Kemampuan Mengelola Emosi KAJIAN TEORI
2. Jenis-jenis Emosi
Menurut Goleman dalam Ali, 2005 emosi bisa dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Emosi positif, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan
menyenangkan pada orang yang mengalaminya. Emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, semangat atau rasa
ingin tahu akan mempengaruh individu dalam berkonsentrasi pada aktivitas belajar, seperti disiplin dalam waktu belajar,
mengerjakan tugas dan memperhatikan saat ada orang yang membimbing waktu belajar. Contohnya: saat di panti asuhan
mengadakan acara ulang tahun panti, para remaja panti merasa senang dan semangat dalam membantu menata panggung dan
latihan mementaskan pentas seni, mereka dengan suka cita dan bersemangat membantu mempersiapkan acara supaya acara
dapat berjalan dengan lancar dan sukses. b.
Emosi negatif, yaitu emosi yang menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan pada orang yang mengalaminya. Emosi
negatif seperti perasaan kecewa, tidak bergairah, marah, maka dalam belajar individu kurang berkonsentrasi dalam belajar,
serta tidak disiplin dan taat pada aturan yang berlaku. Contohnya: tidak sportif saat bermain bola memunculkan
perselisihan antara beberapa remaja putra panti asuhan mengakibatkan rasa kesal yang berkepanjangan dan membuat
renggang hubungan persaudaraan di panti asuhan. Sehingga apabila ada tugas yang harus dikerjakan bersama-sama tidak
akan selesai pada waktu yang sudah dijadwalkan. Jadi kesimpulannya adalah emosi mempunyai dua jenis
yakni positif dan negatif. Apabila individu mempunyai perasaan terhadap peristiwa yang lebih positif, maka akan terjadi
perubahan perilaku yang positif pada diri individu, tetapi sebaliknya apabila individu mempunyai perasaan terhadap
peristiwa yang negatif, maka akan menimbulkan perilaku yang negatif pula.
1. Kemampuan Mengelola Emosi
Menurut pandangan teori kognitif Safaria, 2009, emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi individu terhadap
sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilaian negatif, tidak
menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan, atau sebaliknya dalam persepsi yang lebih positif seperti sebuah
kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan. Ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih
positif maka perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih postif. Menurut Yusuf dalam Juantika, 2010, kemampuan
mengelola emosi adalah kemampuan memahami diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati dan dapat
membina hubungan dengan orang lain sehingga seseorang lebih mampu untuk mengelola sifat-sifat negatif yang muncul di dalam
diri seseorang seperti kesepian dan pemurung, kurang menghargai sopan santun, lebih impulsif mengikuti kemauan naluriah tanpa
pertimbangan akal sehat dan agresif. Pengendalian emosi seorang individu harus memberikan
perhatian pada aspek mental. Aspek mental dari emosi juga memerlukan bimbingan. Apabila dalam keadaan emosional
seseorang bereaksi emosional terhadap rangsangan yang muncul. Oleh karena itu di samping harus belajar bagaimana cara
menangani rangsangan yang membangkitkan emosi dan belajar bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya disertai emosi
Hurlock,1988. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kemampuan
mengelola emosi adalah kemampuan untuk menangani perasaan, kapan seseorang merasakannya, dan bagaimana seseorang
mengalami atau mengekspresikan emosinya agar bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.
2. Aspek-aspek Kemampuan Mengelola Emosi
Menurut Goleman 1999, aspek kemampuan mengelola emosi meliputi:
a. Mengendalikan emosi
Individu dengan keahlian mengendalikan emosi dapat menjaga
emosi. Individu
dapat mengelola
dan menyeimbangkan emosi yang terjadi di dalam diri individu
tersebut. Selain itu juga remaja mampu berpikir jernih dan tetap fokus walaupun berada dalam posisi tertekan.
Contohnya remaja panti asuhan mampu mengolah amarahnya dengan bersikap tenang saat ditertawakan dan
diejek teman-temannya karena salah membaca renungan malam.
b. Dipercayai
Remaja merasa senang apabila merasa dipercayai oleh orang lain karena dengan dipercaya remaja akan
bertanggungjawab dalam mengelola diri. Selain itu dengan dipercaya, remaja mampu mengakui kesalahan sendiri dan
berani menegur perbuatan yang tidak dapat diterima. Contohnya sebagai ketua kelompok dalam piket cuci piring
bertanggungjawab menegur anggota kelompoknya yang tidak melaksanakan tugas piket walaupun akibatnya
menjadi tidak disukai anggota kelompoknya
c. Beradaptasi dengan baik
Remaja dengan keahlian beradaptasi, dapat terbuka terhadap ide-ide baru yang dimunculkan sehingga remaja
akan mampu menyesuaikan diri dengan baik di dalam lingkungan sosial dan memiliki prioritas dalam hidup.
Contohnya adalah lebih memilih menaati jadwal piket membersihkan halaman walaupun diajak teman untuk
bermain bola. d.
Menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi dapat diterima oleh orang lain.
Meningkatnya usia remaja, membuat mereka belajar dan menyadari bahwa tidak semua ungkapan emosi kesedihan
atau kegembiraan hendaknya dapat diungkapkan dan diterima oleh orang lain. Misalnya, remaja yang
mengetahui bahwa mengungkapkan kata-kata kasar saat merasa marah adalah perbuatan yang tidak dapat diterima
oleh orang lain di lingkungan tempat tinggal. e.
Peka terhadap perasaan sendiri dan orang lain Individu pada tahap remaja belajar untuk peka terhadap
emosi yang dialami oleh orang lain di lingkungannya. Hal ini dapat membantu remaja dalam belajar dan mengetahui
reaksi-reaksi emosi yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima oleh lingkungannya.Misalnya merasa
bahagia ketika ada teman yang mengucapkan selamat ulang tahun atau Bruder akan merasa bangga jika remaja panti
asuhan putra menjadi juara kelas. f.
Merespon menanggapi reaksi emosional orang lain Remaja mampu menanggapi reaksi emosional dari orang
lain secara tepat dan dapat diterima oleh kelompok sosial. Misalnya, remaja akan menghilangkan kebiasaan mengejek
temannya setelah ditegur oleh Bruder atau remaja akan berani minta maaf setelah mereka mendapatkan penguatan
dari Bruder. g.
Mengatur ekspresi emosi dalam lingkungan sosial Pengungkapan emosi yang berlebihan harus dikendalikan
oleh remaja pada umumnya karena pengungkapan emosi yang berlebihan dapat mengganggu orang lain yang ada di
lingkungan tempat tinggal. Misalnya seorang remaja yang merasakan emosi gelisah dan takut, akan jarang
ditampakkan dibandingkan apabila ada reaksi sosial yang diterima.
Aspek-aspek mengelola emosi tersebut akan digunakan sebagai aspek pembuatan kuesioner tentang
kemampuan mengelola emosi pada remaja panti asuhan. Setiap aspek akan dijabarkan dalam indikator dan item-item
berupa pernyataan.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengelola Emosi
Hurlock 1991, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan mengelola emosi antara lain:
a. Pengalaman belajar
Pengalaman hidup seseorang mempengaruhi emosi. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman mengungkapkan emosi,
Pengalaman belajar akan menentukan reaksi emosi yang mereka gunakan untuk mengungkapkan emosi. Misalnya seorang anak
yang dari kecil memiliki kebiasaan marah dengan membuang barang yang ada di sekitarnya, kebiasaan tersebut terbawa sampai
usia remaja karena dipengaruhi pengalaman belajar yang kurang baik dari kedua orang tuanya yang sekarang pada usia remaja
menjadi suatu kebiasaan. Pengalaman dengan orangtua, teman- teman, guru-guru mempengaruhi watak asli kita dan mejadikan
kita orang yang unik dalam mengalami emosi, dalam mengungkapkannya dan dalam keterbukaan terhadap orang lain.
b. Kematangan Berpikir
Perkembangan remaja dalam kematangan berpikir menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak
dimengerti mejadi memahami bagaimana cara mengelola emosi dengan positif. Misalnya remaja semakin mengerti dan memahami
bahwa mengungkapkan emosi secara negatif dapat memperburuk relasi dalam suatu kelompok, sehingga remaja dalam kematangan
berpikir dapat mengolah emosi yang negatif menjadi emosi positif dengan cara saling terbuka, saling mengerti dan saling memahami.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi bergantung pada faktor
pengalaman belajar, dan kematangan belajar. 6.
Ciri-ciri Orang yang dapat Mengelola Emosi Menurut Goleman 2007, ciri-ciri orang yang dapat mengelola emosi
antara lain: a.
Mampu mengungkapkan amarah dengan tepat Seseorang mampu mengelola emosinya dengan baik dan
mengetahui waktu yang tepat untuk mengungkapakan amarahnya agar tidak membuat luka orang lain. Contohnya: saat seseorang
merasa tersinggung dengan ucapan orang lain, seseorang akan mencari waktu yang tepat untuk mengutarakan apa yang dirasakan.
Hal ini dimaksudkan agar tidak saling melukai perasaan sendiri dan orang lain.
b. Berkurangnya perilaku agresif
Saat seseorang dapat mengelola emosi dengan baik, seseorang akan mampu memilah tindakan mana yang merugikan dan
menguntungkan bagi diri sendiri dan orang lain. Contohnya seorang remaja yang dulunya mempunyai kebiasaan marah dengan
cara melukai temannya sekarang berpikir akan kebiasaannya yang
buruk akan menghambat relasinya, sehingga remaja mengurangi perilakunya yang meledak-ledak.
c. Lebih baik dalam mengelola diri
Seseorang dapat mengelola dan menyeimbangkan emosi yang terjadi di dalam diri individu tersebut. Selain itu juga seseorang
mampu berpikir jernih dan tetap fokus apabila berada dalam masalah. Contohnya seseorang dapat mengelola kekesalannya
dengan bersikap tenang dan berpikir positif.