Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kebiasaan mengejek temannya setelah ditegur oleh Bruder atau remaja akan berani minta maaf setelah mereka mendapatkan penguatan dari Bruder.
Ketujuh, yaitu mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan social. Hal ini terlihat dari remaja dapat mengungkapakan emosi kegembiraannya secara
tepat dan dapat mengendalikan perilaku agresif yang dapat merugikan orang lain, seperti remaja memberikan ucapan selamat kepada teman yang berhasil
memenangkan perlombaan, atau remaja menahan diri tidak melukai temannya yang telah mengejeknya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sebagian remaja putra panti asuhan masuk dalam kategori sedang dalam hal kemampuan mengelola emosi,
seperti yang dijelaskan oleh Hurlock 2005 yaitu faktor kematangan berpikir dan pengalaman belajar. Remaja putra panti asuhan yang masuk dalam
kategori sedang, diindikasikan remaja sebenarnya sudah memiliki kemampuan mengelola emosi untuk menangkap dan memahami setiap perilaku dari reaksi
emosi positif ataupun negatif orang lain yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima oleh kelompok sosial, namun kemampuan mengelola
emosi remaja yang dimiliki belum berkembang secara optimal. Selain itu, Hurlock 2005 juga menjelaskan bahwa proses kematangan
berpikir akan mempengaruhi kemampuan remaja dalam mengingat dan menduga reaksi emosional dari orang lain.Kemampuan mengingat ini adalah
kunci bagi remaja putra panti asuhan untuk belajar bagaimana cara mengelola emosi dengan baik, setelah mereka melihat dari beberapa perilaku pengolahan
emosi yang dapat diterima oleh orang lain. Faktor yang kedua yaitu
pengalaman belajar. Remaja putra panti asuhan yang masuk dalam kategori sedang diindikasikan remaja sebenarnya sudah memiliki kemampuan
mengelola emosi positif ataupun negatif orang lain yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima oleh kelompok sosial, namun kemampuan
mengelola emosi remaja yang dimiliki belum berkembang secara optimal. Remaja putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro yang masuk dalam
kategori sedang dalam kemampuan mengelola emosi akan memiliki dampak positif apabila dapat mengembangkan kemampuan mengelola emosi secara
lebih optimal. Hal ini terlihat dari tugas perkembangannya antara lain: remaja putra panti asuhan belum sepenuhnya dapat menerima dan bersyukuratas
keadaan jasmani atau keadaan fisiknya. Tugas perkembangan tersebut kiranya dapat terlaksana dengan baik, apabila remaja mampu mengolah emosi dari
orang lain secara baik dan tepat. Selain itu mampu mengelola emosi dapat membantu remaja putra untuk lebih mengembangkan sikap bertanggung
jawab atas kesalahan, dapat dipercaya, mampu beradaptasi dengan lingkungan, peka terhadap emosi diri atau orang lain, serta dapat
mengungkapakan emosi positif maupun negatif secara tepat. Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja putra panti asuhan belum
optimal mampu mengelola emosi dengan baik yaitu, pertama bedanya proses perkembangan pada masing-masing pribadi remaja putra. Perbedaan ini
dipengaruhi oleh proses kematangan berpikir dan pengalaman belajar. Remaja putra panti asuhan yang masuk dalam kategori sedang diindikasikan masih
mengalami kesulitan dalam memahami dan mengingat perilaku dari reaksi
emosi positif maupun negatif yang dapat diterima ataupun tidak dapat diterima oleh orang lain. Kedua, remaja putra panti asuhan belum optimal
memiliki kesempatan untuk belajar mengetahui pengolahan emosi dalam beradaptasi dengan lingkungan panti asuhan. Oleh karena itu, kiranya remaja
dapat mengelola emosi agar dapat hidup selaras dengan kelompok, dapat menerima kondisi yang dijalani sekarang dan dapat bekerjasama dengan
teman-teman panti asuhan. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa remaja
putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro sebenarnya sudah memiliki kemampuan mengelola emosi positif ataupun negatif namun kemampuan
mengelola emosi remaja yang dimiliki belum berkembang secara optimal. Kondisi ini dikarenakan, para remaja sedang berproses untuk belajar
mengelola emosi, seperti mampu untuk mengendalikan emosi, dipercayai, mampu beradaptasi dengan baik, menyadari bahwa tidak semua ungkapan
emosi dapat diterima oleh orang lain, peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain, mampu merespon menanggapi reaksi emosional orang lain dan
mampu mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan sosial. Selain itu juga kemampuan remaja putra panti asuhan dalam mengolah
emosi dipengaruhi oleh berbedanya pengalaman belajar dan kematangan berpikir dalam mengelola emosi yang baik. Berdasarkan penjelasan tersebut,
faktor pengalaman belajar dan kematangan berpikir dalam mengelola emosi memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi kemampuan remaja putra
dalam mengelola emosi, sehingga remaja putra dapat mengembangkan tugas
perkembangannya yakni menerima keadaan jasamani, belajar menyesuaikan diri dengan kelompok sosial atau teman sebaya, serta mengembangkan emosi
positif saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua. 2.
Item-item kemampuan mengelola emosi Berdasarkan hasil penelitian butir item tingkat kemampuan
mengolah emosi pada remaja putra panti asuhan Sancta Maria Boro, terdapat 0atau 0 item yang masuk dalam kategori sangat tinggi, 14 atau 24 item
yang masuk dalam kategori tinggi, 40 atau 68 item yang masuk dalam sedang, 5 atau 8 item masuk dalam kategori rendah dan 0 atau 0 item
masuk dalam kategori sangat rendah. Item-item yang berada dalam kategori rendah dalam penelitian ini
adalah item pertama “Saya kurang nyaman memakai baju yang
disumbangkan donatur”. Rendahnya item ini diindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum memiliki sikap peka terhadap emosi yang dapat di
toleransi oleh orang lain. Perilaku ini, kemudian mengindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum mampu untuk merespon atau menanggapi
emosional orang lain. Menurut Hurlock 2005, remaja akan mampu menanggapi reaksi emosional dari orang lain secara tepat dan dapat diterima
oleh kelompok sosial jika adanya perubahan yang positif terhadap reaksi emosional yang ditimbulkan.
Item kedua, “Saya minder saat tampil di acara pentas seni”. Rendahnya item ini diindikasikan bahwa remaja putra belum mempunyai
perasaan positif terhadap diri sendiri. Perilaku ini, kemudian mengindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum memiliki
kepercayaan diri. Menurut Goleman 1999 individu akan merasa senang apabila dipercayai orang lain karena dengan dipercaya, individu akan
bertanggung jawab dalam mengelola dirinya sehingga remaja merasa percaya diri dengan tindakan yang akan dilakukannya.
Item ketiga “Saat saya marah, volume dan nada suara saya meninggi”. Rendahnya item ini diindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum
memiliki mengontrolan emosi diri yang baik. Perilaku ini, kemudian mengindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum maksimal
memiliki pengendalian emosi. Menurut Goleman 1999, individu dengan keahliannya mengendalikan emosi dapat mengelola dan menyeimbangkan
emosi serta mampu berpikir jernih dan tetap fokus walaupun berada dalam posisi tertekan.
Item keempat “Saya cemas tidak bisa menabung saat diberi uang oleh orang lain”. Rendahnya item ini diindikasikan bahwa remaja putra panti
asuhan belum memahami emosi yang muncul dari dalam diri. Perilaku ini, kemudian mengindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan belum
memiliki sikap peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain. Pada tahap remaja dalam Hurlock 1980, remaja belajar untuk peka terhadap emosi
orang lain sehingga dapat membantu remaja dalam belajar dan mengetahui
reaksi-reaksi emosi yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima oleh orang lain.
Item kelima “Saya mendorong badan teman saya yang telah membuat saya marah”. Rendahnya item ini diindikasikan bahwa remaja
putra panti asuhan belum memiliki sikap pengendalian perilaku agresif yang merugikan orang lain. Perilaku ini, kemudian mengindikasikan bahwa
remaja putra panti asuhan belum bisa mengatur ekspresi dalam lingkungan sosial. Menurut Hurlock 1980, pengungkapan emosi yang berlebihan harus
dikendalikan oleh remaja pada umumnya karena pengungkapan emosi yang berlebihan dapat mengganggu orang lain yang ada di lingkungan tempat
tinggalnya. Berdasarkan hasil penelitian, item-item yang tergolong rendah
mengindikasikan bahwa remaja putra panti asuhan Sancta Maria Boro perlu ditingkatkan dan dikembangkan kembali kemampuan untuk peka terhdap
emosi yang dapat ditoleransi oleh orang lain, mempunyai perasaan positif terhadap diri sendiri sehingga dapat dipercayai, dapat mengontrol emosi,
memahami emosi yang muncul dari dalam diri sehingga dapat membantu remaja dalam belajar dan mengetahui reaksi-reaksi emosi yang dapat
diterima maupun yang tidak dapat diterima oleh lingkungannya, serta mengendalikan perilaku agresif yang merugikan orang lain karena pada
umumnya pengungkapan emosi yang berlebihan dapat mengganggu orang lain yang ada di lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, remaja putra
panti asuhan Sancta Maria Boro membutuhkan bimbingan dan
pendampingan dari pimpinan panti asuhan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mengelola emosi khususnya di lingkungan
panti asuhan.