi baik atau normal menjadi bergizi kurang atau buruk. Untuk mengetahui ada tidaknya KEP pada anak perlu dilakukan pengukuran keadaan atau status gizi anak Minarto, 2011. Universitas Sumatera Utara Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas menunjukkan besaran masalah KEP di Indonesia, yaitu gizi kurang, pendek dan kurus. Ke-tiga bentuk masalah KEP tersebut mempunyai riwayat dan pendekatan pemecahan yang berbeda. Prevalensi gizi kurang tahun 2007 secara nasional sebesar 18,4 sedangkan pada tahun 2013 sebesar 19,6. Prevalensi gizi kurang juga sangat bervariasi antar perkotaan - perdesaan, antar tingkat ekonomi, dan antar tingkat pendidikan. Selain masalah gizi kurang riskesdas juga mengungkap tingginya prevalensi pendek pada anak balita 2007 sebesar 36,8 dan 37,2 pada tahun 2013, prevalensi kurus 2007 sebesar 13,6 dan 12,1 tahun 2013. Status gizi anak sangat terkait dengan status gizi ibu hamil. Prevalensi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik KEK 2007 diperkirakan sebesar 13,6. Ibu hamil KEK akan beresiko melahirkan bayi berat lahir rendah BBLR. Upaya-upaya yang dilakukan berkaitan dengan penanggulangan masalah gizi kurang antara lain penyelenggaraan posyandu dengan pemantauan pertumbuhan, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI serta tatalaksana gizi buruk yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Program Pemantauan Pertumbuhan

Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan tinggi badan atau panjang badan yang dapat dilakukan baik di posyandu maupun diluar posyandu. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap bulan. Tujuan dari pemantauan pertumbuhan adalah untuk menentukan apakah anak tumbuh secara Universitas Sumatera Utara