Etiologi dan Patogenesis SLE

dapat ditemukan disemua usia, ras dan gender namun lebih sering terjadi pada wanita usia 15-45 tahun Dipiro et al, 2008.

2. Etiologi dan Patogenesis SLE

Faktor genetik, hormon, lingkungan, imunologimaupun antigen spesifik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh akan berinteraksi dengan molekul Major Histocompatibility Complex MHC pada permukaan Antigen Presenting Cells APCs seperti sel B dan sel Dendrit. Interaksi inimengakibatkan aktivasi sel T yang memproduksi Th 2 berlebih dan menekan sel Ts. Produksi Th 2 berlebih dan penekanan sel B menyebabkan aktivasi sel B yang menghasilkan autoantibodi. Sel B yang teraktivasi kemudian berinteraksi dengan sistem komplemen membentuk autoantibodies immune complexes dan menyebabkan inflamasi, kerusakan jaringan organ Dipiro et al, 2008. Gambar 4. Patofisiologi Systemic Lupus Erythematosus SLEDipiro et al, 2008 SLE yang merupakan penyakit dengan ditandai munculnya autoantibodi ini belum diketahui kemunculan antibodi-antibodi tersebut, namun diperkirakan ada beberapa faktor yang berperan diantarannya faktor genetik, lingkungan, hormon, imunologi. a. Genetik Anti-dsDNA diduga berperan penting sebagai faktor genetik dalam penyakit SLE, dibuktikan dengan adanya peningkatan 20 risiko SLE pada anggota keluarga dekat asimptomatik dan saudara kembar monozigot. Beberapa studi menunjukan adanya keterkaitan Human Leukocyte Antigen HLA dari Major Histocompatibility Complex MHC II untuk mengendalikan produksi autoantibodi spesifik seperti Anti ds-DNA, Anti Sm dan antibodi antifosfolipid. Gen HLA berguna dalam pengikatan dan presentasi antigen serta aktivasi sel T, sehingga penderita yang secara genetik mempunyai predisposisi SLE akan sering mengalami gangguan pada sistem regulasi sel T dan fungsi sel B Kumar, Abbas and Fausto, 2009. Pasien SLE ditandai dengan defisiensi herediter komplemen C1q, C1r, C1s, C4 dan C2 dan IgA atau kecenderungan jenis fenotip HLA -DR2 dan -DR3. Pasien SLE sekitar 6 mewarisi defisiensi komplemen C2, C4 atau C1q yang dapat mengganggu pembersihan kompleks imun dalam darah oleh sistem fagosit mononukleus sehingga kemungkinan pengendapan kompleks imun di jaringan lebih besar serta hilangnya toleransi diri sel B Kumar, dkk 2009. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Hormon Penyakit SLE sering terjadi pada pubertas, waktu hamil, pasca persalinan dan penggunaan pil kontrasepsi oral yang mengandung estrogen. Estrogen bersifat imunomodulator terhadap fungsi sistem imun humoral dan menekan fungsi sel Ts Sel T supresor dengan cara mengikat reseptor, akibatnya terjadi peningkatan produksi antibodi yang memicu SLE. Pasien perempuan dengan SLE dapat mengalami kadar peningkatan 16 alfa hidroksiestron dan estriol Akib, Munasir dan Kurniati, 2008. c. Lingkungan Pengaruh sinar matahari UV, infeksi bakteri, virus, protozoa dan obat-obatan dapat memicu serta memperberat penyakit autoimun melalui aktivasi sel B poliklonal maupun meningkatkan ekspresi MHC I atau II. Mekanisme sinar UV belum sepenuhnya diketahui, tetapi diperkirakan sinar UV yang berikatan dengan DNA kulit akan membentuk kompleks UV-DNA bersifat lebih imunogenik dibanding DNA kulit. UV-DNA akan masuk ke sirkulasi akan masuk ke sirkulasi darah dan merangsang pembentukan anti-DNA yang bereaksi dengan DNA epidermal membentuk kompleks imun. Kompleks imun selanjutnya terdifusi keluar pembuluh darah, masuk dan menempel ke membran basal sehingga mengakibatkan aktivasi komplemen yang memicu inflamasi. Sinar UV juga dapat menginduksi keratinosit untuk menghasilkan IL-1 serta memicu apoptosis sel Akib, dkk 2008. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d. Imunologi 1 Limfosit B Hiperaktivitas intrinsik sel B diduga mendasari munculnya SLE, namun analisis molekuler terhadap antibodi anti-DNA untai ganda menunjukan autoantibodi patogenik tidak berasal dari sel B yang diaktifkan secara poliklonal melainkan antibodi perusak tersebut dirangsang oleh antigen diri akibat respon sel B terhadap sel Th. Aktivasi poliklonal disebabkan oleh antigen eksogen, antigen merangsang poliferasi sel B atau abnormalitas intrinsik dari sel B. Antibodi IgG anti-dsDNA dengan afinitas tinggi juga merupakan karakteristik yang disebabkan oleh hipermutasi somatik selama aktivitas sel B poliklonal yang diinduksi oleh faktor lingkungan seperti virus dan bakteri. Sel B juga dapat mempengaruhi presentasi antigen dan respon diferensiasi sel Th. Gangguan pengaturan produksi autoantibodi disebabkan adanya gangguan fungsi CD8+, nature killer cell dan inefisiensi jaringan idiotip-antiidiotip. Kadar autoantibodi pada jumlah tinggi dipengaruhi oleh persentensi antigen dan antibodi yang dalam bentuk kompleks kurang optimal dibersihkan dari sistem retikuloendotelial sehingga menyebabkan kerusakan jaringan oleh kompleks imun. Autoantibodi yang paling sering dijumpai pada penderita SLE adalah antibodi nuklear autoantibodi terhadap DNA, RNA, nukleoprotein, kompleks protein-asam nukleat. Beberapa antibodi antinuklear mempunyai aksi patologis direk yaitu sitotoksik dengan mengaktifkan komplemen tetapi dapat juga mempermudah destruksi sel sebagai perantara begi sel makrofag yang mempunyai reseptor Fc imunoglobulin Akib, dkk 2008. 2 Limfosit T Pasien SLE aktif mempunyai limfositopenia T, khususnya CD4+ yang mengaktifkan CD+ Tsupressor untuk menekan hiperaktif sel B. Terdapat perubahan fenotip dari sel T H 0 ke sel T H 2 sehingga sitokin cenderung membantu aktivasi sel B melalui IL-10, IL-4, dan IL-6 Akib, dkk 2008. 3 Kompleks Imun Keterlibatan kompleks imun dalam patogenesis SLE didasarkan pada adanya kompleks imun pada serum dan jaringan serta aktivasi komplemen oleh kompleks imun yang menyebabkan hipokomplemenemia selama fase aktif dengan adanya produk aktivasi komplemen. Kompleks imun terbentuk di sirkulasi dan terdeposit dijaringan serta beberapa terbentuk insitu. Komplemen C1q dapat terikat langsung pada dsDNA dan menyebabkan aktivasi komplemen tanpa bantuan autoantibodi. Kompleks imun melalui aktivasi kaskade komplemen, mengakibatkan muncul faktor kemotaktik C3a, C5a, granulosit dan makrofag sehingga terjadi inflamasi Akib, dkk 2008. 4 Apoptosis Pasien SLE mengalami peningkatan apoptosis dan limfosit, serta terjadi persistensi sel apoptosis akibat defek pembersih clearance. Kadar C1q yang rendah mencegah pengambilan sel apoptosis oleh makrofag. Peningkatan ekspresi Bcl-2 pada sel T dan protein Fas pada CD8+ mengakibatkan peningkatan apoptosis dan limfositpenia Akib, dkk 2008.

3. Diagnosis SLE

Dokumen yang terkait

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

2 39 174

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

1 17 174

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS “Y” Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

4 37 21

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

0 7 13

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien dewasa dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2014.

3 18 145

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien lansia dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2014.

1 17 110

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) anak rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009-2014.

1 9 161

Autoimmune Hemolytic Anemia in Systemic Lupus Erythematosus Patient

0 0 9

Evaluasi drug related problems (DRPs) pada pasien anak dengue shock syndrome (DSS) di instalasi rawat inap RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 - USD Repository

1 1 98

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien asma pediatri rawat inap : studi kasus di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 - USD Repository

0 0 141