yatim piatu atau anak terlantar. Hurlock 1980 remaja pada umumnya tidak mengungkapkan amarahnya secara meledak-ledak, melainkan
dengan cara menggerutu, tidak mau berbicara dengan orang lain, atau
mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah.
Peneliti mencoba mengobservasi perilaku remaja panti asuhan Sancta Maria Boro selama KKN. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pengasuh panti asuhan, karyawan panti asuhan, serta teman sejawat, peneliti mendapatkan data bahwa remaja panti asuhan Boro kurang
mendapat perhatian dan kasih sayang yang mendalam. Hasil observasi dibuktikan dengan timbulnya perilaku remaja yang sering mencari
perhatian pada tamu yang datang, manja, cenderung menarik diri dari pergaulan di lingkungannya, pendiam, pemalu, serta kurang percaya diri.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat pengelolaan emosi remaja panti asuhan. Oleh sebab itu, untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan remaja dalam mengelola emosi, maka peneliti mengambil judul “Studi Deskriptif Kemampuan Mengelola
Emosi Remaja Panti Asuhan Borodan Implikasinya Terhadap Usulan Program Bimbingan Pribadi
– Sosial”.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa baik kemampuan mengelola emosi remaja putra Panti
Asuhan Sancta Maria Boro? 2.
Berdasarkan hasil analisis butir-butir instrumen kemampuan remaja dalam pengelolaan emosi yang terindikasi rendah, program
bimbingan pribadi – sosial apakah yang dapat diusulkan?
C. Tujuan Penelitian
P enelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan seberapa baik kemampuan mengelola emosi
remaja putra Panti Asuhan Boro. 2.
Mengidentifikasikan butir-butir
instrumen kemampuan
remajadalam mengelola emosi yang terindikasi rendah guna pengusulan program bimbingan pribadi
– sosial.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan
memperkaya pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan emosi pada anak panti asuhan sebagai bekal seorang calon
konselor atau guru Bimbingan dan Konseling. 2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Pimpinan Panti Asuhan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan
program Bimbingan dan Konseling, khususnya pada usulan program bimbingan pribadi
– sosial. b.
Bagi Remaja Panti Asuhan Semakin memahami dan menyadari akan pentingnya
kemampuan dalam mengelola emosi.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan kemampuan
untuk menangani perasaan, kapan seseorang merasakan, dan bagaimana seseorang mengalami atau mengekspresikan emosinya
agar bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. 2.
Bimbingan pribadi – sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam membina hubungan dengan diri sendiri serta
orang lain.
6
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan landasan teori antara lain kemampuan mengelola emosi, masa remaja dan perkembangan
pribadi – sosial.
A. Kemampuan Mengelola Emosi
1. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa Prancis, emotion yang berasal dari kata emouvoir
yang berarti “kegembiraan”. Emosi juga berasal dari bahasa latin emovere, dari e-
varian eks yang berarti “luar” dan movere
yang berarti “bergerak”. Yusuf 2008 menyatakan bahwa emosi merupakan pola keadaan yang menyertai setiap keadaan atau
perilaku individu. Misalnya menangis karena sedih, tertawa karena bahagia.
Pengertian lain juga ada dalam Oxford English Dictionaryyang mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap Goleman, dalam Ali, 2005. Safaria 2009, menjelaskan bahwa:
“Orang yang mampu memahami emosi apa yang sedang mereka alami dan rasakan, akan lebih mampu mengelola
emosinya secara positif. Sebaliknya, orang yang kesulitan memahami emosi apa yang sedang bergejolak dalam
perasaannya, menjadi rentan dan terpenjara oleh emosinya sendiri. Mereka menjadi bingung dan bimbang
akan makna dari suasana emosi yang sedang dirasakan”.