Dampak Outcome Pelaksanaan Program Gizi

Gambar 4.9. Grafik Pencapaian Pemberian Kapsul Vitamin A Merah per Puskesmas Tahun 2010-2013 Program pemberian kapsul vitamin A dinilai baik jika persentase balita 6-59 bulan mendapat vitamin A sesuai dengan target.

4.3.4. Dampak Outcome

Berdasarkan data TBABS tahun 1998, 2003 dan 2008 masih ditemukan masalah gangguan pertumbuhan di Kabupaten Karo dimana prevalensinya meningkat kembali pada tahun 2008 yaitu sebesar 25,4. Menurut Kepala Bidang Bina Program, banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan pertumbuhan sehingga kalau hanya dilakukan penimbangan saja tanpa ada pendidikan gizi diberikan pada masyarakat maka menyebabkan masyarakat semakin tidak mengerti sehingga prevalensi gangguan pertumbuhan pada anak akan sulit diturunkan. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Tigapana h Laubalen g Berastagi Munte Target Tahun 2010 26,6 65,4 72,2 55,4 75 Tahun 2011 52,3 22,9 57,1 65,0 78 Tahun 2012 85,1 74,8 99,5 87,2 80 Tahun 2013 77,3 73,2 90,1 85,8 83 P e rse nt a se Universitas Sumatera Utara Gambaran prevalensi gangguan pertumbuhan pada anak di puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5. Prevalensi Gangguan Pertumbuhan berdasarkan Hasil Survey TBABS Tahun 1998, 2003 dan 2008 No Nama Puskesmas Prevalensi Gangguan Pertumbuhan pada ABS 1998 2003 2008 1. Berastagi 25,9 16,2 24,3 2. Tigapanah 25,3 23,3 40,0 3. Munte 38,6 21,3 25,7 4. Laubaleng 31,1 26,7 60,0 Sumber: Laporan Seksi Gizi dan Usila Dinkes Kab. Karo Berdasarkan data diatas, prevalensi gangguan pertumbuhan pada tahun 2013 tertinggi di Puskesmas Laubaleng sebesar 60 diikuti Puskesmas Tigapanah sebesar 40. Jika kita bandingkan dengan angka prevalensi pada tahun 2003, terjadi peningkatan yang sangat tinggi di Puskesmas Laubaleng yaitu sekitar 44,5. Penyebab dari tingginya prevalensi ini kemungkinan karena pelaksanaan program gizi yang belum berjalan dengan baik dan rendahnya pencapaian dari semua program. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

Bab ini akan menganalisis pelaksanaan program gizi yang terdiri dari program pemantauan pertumbuhan, program ASI Eskklusif, program tatalaksana gizi buruk dan program pemberian kapsul vitamin A yang dilihat dari komponen input, proses dan dibandingkan dengan hasil capaian program output sehingga diketahui upaya perbaikan terhadap dampak yang timbul dari program tersebut.

5.1. Analisis Masukan Input

Subbab ini akan menganalisis mengenai komponen input yang meliputi tenaga gizi, sarana seperti timbangan, alat ukur panjang dan tinggi badan, KMS, dan prasarana seperti gudang penyimpanan MP-ASI, posyandu dan perlengkapannya.

5.1.1. Tenaga Gizi

Program gizi dalam pelaksanaannya membutuhkan sumber daya yang berkompeten dibidangnya untuk menanggulangi masalah gizi di masyarakat. Ketidaktahuan kebutuhan tenaga gizi di suatu wilayah merupakan kendala besar terhadap pelaksanaan program tersebut karena kekurangan tenaga dapat menyebabkan masyarakat tidak terlayani secara menyeluruh. Ini dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Kepala Bidang Bina Program dimana beliau mengatakan dari segi kuantitas tenaga gizi di Kabupaten Karo sudah mencukupi jumlahnya karena semua puskesmas sudah memiliki 1 orang tenaga gizi dan ada 6 puskesmas yang memiliki 2 orang tenaga gizi. Jika ditanya petugas gizi 85 Universitas Sumatera Utara